Euis Hermiati1, Djumali Mangunwidjaja2, Titi Candra Sunarti2, Ono Suparno2, dan Bambang Prasetya3
1UPT BPP Biomaterial – LIPI, Jalan Raya Bogor km 46, Cibinong, Bogor 16911,
Telp. (021) 87914511, Faks. (021) 87914510, E-mail: euis.hermiati@lipi.go.id
2Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Kampus IPB
Darmaga Kotak Pos 220, Bogor 16002, Telp. dan Faks. (0251) 8621974, E-mail:fateta@fateta-ipb.ac.id
3Pusat Penelitian Bioteknologi – LIPI, Jalan Raya Bogor km 46, Cibinong, Bogor 16911,
Telp. (021) 8754587, Faks. (021) 8754588, E-mail: bambang.prasetya@lipi.go.id
Diajukan: 07 Desember 2009; Diterima: 01 Juli 2010
Telp. (021) 87914511, Faks. (021) 87914510, E-mail: euis.hermiati@lipi.go.id
2Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Kampus IPB
Darmaga Kotak Pos 220, Bogor 16002, Telp. dan Faks. (0251) 8621974, E-mail:fateta@fateta-ipb.ac.id
3Pusat Penelitian Bioteknologi – LIPI, Jalan Raya Bogor km 46, Cibinong, Bogor 16911,
Telp. (021) 8754587, Faks. (021) 8754588, E-mail: bambang.prasetya@lipi.go.id
Diajukan: 07 Desember 2009; Diterima: 01 Juli 2010
download di sini
ABSTRAK
Ampas tebu sebagai limbah pabrik gula merupakan salah satu bahan lignoselulosa yang potensial untuk dikembangkan menjadi sumber energi seperti bioetanol. Konversi bahan lignoselulosa menjadi bioetanol mendapat perhatian penting karena bioetanol dapat digunakan untuk mensubstitusi bahan bakar bensin untuk keperluan transportasi. Bahan lignoselulosa, termasuk dari ampas tebu terdiri atas tiga komponen utama, yaitu selulosa, hemiselulosa, dan lignin. Konversi bahan lignoselulosa menjadi etanol pada dasarnya terdiri atas perlakuan pendahuluan, hidrolisis selulosa menjadi gula, fermentasi gula menjadi etanol, dan pemurnian etanol melalui proses distilasi dan dehidrasi. Biaya produksi etanol masih cukup tinggi. Oleh karena itu, berbagai penelitian dilakukan untuk memperbaiki proses produksi mulai dari tahap perlakuan pendahuluan, hidrolisis selulosa, fermentasi gula menjadi etanol sampai dengan pemurnian etanol. Dengan memerhatikan potensi biomassa lignoselulosa, khususnya ampas tebu sebagai bahan dasar bioetanol, perlu dilakukan pengkajian terhadap hasil-hasil penelitian dalam upaya pemanfaatan bahan tersebut. Potensi perolehan etanol dari ampas tebu yang dihasilkan oleh pabrik gula di Indonesia mencapai 614.827 kL/tahun sehingga berpeluang membantu upaya pemenuhan kebutuhan etanol untuk bahan bakar yang diperkirakan sekitar 1,10 juta kL. Namun demikian, masih cukup banyak hambatan dan kendala untuk produksi dan aplikasi bioetanol dari biomassa lignoselulosa, termasuk dari ampas tebu, terutama penguasaan teknologi konversi biomassa
lignoselulosa menjadi etanol dan biaya produksi yang masih tinggi. Diperlukan kebijakan pemerintah agar dapat mendorong pemanfaatan ampas tebu sebagai bahan baku bioetanol, antara lain melalui penelitian dan pengembangan, pemberian insentif bagi pabrik gula yang memanfaatkan ampas tebu untuk bioetanol, dan subsidi harga etanol dari biomassa lignoselulosa.
lignoselulosa menjadi etanol dan biaya produksi yang masih tinggi. Diperlukan kebijakan pemerintah agar dapat mendorong pemanfaatan ampas tebu sebagai bahan baku bioetanol, antara lain melalui penelitian dan pengembangan, pemberian insentif bagi pabrik gula yang memanfaatkan ampas tebu untuk bioetanol, dan subsidi harga etanol dari biomassa lignoselulosa.
Kata kunci: Limbah tebu, lignoselulosa, konversi, etanol
ABSTRACT
Sugarcane bagasse is one of potential lignocellulosic biomass for energy through physical, chemical or biological conversion. The material is renewable and abundantly available, especially as wastes or by-products of sugarcane industries. Of many conversion processes, lignocellulosic conversion to ethanol becomes focus of interest recently, since ethanol can be further used as biofuel to substitute gasoline for transportation. Lignocellulosic material, including sugarcane bagasse mainly consists of three components, namely cellulose, hemicellulose, and lignin. The conversion of these materials basically consists of pretreatment, cellulose hydrolysis, sugar fermentation to ethanol, and purification of ethanol. Production cost of this conversion is still high; therefore, many researches have been conducted to improve the conversion process, either pretreatment, hydrolysis, fermentation or purification, so that the cost could be reduced. This paper reviewed literatures on potential and characteristics of lignocellulosic materials, especially sugarcane bagasse, and conversion of these materials to ethanol. There is as much as 614,827 kL/year of ethanol potentially produced from sugarcane bagasse resulted from sugarcane factories in Indonesia. This amount of ethanol would have a great contribution to fulfill 1.10 million tons demand of ethanol. However, there are still some recalcitrans in production and implementation of lignocellulosic bioethanol, especially due to the unproven conversion technology of lignocellulosic biomass to ethanol and the high production cost. Therefore, government policies in supporting research and development, providing special incentives for sugarcane factories that produced ethanol from sugarcane bagasse, and giving subsidy to reduce bioethanol price, are needed.
Keywords: Sugar by products, lignocellulose, conversion, ethanol
Tidak ada komentar:
Posting Komentar