Ajeng Yulianti Dwi
Lestari
Fatekah Lina Nurma Wati
A.
Bahan Baku Industri Kaca
Bahan baku
dari industri umum kaca adalah (Austin, dkk. 2005) :
· Pasir
Pasir yang digunakan dalam membuat kaca adalah
kuarsa yang sangat murni. Kandungan besi dalam pasir kuarsa ini tidak boleh
melebihi 0,45% untuk barang gelas pecah belah atau 0,015% untuk kaca optik,
sebab kandungan besi ini bersifat merupakan warna kaca pada umumnya.
· Soda
Soda ini berumus kimia Na2O, yang
didapatkan dalam soda abu padat (Na2CO3). Sumber lainnya adalah dari
bikarbonat, kerak garam dan natrium nitrat.
· Feldspar
Feldspar mempunyai rumus umum
P2O.Al2O3.6SiO2, dimana R2O dapat berupa Na2O atau K2O atau campuran keduanya.
Sebagai sumber Al2O3, feldspar mempunyai banyak keunggulan dibanding produk
lain, karena murah, murni dan dapat dilebur dan seluruhnya terdiri dari oksida
pembentuk kaca. Al2O3 sendiri
digunakan hanya bila biaya tidak merupakan masalah. Feldspar juga merupakan
sumber Na2O atau K2O dan SiO2. Kandungan aluminanya dapat menurunkan titik cair
kaca dan memperlamba terjadinya devitrifikasi.
· Borax
Borax adalah perawis tambahan yang menambahkan
Na2O dan boron oksida kepada kaca. Walaupun jarang dipakai dalam kaca jendela
atau kaca lembaran, boraks sekarang banyak digunakan di dalam bernagai jenis
kaca pengemas. Ada pula kaca borax berindeks tinggi yang mempunyai nilai
dispersi lebih rendah dan indeks refraksi lebih tinggi dari semua kaca yang
dikenal. Kaca ini telah banyak digunkan sebgai kaca optik. Di samping daya
fluksnya yang kuat, borax tidak saja bersifat menurunkan sifat ekspansi tetapi
juga meningkatkan ketahanna terhadap aksi kimia. borax digunakan dalam tumpak
yang memerlukan hanya sedikit alkali. Harganya hampir dua kali boraks.
· Kerak garam
Istilah asingnya adalah salt cake yang digunakan sebagai perawis tambahan pada pembuatan
kaca, demikian juga beberapa sulfat lain seperti amonium sulfat dan barium
sulfat dan sering ditentukan pada segala jenis kaca. Kerak garam ini dapat
membersihkan buih yang mengganggu pada tanur tangki. Sulfat ini harus dipakai
bersama karbon agar tereduksi menjadi sulfit. Arsen trioksida dapat pula ditambahkan untuk menghilangkan
gelombang-gelombang dalam kaca.
· Kulet
Kulet adalah kaca hancuran yang dikumpulkan dari
barang-barang rusak, pecahan beling dan berbagai kaca limbah. Bahan ini dapat
membantu pencairan selain juga sebagai bahan untuk dasar pengolahan limbah.
Bahan ini dapat dipakai 10-80% dari muatan bahan baku.
· Blok refraktori
B. Langkah-Langkah Umum Pembuatan Kaca
Urutan proses pembuatan kaca pada umumnya dapat digolongkan menjadi
10 langkah (Austin,
dkk. 2005), yaitu:
1.
transportasi
bahan baku ke pabrik
2.
pengaturan
ukuran bahan baku
3.
penimbunan
bahan baku
4.
pengangkutan,
penimbangan dan pencampuran bahan baku dan pemuatannya ke tanur kaca
5.
pengolahan
bahan bakar untuk mencapai suhu yang diperlukan bagi pembentukkan kaca
6.
reaksi
pembentukkan kaca di dalam tanur
7.
penghematan
kalor melalui regenarasi dan rekuparasi
8.
pembuatan
bentuk produk kaca
9.
penyaringan
produk kaca
10.
penyelesaian
produk kaca
C.
Cara Pembuatan Kaca
a.
Peleburan
Tanur kaca dapat diklasifikasi sebagai tanur periuk atau
tanur tangki. Tanur periuk (pot furnace),
dengan kapasitas sekitar 2 t atau kurang dapat digunakan secara menguntungkan
untuk membuat kaca khusus dalam jumlah kecil di mana tumpak cair itu harus
dilindungi terhadap hasil pembakaran. Tanur ini digunakan terutama dalam
pembuatan kaca optic dan kaca seni melalui proses cetak. Periuknya sebetulnya
ialah suatu cawan yang terbuat dari lempung pilihan atau platina. Sulit sekali
melebur kaca di dalam bejana ini tanpa produknya terkontaminasi atau tanpa
sebagian bejana itu sendiri meleleh, kecuali bila bejana itu terbuat dari
platina. Dalam tanur tangki (tank
furnace), bahan tumpak itu dimuat ke satu ujung suatu “tangki” besar yang
terbuat dari blok-blok refraktor, diantaranya ada yang ukuran 38 x 9 x 1.5 m
dengan kapasitas kaca cair sebesar 1350 t. kaca itu membentuk kolam didasar
tanur itu, sedang nyala api menjilat berganti dari satu sisi ke sisi lain. Kaca
“halusan” (fined glass) dikerjakan
dari ujung lain tangki itu, operasinya kontinu. Dalam tanur jenis ini,
sebagaimana juga dalam tangki periuk, dindingnya mengalami korosi karena kaca
panas. Kualitas kaca dan umur tangki bergantung pada kualitas blok konstruksi.
Karena itu, perhatian biasanya ditujukan pada refraktori tanur kaca. Tanur
tangki kecil disebut tangki harian (day
tank) dan berisi persediaan kaca cair untuk satu hari sebanyak 1 t sampai
10 t. tangki ini dipanasi secara elektrotermal atau dengan gas.
Gambar 1. Diagram alir pembuatan
kaca lembaran (Austin, dkk. 2005)
Tanur-tanur yang
disebutkan diatas adalah tergolong tanur
regenarasi (regenerative furnace) dan beroperasi dalam dua siklusdengan dua
perangkat ruang berisi susunan bata rongga. Gas nyala
setelah memberikan sebagian kalornya pada waktu melalui tanur berisi kaca cair,
mengalir ke bawah melalui satu perangkat ruang yang diisi penuh dengan pasangan
batu terbuka atau batu rongga (checkerwork).
Sebagian besar dari kandungan kalor sensibel gas keluar dari situ, dan isian
itu mencapai suhu yang berkisar antar 1500°C didekat tanur 650C di dekat pintu
keluar. Bersamaan dengan itu, udara dipanaskan dengan melewatkannya melalui
lubang regenerasi yang telah dipanaskan sebelumnya dan dicampur dengan gas
bahan bakar yang terbakar, sehingga suhu nyalanya menjadi menjadi lebih tinggi
lagi (dibandingkan dengan jika udara tidak dipanaskan terlebih dahulu). Pada
selang waktu yang teratur, yaitu antara 20 sampai 30 menit, aliran campuran udara bahan bakar, atau siklus itu dibalik, dan
sekarang masuk tanur dari ujung yang berlawanan melalui isian yang telah
mendapat pemanasan sebelumnya, kemudian melalui isian semula, dan mencapai suhu
yang lebih tinggi.
Suhu tanur yang
baru mulai berproduksi hanya dapat dinaikkan sedikit demi sedikit setiap hari,
bergantung kepada kemampuan refraktorinya menampung ekspansi. Bila tanur
regenarasi itu sudah dipanaskan, suhunya harus dipertahankan sekurang-kurangnya
1200°C setiap waktu. Kebanyakan kalor hilang dari tanur melalui radiasi, dan
hanya sebagian kecil yang termanfaatkan untuk pencairan. Tanpa membiarkan
dindingnya mendingin sedikit karena radiasi, suhu akan menjadi terlalu tinggi
sehingga kaca cair itu dapat menyerang dinding dan melarutkannya. Untuk
mengurangi aksi kaca cair, pada dinding tanur kadang-kadang dipasang pipa air
pendingin.
b.
Pencetakan
Kaca dapat dibentuk dengan mesin atau dengan cetak
tangan. Faktor yang terpenting yang harus diperhatikan dalam cetak mesin (machine molding) ialah
bahwa rancang mesin itu haruslah sedemikian rupa sehingga pencetakan barang
kaca dapat diselesaikan dalam tempo beberapa detik saja. Dalam waktu yang
sangat singkat ini kaca berubah dari zat cair viskos menjadi zat padat bening.
Jadi, jelas sekali bahwa masalah rancang yang harus diselesaikan, seperti
aliran kalor stabilitas logam, dan jarak bebas bantalan merupakan masalah yang
rumit sekali. Keberhasilan mesin cetak kaca merupakan prestasi besar bagi para
insinyur kaca.
c.
Penyangaian
Untuk mengurangi regangan-regangan dalam kaca, semua barang kaca harus disangai (anneal),
baik barang kaca yang dibuat dengan mesin maupun yang dibuat dengan tangan. Secara
singkat, penyangaian menyangkut dua macam operasi, yaitu:
1. Menahan
kaca itu pada suatu suhu di atas suhu krisis tertentu selama beberapa waktu
yang cukup lama sehingga mengurangi regangan-regangan dalam dengan jalan
pengaliran plastic sehingga regangannya kurang dari suatu maksimum yang
ditentukan.
2. Mendinginkan
massa kaca
sampai suhu kamar secara cukup perlahan sehingga regangan itu selalu berada di
bawah batas maksimum leher atau tungku penyaringan, tidak lain hanyalah satu
ruang pemanasan yang dirancang dengan baik dimana laju pendingin dapat diatur
sehingga memenuhi persyaratan.
d.
Penyelesaian
Semua kaca yang sudah disangai harus mengalami operasi
penyelesaian yang relative sederhana tetapi sangat penting. Operasi ini
menyangkut hal-hal sebagai berikut:
§ Pembersihan
§ Penggosokan
§ Pemolesan
§ Pemotongan
§ Gosok-semprot
dengan pasir
§ Pemasangan
email klasifikasi kualitas
§ Pengukuran
D. Reaksi Kimia Yang Terjadi Selama Proses
Pembuatan
Reaksi kimia yang terlihat dalam pembuatan kaca
dapat diringkas sebagai berikut (Austin, dkk. 2005) :
Na2CO3 + aSiO2 →
Na2O.aSiO2 + CO2
CaCO3 + bSiO2 → CaO.bSiO2
+ CO2
Na2SO4 +
cSiO2
→ Na2O.cSiO2 + SO2 + SO3
+ CO
Na2SO4 + C → Na2SO3
+ CO
2Na2SO4 + C → 2Na2SO3
+ CO2
Na2SO3 + cSiO2 → Na2O.cSiO2 + SO2
DAFTAR PUSTAKA
Ege, Seyhan. 1984. Organic Chemistry. Kanada: DC Heath and
Company.
Keenan, Charles W., dkk.
1984. Ilmu Kimia Untuk Universitas. Jakarta: Erlangga.
Purba, Michael. 2006. Kimia 2B untuk SMA Kelas XI. Jakarta: Erlangga.
Vogel and
Suehla, G. 1990. Buku Teks Analisis
Anorganik Kualitatif Makro dan Semi Mikro. Alih bahasa L.Setiono dan AH
Pudjaatmaka. Jakarta: Kalman Media Pustaka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar