Rizza Umam Alharis
A.
Taksonomi
Kayu putih (Melaleuca leucadendron
L.) merupakan tanaman yang tidak asing bagi masyarakat di Indonesia karena
dapat menghasilkan minyak kayu putih (cajuput oil) yang berkhasiat
sebagai obat, insektisida dan wangi-wangian. Selain itu, pohon kayu putih dapat
digunakan untuk konservasi lahan kritis dan kayunya dapat digunakan untuk berbagai keperluan
(bukan sebagai bahan bangunan). Dengan demikian, kayu putih memiliki
nilai ekonomi cukup tinggi.
Tanaman kayu putih berasal dari
Australia dan saat ini sudah tersebar di Asia Tenggara, terutama Indonesia dan
Malaysia. Tanaman ini dapat tumbuh di dataran rendah dan di
pegunungan. Dalam sistematika tumbuhan kayu
putih (Melaleuca
leucadendron L.) diklasifikasikan sebagai berikut.
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Sub kelas : Archichlamideae
Ordo : Myrtales
Famili : Myrtaceae
Genus : Melaleuca
Spesies : Melaleuca leucadendron
B.
Sifat Fisik
Kayu putih (Meialeuca leucadendra L) merupakan family
dari myrtaceae. Oleh karena itu, kayu putih dapat tumbuh di tanah tandus, tanah
panas, dan dapat bertunas kembali meskipun terjadi kebakaran. Selain itu, kayu
putih memiliki ciri khas yang yang lain. Ciri – cirri tanaman kayu putih antara
lain :
1.
Pohon
kayu putih mempunyai tinggi berkisar antara 10-20 m, kulit batangnya
berlapis-lapis, berwarna putih keabu-abuan dengan permukaan kulit yang terkelupas tidak beraturan.
2.
Batang
pohonnya tidak terlalu besar, dengan percabangan yang menggantung kebawah.
Daunnya tunggal, agak tebal seperti kulit, bertangkai pendek, letak berseling.
3.
Helaian
daun berbentuk jorong atau lanset, dengan panjang 4,5-15 cm, lebar 0,75-4 cm,
ujung dan pangkal daun runcing, tepi rata dan tulang daun hampir sejajar.
Permukaan daun berambut, warna hijau kelabu sampai hijau kecoklatan, Daun bila
diremas atau dimemarkan berbau minyak kayu putih.
4.
Perbungaan
majemuk bentuk bulir, bunga berbentuk seperti lonceng, daun mahkota warna
putih, kepala putik berwarna putih kekuningan, keluar di ujung percabangan.
Buah panjang 2,5-3 mm, lebar 3-4 mm, warnanya coklat muda sampai coklat tua.
C.
Sentra Budidaya
Kayu Putih Banyak di budidayakan di daerah Pulau
Jawa, dan Indonesia bagian Timur.
D.
Syarat Tumbuh
1.
Lahan
Pada umumnya kayu putih relatif mudah ditanam, terutama pada jenis tanah
grumosol, latosol, maupun regosol. Jarak tanam ideal pada hutan tanaman
biasanya menggunakan 2 x 1 m, atau 3 x 1 m, untuk pola tanam tumpangsari. Pengolahan lahan dapat dilakukan dengan dicangkul atau
untuk lahan yang topografinya datar dapat diolah dengan traktor. Cara
lain yang dapat dilakukan adalah dengan sistem cemplongan yaitu tanah yang
diolah hanya seluas 1 m2 dari titik tanam. Lubang tanam dapat
dibuat dengan berbagai macam ukuran, tetapi yang dianjurkan adalah 30 cm x 30
cm x 30 cm. Lubang tanam dipupuk dengan kompos sebanyak 1-2 kg per lubang
untuk memacu pertumbuhan awal tanaman. Pemasangan ajir dengan ukuran 50-80 cm agar
ajir mudah dilibat dan penanaman menjadi lebih mudah.
2.
Iklim
Kayu putih merupakan
tanaman panas. Akan tetapi, dalam penanamannya, bibit kayu putih memerlukan
kelembaban yang tinggi. Bibit kayu putih ditanam pada bulan januari – pebruari,
karena memiliki curah hujan yang tinggi. Jika bibit ditanam pada bulan lain,
maka diperlukan penyiraman agar bibit dapat tumbuh.
3.
Perawatan
a)
Penyiangan
Penyiangan adalah pembersihan gulma yang tumbuh
disekitar tanaman kayu putih. Gulma perlu dihilangkan Karen akan mengganggu
pertumbuhan kayu putih. Unsure hara yang ada dalam tanah akan diambil oleh
gulma. Penyiangan harus dilakukan secara kontinyu agar gulma tidak tumbuh
merjalela.
b)
Pendangiran
Pendangiran
merupakan pekerjaan menggemburkan tanah pada sekitar batang pokok. Tujuannya
adalah untuk memberikan aerasi tanah yang lebih baik dan sistem perakaran
menjadi sehat.
c)
Pemangkasan Batang
kegiatan
pemangkasan ini bertujuan untuk permudaan cabang dan memudahkan dalam
pemungutan daun. Untuk tegakan yang telah berumur lebih dari 5 tahun sebaiknya
dilakukan pemangkasan setinggi 1 m, dan sebaiknya pekerjaan ini dilakukan pada
akhir musim kemarau atau menjelang musim hujan.
4.
Pemupukan
Pemberian pupuk lanjutan di lapangan cukup menggunakan
pupuk kandang secukupnya atau pupuk organik (NPK atau Urea) dengan dosis
100gr/pohon untuk memacu pertumbuhan perakaran batang maupun daun.
E.
Syarat Pemanenan
Pengolahan
daun kayu putih dimaksudkan untuk mengekstrak minyak kayu putih yang ada pada
daun tanaman ini. Proses produksi dalam pembuatan minyak kayu putih diawali
dengan pemetikan daun kayu putih. Dalam proses pemetikan ada 2 macam cara,
yaitu:
1.
Pemetikan sistem rimbas, yaitu tegakan pohon
kayu putih yang berumur 5 tahun ke atas,dengan ketinggian 5 meter, daunnya
dipangkas. Satu tahun berikutnya, setelah tanaman kayu putih sudah mempunyai
daun yang lebat, kemudian bisa dilakukan perimbasan lagi.
2.
Pemetikan sistem urut, yaitu dengan cara dipotong
dengan menggunakan alat (arit) khusus untuk daun-daun
yang sudah cukup umur. Cara ini menjadi kurang
praktis, karena pemetik harus memilih daun satu per satu.
Pemetikan
dilakukan pada awal musim kemarau, pada saat sudah tidak banyak turun hujan
sehingga tidak mengganggu pekerjaan pemetikan daun. Di samping itu, jika
pemetikan dilakukan pada awal musim kemarau, pada akhir musim hujan
(awal musim kemarau) tiap tanaman telah
menumbuhkan daun dalam jumlah yang cukup banyak. Dengan demikian,
pemetikan atau pengambilan daun-daun kayu putih dapat dilakukan sekali dalam
satu tahun, jika pertumbuhan tanaman subur. Setelah pemetikan daun,
daun kayu putih yang siap untuk disuling
disimpan terlebih dahulu.
Penyimpanan
dilakukan dengan menebarkan daun di lantai yang kering dan memiliki ketinggian
sekitar 20cm, dengan kondisi suhu kamar dan sirkulasi udara
terbatas. Dalam penyimpanan ini, daun-daun tidak boleh disimpan dalam karung karena akan
mengakibatkan minyak yang dihasilkan berbau apeg dan kadar sineol dalam minyak
rendah. Penyimpanan daun dilakukan maksimal selama satu minggu. Kerusakan
minyak kayu putih akibat penyimpanan terutama terjadi karena proses hidrolisis
dan pendamaran komponen-komponen yang terdapat dalam daun.
Pengaruh hidrolisis ini dapat dicegah dengan menyimpan daun di tempat yang kering dengan
sirkulasi udara sekecil mungkin. Sedangkan pengaruh pendamaran dapat diminimalkan dengan
mempersingkat waktu penyimpanan dan menurunkan suhu penyimpanan.
F.
Pengambilan Minyak Atsiri
Dalam
proses selanjutnya, daun kayu
putih masuk dalam
proses pembuatan minyak kayu putih. Proses penyulingan minyak kayu putih ini terbagi dalam 3
tahap, yaitu:
1)
Pembuatan Uap
Alat-alat yang
digunakan pada pembuatan uap sebagai pensuplai uap panas antara lain:
a.
Boiler
berfungsi untuk
memproduksi uap yang akan digunakan
untuk mendestilasi minyak kayu putih dari daun kayu putih pada bak daun yang dihasilkan air yang berasal dari water softener yang dimasukkan ke dalam
boiler
dengan pompa. Pada boiler dilengkapi
dengan panel automatic, yang berfungsi
sebagai pengontrol boiler agar aman dan berfungsi dengan baik. Panel automatic
juga berfungsi mengontrol boiler untuk
berhubungan dengan kipas penghisap asap keluar, pompa pengisi air boiler dan
pompa water softener.
b.
Ruang Bakar
Berfungsi
sebagai tempat pembakaran bahan bakar dari
daun bekas masak kayu putih (bricket) dan sebagai tempat pemanasan air awal
yang dihubungkan dengan boiler. Konstruksi dinding api dari pipa-pipa uap
yang melengkung dan
menjadi satu di atas dengan pipa uap
diameter 10” dan digabungkan
dengan uap yang terbentuk di boiler. Lantai ruang bakar terbuat dari
semen tahan api dan berlubang-lubang untuk pemasukan udara segar dari luar yang
dihisap oleh exhaust
fan.
c.
Exhaust Fan
Berfungsi menghisap
udara panas yang telah dipakai untuk memanasi ruang bakar dari ketel uap dan
memasukkan udara segar ke dalam ruang bakar untuk kemudian dihembuskan ke cycloon.
d.
Cycloon
Berfungsi memisahkan
debu yang terhisap dari boiler oleh exhaust fan agar
tidak keluar ke udara bebas.
e.
Chimney
Berfungsi mengalirkan asap pembakaran
ke udara. Sedangkan untuk pengumpan air digunakan alat-alat sebagai berikut.
·
Pompa feeding water Berfungsi memompa air
untuk masuk ke dalam boiler secara otomatis dari tangki air umpan yang telah
dilunakkan dalam tangki water softener.
·
Water softener Berfungsi melunakkan air
yang masuk ke
dalam boiler dari
kadar kapur, agar tidak mudah membentuk lapisan kapur yang menempel di
bagian dalam boiler.
·
Feed pump water softener Berfungsi memompa air yang akan dilakukan ke dalam water softener
dari bak air.
·
Feed tank Berfungsi menyimpan air yang sudah dilewatkan water softener
dan sudah lunak untuk dipompa masuk ke dalam boiler.
2)
Penguapan Daun
Alat-alat yang
digunakan pada penguapan atau pemasakan daun adalah sebagai berikut:
a.
Bak Daun
Berfungsi sebagai
wadah untuk keranjang yang berisi daun kayu putih yang akan diberi uap panas
dari ketel uap. Kapasitas bak adalah 1.500 kg. Jumlah bak daun di pabrik ini
ada 2 unit.
b.
Keranjang Daun
Berfungsi untuk
tempat daun kayu putih yang akan dimasak / diuapi dalam bak daun, sehingga
mudah untuk dimasukkan dan dikeluarkan. Kapasitas keranjang adalah 1.250
kg daun kayu putih. Jumlahnya 2 unit.
c.
Hoist Crane
Berfungsi untuk
memasukkan dan mengangkat keranjang daun dari bak daun yang akan dan telah
selesai dimasak. Kapasitas daya angkat 1 ton, sedang jumlahnya 1 buah.
3)
Pendinginan dan Pemisahan Minyak dengan Air
Alat-alat yang
digunakan pada proses pendinginan uap minyak daun kayu putih, antara lain
adalah:
a.
Condensor
Berfungsi mengembunkan
uap minyak air dan uap air yang keluar dari ketel uap untuk dijadikan cairan
dengan cara didinginkan.
b.
Pompa air condensor
Berfungsi
memompa air pendingin dari bak air
pendingin untuk dipompa
masuk ke dalam condensor dan keluar lagi menuji cooling tower.
c.
Cooling tower
Berfungsi
mendinginkan air dari bak air yang akan dialirkan melalui condensor, dari suhu
104oF (40oC) menjadi 92oF (33oC). Sedangkan untuk
memisahkan air dengan minyak kayu putih, alat-alat yang digunakan adalah
sebagai berikut:
a.
Separator
Berfungsi
memisahkan minyak kayu putih dari air
yang keluar bersamaan dari kondensor dengan menggunakan sistem gravitasi. Air akan keluar
dari bagian bawah dan langsung dibuang ke sungai, sedangkan
minyak kayu putih
akan keluar bagian
atas. Proses pemisahan ini dikontrol melalui kaca pengamat.
b.
Tangki penampung minyak kayu putih
Berfungsi menampung
minyak kayu putih dari separator. Kapasitas 200 liter.
G.
Manfaat Minyak Atsiri Kayu Putih
Kayu putih bisa dimanfaatkan sebagai pengobatan
setelah dilakukan penyulingan dan nantinya akan menghasilkan minyak atsiri.
Bersama ini kami informasikan manfaat minyak kayu putih untuk kesehatan,
diantaranya :
·
Anti Septic dan Bakteri : Minyak kayu putih ini sangat efisien dalam menanggulangi infeksi dari kuman, virus dan jamur, seperti tetanus,
influenza dan penyakit-penyakit menular lainnya seperti kolera, tipus dan
sebagainya. Sebagai obat luar digunakan untuk luka yang disebabkan besi yang
berkarat agar terlindung dari tetanus.
·
Insektisida dan Vermifuge : Minyak kayu putih sangat efisien dalam
berkendaraan jauh agat tidak masuk angin dan membunuh serangga. Aroma yang kuat
sehingga bisa ditambah cairan lain kemudian dimasukan ke semprotan dan
digunakan untuk mengusir nyamuk dan serangga lainnya.
·
Decongestant dan Expetorant : Kayu putih dapat dimanfaatkan untuk
mengobatan gangguan pada hidung dan tenggorokan, organ pernapasan lainnya dan
batuk serta infeksi lain yang menyebabkan radang
tenggorokan dan bronchitis.
·
Kosmetik dan Tonik : bermanfaat untuk menghaluskan dan dan mencerahkan
kulit dan bebas dari infeksi sehingga banyak dipergunakan untuk kosmetik ,
dapat mencegah infeksi pada kulit tersebut maka dipergunakan jugu sebagai tonik
(pelindung).
·
Perangsang dan Sudororific : Bermanfaat merangsang saraf-saraf pada
tubuh, memberikan efek pemanasan dan mempelancar sirkulasi pengeluaran sehingga
dapat membantu toksin dikeluarkan daru tubuh melalui saluran pengeluaran.
·
Analgesik : bermanfaat mengurangi rasa sakit seperti sakit gigi, sakit
kepala, sakit pada persendian, otot , pilek, demam
dan lain-lain.
·
Panas : bermanfaat untuk mengurangi demam yang disebabkan karena terjadinya
infeksi dengan mengelurkannya melalui keringat sehingga bisa mendinginkan suhu
tubuh.
·
Udara : bermanfaat untuk mengeluarkan angin bagi penderita yang mesuk
angin, mencegah masuk angin serta membantu mengeluarkan angin yang ada dalam
perut melalui saluran pembuangan.
·
Anti Sakit Saraf : bermanfaat untuk mengatasi sakit sarat di sekitar
daerah mulut termasuk tenggorokan, telinga, amandel, pangkal hidung, hulu
tenggorokan dan sekitarnya. Sakit parah akibat konpresi di sekitar tenggorokan
yang disebabkan makan premen, makanan, banyak tertawa dan berteriak. Dengan
minyak kayu putih dapat membantu mengurangi rasa sakit karena dapat mempelancar
peredaran darah sehingga dapat mengurangi pembengkakan sehingga
melonggarkan tekanan saraf-saraf di tenggorokan sehinga dapat membantu langsung di daerah sekitar sakit tersebut.
H.
Kriteria Mutu
Minyak kayu putih merupakan
salah satu produk kehutanan yang telah dikenal luas oleh masyarakat. Minyak
atsiri hasil destilasi atau penyulingan daun kayu putih (Melaleuca leucadendron
Linn.) ini memiliki bau dan khasiat yang khas, sehingga banyak dipakai sebagai
kelengkapan kasih sayang ibu terhadap anaknya, terutama ketika masih bayi.
Minyak kayu putih digosokkan hampir di seluruh badan untuk memberikan kesegaran
dan kehangatan pada si jabang bayi.
Karena penggunaannya yang
luas tersebut, mutu minyak kayu putih yang dijual di pasaran perlu mendapat
perhatian. Untuk memenuhi tuntutan mutu tersebut, lahirlah standar nasional
kayu putih yang diusulkan oleh PT. Perhutani (persero) melalui Pantek 55S Kayu,
bukan kayu dan produk kehutanan, yaitu SNI 06-3954-2001. Standar tersebut
menetapkan istilah dan definisi, syarat mutu, cara uji, pengemasan dan
penandaan minyak kayu putih yang digunakan sebagai pedoman pengujian minyak
kayu putih yang diproduksi di Indonesia.
Mutu minyak kayu putih
diklasifikasikan menjadi dua, yaitu mutu Utama (U) dan mutu Pertama (P).
Keduanya dibedakan oleh kadar cineol, yaitu senyawa kimia golongan ester
turunan terpen alkohol yang terdapat dalam minyak atsiri seperti kayu putih.
Minyak kayu putih mutu U mempunyai kadar cineol ≥ 55%, sedang mutu P kadar
cineolnya kurang dari 55%.
Secara umum, kayu putih
dikatakan bermutu apabila mempunyai bau khas minyak kayu putih, memiliki berat
jenis yang diukur pada suhu 15oC sebesar 0,90 – 0,93, memiliki
indeks bias pada suhu 20oC berkisar antara 1,46 – 1,47 dan putaran
optiknya pada suhu 27,5oC sebesar (-4)o – 0o.
Indeks bias adalah bilangan yang menunjukkan perbandingan antara sinus sudut
datang dengan sinus sudut bias cahaya, sedangkan yang dimaksud putaran optik
adalah besarnya pemutaran bidang polarisasi suatu zat.
Disamping itu, minyak kayu
putih yang bermutu akan tetap jernih bila dilakukan uji kelarutan dalam alkohol
80%, yaitu dalam perbandingan 1 : 1, 1 : 2, dan seterusnya s.d. 1 : 10. Dalam
minyak kayu putih tidak diperkenankan adanya minyak lemak dan minyak pelican.
Minyak lemak merupakan minyak yang berasal dari hewan maupun tumbuhan, seperti
lemak sapi dan minyak kelapa, yang mungkin ditambahkan sebagai bahan pencampur
dalam minyak kayu putih. Demikian juga minyak pelican yang merupakan golongan
minyak bumi seperti minyak tanah (kerosene) dan bensin biasa digunakan sebagai
bahan pencampur minyak kayu putih, sehingga merusak mutu kayu putih tersebut.
Bagian terpenting dalam
standar tersebut, selain penetapan mutu di atas, adalah cara uji untuk
mengetahui mutu minyak kayu putih, baik yang tercantum di dalam dokumen maupun
kemasan. Pengujian dilakukan dengan dua cara, yaitu cara uji visual dan cara
uji laboratories. Cara uji visual dilakukan untuk uji bau, sedangkan uji
laboratories dilaksanakan untuk menguji kadar cineol, berat jenis, indeks bias,
putaran optik, uji kelarutan dalam alkohol 80%, kandungan minyak lemak dan
kandungan minyak pelican.
Minyak kayu putih merupakan
salah satu produk kehutanan untuk tujuan ekspor yang penerapan standarnya
bersifat wajib. Selain minyak kayu putih, produk kehutanan yang penerapan
standarnya diwajibkan oleh Pemerintah adalah produk kayu lapis dan gambir.
daftar pustaka
Guenther, Ernes. 1987.Minyak Atsiri. Jakarta: Universitas
Indonesia Press
Ketaren, S, 1981. Minyak Atsiri. Jurusan Teknologi Industri, Fakultas Teknologi
Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar