Translate

Minggu, 08 Januari 2012

Kajian Termodinamika Konfigurasi Reaktor Gasifikasi Untuk Menghasilkan Gas Sintesis

download di sini

Sunu Herwi Pranolo1 dan Herri Susanto2
1Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret, Jl. Ir. Sutami 36A – Surakarta 47126
2Prodi Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganeça 10 – Bandung 40132
E-mail: sunu_pranolo@yahoo.com dan herri@che.itb.ac.id

Abstrak

Permasalahan dalam konversi biomassa menjadi gas sintesis (gas dengan kandungan CO dan H2 tinggi dan yang sesuai dengan umpan proses Fischer-Tropsch) adalah gasifikasi janggel jagung tidak dapat dilaksanakan dengan udara sebagai gasifying agent. Di sisi lain, penggunaan O2 untuk menghindari N2-ikutan dari udara menjadikan biaya investasi tinggi dalam penyediaan O2 sebagai gasifying agent. Karena itu, perlu upaya-upaya untuk membuat reaktor gasifikasi dengan konfigurasi sedemikan rupa agar tetap dapat menggunakan udara sebagai gasifying agent yang murah tetapi dapat mencegah N2-ikutan ke dalam gas hasil seminimum mungkin.

Kajian termodinamika yang disajikan dalam makalah ini merupakan langkah awal dalam penelitian dan pengembangan sistem produksi gas sintesis dari biomassa melalui proses gasifikasi. Tiga buah konfigurasi reaktor gasifikasi telah kami uji melalui simulasi termodinamika dengan bantuan simulator proses. Konfigurasi tersebut adalah: (a) reaktor gasifikasi tunggal sebagai Model A, (b) pemisahan reaktor gasifikasi dan reaktor pembakaran sebagai Model B dan (c) pemisahan reaktor pirolisis, reaktor gasifikasi dan reaktor pembakaran sebagai Model C.

Hasil simulasi menunjukkan bahwa secara praktis Model B lebih sederhana dan mudah dilaksanakan. Bila pemakaian bahan bakar keperluan panas gasifikasi tepat, Model B dapat dipergunakan untuk gasifikasi biomassa berkadar-air relatif tinggi. Model C memberikan perolehan gas sintesis paling bersih, tetapi memerlukan pasokan panas tambahan.

Kata kunci: kajian termodinamika, konfigurasi reaktor gasifikasi, Fischer-Tropsch Synthesis

Jumat, 06 Januari 2012

PERANCANGAN PABRIK MINYAK DAG MENGGUNAKAN TEKNOLOGI BIOKATALIS DI INDONESIA

download di sini

Heri Hermansyah, Anondho Wijanarko, Revy Anandya Azhary
Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia
Kampus Baru UI Depok, Depok 16424, Telp. 7863516
E-mail: heri@chemeng.ui.ac.id

Abstrak
Potensi minyak kelapa sawit Indonesia yang begitu besar mendorong berkembangnya berbagai macam usaha untuk meningkatkan nilai tambah bagi kelapa sawit. Salah satu cara untuk meningkatkan nilai tambah bagi kelapa sawit adalah pembuatan minyak DAG yang berbahan dasar minyak sawit. Minyak DAG merupakan minyak untuk kesehatan yang mempunyai khasiat untuk menurunkan kadar kolesterol dan anti kegemukan. Berdasarkan analisa pasar, pabrik pembuatan minyak DAG akan memproduksi minyak DAG sebesar 2.530 ton per tahun dengan target pemasaran utama adalah ekspor ke luar negeri. Lokasi pabrik berada di kawasan Riau karena pertimbangan dekat dengan sumber bahan baku dan kemudahan untuk ekspor ke luar negeri. Pembuatan minyak DAG  dilakukan melalui kombinasi parsial hidrolisis dan esterifikasi yang dilakukan di dalam hollow fiber reactor dengan bantuan biokatalis. Bahan baku minyak sawit akan dihidrolisis dengan buffer dalam hollow fiber reactor 1 dengan bantuan biokatalis. Hasil pengayaan minyak DAG pada reaktor 1 akan dilanjutkan dengan esterifikasi dengan gliserol pada hollow fiber reactor 2 dengan bantuan biokatalis. Hasil pengayaan minyak DAG pada reaktor 2 akan dipurifikasi di dalam short path distillator. Dari hasil analisa faktor-faktor keekonomian yang dilakukan, pembangunan pabrik untuk memproduksi minyak DAG ini memenuhi kelayakan ditinjau dari segi teknis dan ekonomi.

Kata kunci: Kelapa sawit, minyak DAG, kombinasi parsial hidrolisis dan esterifikasi, hollow fiber reactor

Rabu, 04 Januari 2012

PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN BIOGAS

download di sini

M. Istnaeny Hudha
Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang
Jl. Bendungan Sigura-gura No. 2 Malang, Telp./Fax : (0341)551431 ext. 134/553015

Abstrak

Limbah organik yang akan digunakan sebagai bahan baku adalah enceng gondok. Kandungan amilum dan selulosa yang terdapat pada eceng gondok mempunyai peran penting dalam pembuatan biogas. Melalui tahap hidrolisis, amilum berubah menjadi alfa glukosa dan selulosa berubah menjadi beta glukosa. Dilanjutkan dengan proses fermentasi, keduanya berubah menjadi etanol. Dan dengan proses dehidrasi, etanol diubah menjadi etana yang dapat dijadikan bahan bakar Sedangkan starter yang digunakan berasal dari sisa peternakan yaitu kotoran sapi, yang berfungsi untuk membantu proses pembentukan biogas.
Adapun variabel yang digunakan adalah perbandingan limbah organik terhadap jumlah starter 1:0; 1:1; 2:1;3:1; 4:1 dan melakukan pengadukan setiap 3 hari sekali dengan variabel 4 menit dan 8 menit selama 15 hari. Setelah 15 hari gas yang terkumpul didalam gas holder diambil dan dianalisa kandungan gas metannya.
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa perbandingan jumlah bahan yang optimal adalah 1:1 dengan kadar 65,84 % dan pengadukan yang optimal adalah 4 menit.

Kata kunci: limbah organik, fermentasi, starter, biogas dan metana

Pengaruh Promoter Ni Pada Katalis NiMo/Al2O3-SiO2 Untuk Pembuatan Biofuel Generasi Kedua

download di sini
Pengaruh Promoter Ni Pada Katalis NiMo/Al2O3-SiO2
Untuk Pembuatan Biofuel Generasi Kedua

Erlan Rosyadi1, Unggul Priyanto1, Kinya Sakanishi2, Suprapto3, Achmad Roesyadi3
1Agency for Assessment and Application of Technology – Indonesia (BPPT)
2National Institute of Advanced Industrial Science and Technology (AIST)
3Institute of Technology Sepuluh Nopember Surabaya – Indonesia (ITS)

Abstrak

Dalam proses pengolahan minyak bumi seperti proses hydrocracking, katalis berbasis NiMo telah banyak digunakan. Proses hydrocracking sangat berperan untuk menghasilkan produk bahan bakar yang sesuai dengan permintaan. Dalam studi biofuel generasi kedua ini, katalis NiMo dengan menggunakan support Alumina-Silica digunakan dalam proses hydrocracking FT Wax yang diperoleh dari biomasa. Proses hydrocracking FT Wax dilakukan dalam Autoclave berkapasitas 50 ml, pada suhu 400 oC dan tekanan Hidrogen awal 5 MPa. Proses hydrocracking Hexatriacontane menghasilkan diesel oil yield sebesar 59.47 wt%, sedangkan proses hydrocracking FT Wax menghasilkan diesel oil yield sebesar 36.71 wt%. Untuk menghasilkan aktivitas proses hydrocracking yang tinggi, perlu dilakukan pengontrolan rasio logam precursor dan promoter.

Keywords: hydrocracking; hexatriacontane; FT Wax; Katalis NiMo; Alumina-silica

Senin, 02 Januari 2012

OPTIMASI KONSUMSI UAP BARU SEBAGAI UPAYA PENGHEMATAN ENERGI DI PABRIK GULA (OPTIMIZING THE LIVE STEAM CONSUMPTION AS AN EFFORD TO GET ENERGY SAVING IN SUGAR FACTORY)

download di sini

Subhanuel Bahri *)

*) Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI)-Pasuruan


ABSTRAK
                Pabrik gula didesain untuk berswasembada energi, artinya seluruh kebutuhan energi yang digunakan mengolah tebu menjadi gula dapat dipenuhi dari pembakaran ampas tebu dalam Unit Ketel Uap. Bahkan dimasa mendatang pabrik gula justru diharapkan surplus energi, sehingga terbuka peluang menjual kelebihan energinya kepublik, sebagai pendapatan tambahan untuk meningkatkan daya saingnya. Dalam rangka mewujudkan semuanya itu, perlu dilakukan program optimasi konsumsi uap baru di pabrik gula. Beberapa hasil penelitian dan pengalaman empirik menunjukkan bahwa, kelancaran giling (jam berhenti karena sebab di dalam pabrik < 5% total jam giling), kualitas uap baru (kejatuhan tekanan dan suhu uap baru), jenis mesin penggerak utama (jenis turbin uap single/multi stage atau motor listrik), serta alokasi jenis mesin penggerak utama (kapan digunakan turbin uap single/multi stage atau motor listrik), merupakan faktor-faktor dominan yang perlu mendapatkan perhatian yang serius.

Kata kunci : energi, ketel uap, motor listrik, pabrik gula, turbin uap, uap

ABSTRACT
                Sugar factory was designed to be self sufficiency in energy. Its mean that all the energy required to process cane to become sugar can be fulfilled by burning bagasse in the boiler unit. In the future, sugar factory was also expected to have an excess energy, to be sold to public as an additional income to increase their competition ability. In order to realizing the above conditions, there was a need to conduct an optimization program of live steam consumption in sugar factory. The results of some research and empirical experienced indicated that, continuous milling (stop hours due to factory < 5% total milling hours), live steam quality (pressure and temperature drop), type of prime mover (single/multi stage steam turbine type or electric motor), allocation of type of prime mover (when using single/multi stage steam turbine or electric motor), was representing dominant factors which require to get serious attention.

Keywords: energy, steam boiler, electric motor, sugar factory, steam turbine, steam

POTENSI PEMANFAATAN BIOGAS DI KOTA BATU, JAWA TIMUR

download di sini

Jimmy, Budi Punawan, Andri Pitono
Program Studi Teknik Kimia, Institut Teknologi Nasional Malang,
Jln. Bendungan Sigura-gura 2 Malang 65145
e-mail : j_roring@yahoo.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi pengembangan biogas di Kota Batu sebagai bahan bakar alternatif pengganti bahan bakar fosil yang dapat dikembangkan menjadi sumber energi yang menunjang kegiatan masyarakat sekitar. Metode penelitian yang dilakukan adalah pengumpulan data primer (kepemilikan ternak, pola pemeliharaan ternak, ketersediaan lahan dan sumber daya manusia, kebutuhan energi) diperoleh melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Sedangkan data sekunder (gambaran umum lokasi penelitian, populasi, jenis dan sebaran ternak, reaktor biogas yang sudah ada, kualitas dan kuantitas kotoran ternak dan manusia) diperoleh dari dinas terkait dan literatur lain. Kecamatan yang dijadikan acuan adalah Kecamatan Batu dan Kecamatan Bumiaji.
Kota Batu cukup potensial sebagai wilayah pengembangan biogas. Besarnya jumlah ternak menjadi modal dasar pengembangan biogas. Secara infrastruktur, ketersediaan lahan kosong di sekitar kadang sebagai tempat digester biogas cukup memadai. Jarak kandang satu dengan kandang lain cukup dekat sehingga dapat dibangun digester kolektif yang mengakomodasi beberapa kandang. Sarana pendukung seperti air bersih dan saluran pembuangan kotoran ternak belum memadai sehingga pengembangan biogas di wilayah ini perlu diikuti dengan pembangunan sarana fisik yang mendukung operasional digester biogas yang akan dibangun. Dari aspek lingkungan, pengembangan biogas di Kota Batu dapat memberikan sumbangsih besar terhadap kelestarian lingkungan seperti perbaikan kualitas udara, air dan konservasi hutan. Secara ekonomi, penggunaan biogas dapat menghemat belanja energi rumah tangga. Di desa Oro Oro Ombo berpotensi dibangun 8 unit digester dengan kapasitas 30-50 m3 dan di Desa Gunung Sari berpotensi dibangun 5 unit digester dengan kapasitas 40-70 m3.

Kata Kunci: Potensi, Biogas, Energi Alternatif, Kota Batu