Translate

Senin, 28 November 2011

FERMENTASI MOLASES SECARA KONTINYU DALAM REAKTOR PACKED-BED DENGAN TEKNIK IMMOBILISASI K-KARAGINAN MENGGUNAKAN ZYMOMONAS MOBILIS TERMUTASI

download di sini


Arini, N.F., Savitri, W., Widjaja, T., Darmawan, R.
Laboratorium Teknologi Biokimia
 Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya
Komplek ITS-Keputih, Sukolilo – Surabaya 60111Telp : 031-5946240

Abstrak

Proses fermentasi pada umumnya dilakukan dengan proses batch. Namun, pada kenyataannya proses batch mempunyai kendala dengan adanya akumulasi dari produk etanol yang dapat meracuni mikroorganisme sehingga konsentrasi etanol yang dihasilkan rendah. Sebagai solusi, maka dalam penelitian ini dilakukan proses fermentasi secara kontinyu dalam bioreaktor packed bed secara immobilisasi sel Zymomonas mobilis termutasi menggunakan K-Karaginan dengan tujuan mengetahui pengaruh perubahan konsentrasi glukosa terhadap  konsentrasi etanol, yield etanol, dan produktivitas etanol.
Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah molases dengan berbagai  konsentrasi gula total dalam molases  yaitu,14% v/v (178 g glukosa/L), 16% v/v (186 g glukosa/L), 18% v/v (201 g glukosa/L). Tahapan penelitian  dimulai dengan pre-treatment molases, pembuatan starter, pengembangan kultur, pembuatan production medium, pembuatan bead sel K-karaginan (2% w/v), selanjutnya proses fermentasi continue dalam bioreaktor packed bed dengan  flow rate 1 ml/menit (dilution rate 0,4/jam). Sisa glukosa dianalisa menggunakan metode spektrofotometri dengan reagen larutan DNS, etanol yang dihasilkan dianalisa dengan metode Gas Chromatografi (GC).
        Dari hasil penelitian ini diperoleh bahwa fermentasi secara kontinyu mampu menghasilkan  etanol  maksimal yaitu pada konsentrasi glukosa 186 g/L dengan nilai konsentrasi etanol = 76,48g/L (7,67 %),  yield etanol = 49,38 %, produktivitas etanol = 30,59 g/L.jam sedangkan pada batch hasil maksimal pada konsentrasi glukosa 186 g/L  dengan nilai konsentrasi etanol = 74,10 g/L (7,43 %),  yield etanol = 47,47 %, produktivitas etanol = 1,03 g/L.jam

Kata kunci:bioreaktor packed-bed ,fermentasi kontinyu, immobillisasi sel, K-Karaginan, molases, Zymomonas mobilis  termutasi

Peningkatan Produksi dengan Penyempurnaan Peralatan Bioreaktor dan Perbaikan Sistem Manajemen Internal Melalui Program TTT di CV.Green Garden Pupuk Organik Fertile Boyolali


download di sini
Paryanto 1),  Budiarto 2), Rahmad Basuki1), Budiono 1), Sartanto 1)
1) Teknik Kimia UNS, 2) Batan Jakarta,
Jl. Ir. Sutami No. 36 A, Surakarta 57126

Abstrak

Masalah kemiskinan dan pengangguran tampaknya masih menjadi tantangan berat bagi bangsa Indonesia dalam pembangunan nasional. CV. Green Garden sebagai perusahaan yang bergerak dalam bidang pembuatan pupuk organik “Fertile” dan penjualannya telah mampu melihat potensi tersebut, dan karena pasar yang dituju oleh CV. Green Garden sangat jelas yaitu para petani yang sampai sekarang masih terpuruk (yang merupakan komposisi terbesar dalam struktur masyarakat), oleh karenanya CV. Green Garden bergerak dalam pembuatan dan penjualan pupuk organik. Namun beberapa kelemahan dalam proses produksinya dan kelemahan manjemen menjadi salah satu kendala pengembangan CV. Green Garden lebih lanjut.
      Permasalahan yang dihadapi oleh mitra usaha dalam hal ini adalah CV. Green Garden adalah relatif tingginya permintaan pasar akan produk berupa pupuk organik yang belum diimbangi oleh proses produksi yang tepat ,manajemen produksi yang belum tertata sempurna serta manajemen keuangan yang belum tertata dengan baik.
      Tujuan yang ingin dicapai sehubungan dengan program TTT ini adalah peningkatan kemampuan industri dan pelaksana dalam bidang usaha pembuatan pupuk organik.
Manfaatnya dapat memperbaiki mutu produk pupuk, perbaikan proses produksi terutama dalam hal pembuatan bioreaktor dan mixer guna memperbaiki kualitas produk, sehingga mempunyai nilai ekonomi yang lebih tinggi.
Tahap awal perancangan digester kali ini adalah menentukan kapasitas produksi pupuk organik cair yang akan dihasilkan, dari kapasitas produksi dapat ditentukan volume bioreaktor. Volume bioreaktor dihitung diameter dan ketinggiannya. Tahap selanjutnya menghitung tebal dinding biorektor dan menghitung tinggi cairan dalam bioreaktor tersebut. Tekanan hidrostatik dihitung pada tahap selanjutnya. Bioreaktor harus ditutup dengan sebuah Head yang berbentuk Torispherical, dan dilakukan perhitungannya. Akhirnya didapatkan perhitungan akhir rancangan digester secara detail. Selanjutnya dihitung pula Nozzle.
Dilakukan percobaan dengan menvariasi sirkulasi pompa dan jumlah bahan pupuk padat yang akan diekstraksi menjadi pupuk organik cair, percobaan dilakukan pada kecepatan sirkulasi pompa 200 rpm, 400 rpm, 600 rpm, 800 rpm dan 1000 rpm, serta vareabel jumlah pupuk organik padat dari 2,5 kg, 5 kg, 7,5 kg, 10 kg dan 12,5 kg, untuk mengetahui bahwa pupuk telah terekstrak dianalisis kadar kaliumnya (K).

Hasil perancangan peralatan bioreaktor pembuatan pupuk organik cair adalah sebagai berikut : Volume bioreaktor sebesar 100 Liter, dengan ukuran diameter 17 cm, tinggi tabung 109 cm termasuk tinggi head, tebal sheel 0,1875 inch, bahan SA 167 grade 10 tipe 310. Clarifier dengan diameter 30 cm, tangki pemanas diameter 11 cm dan tinggi 22 cm, tangki umpan diameter 40 cm dan tinggi 20 cm,.Hasil uji bioreaktor mampu meningkatkan bahan yang terekstrak dari 60% menjadi 80%. Lama waktu pengolahan dari tujuh hari menjadi tiga hari. Manajemen yang dijalankan adalah mendisiplinkan karyawan pada proses produksi.

Kata kunci : Bioreaktor,Pupuk organik Cair, Manajemen

Analisis Peningkatan Kemampuan Teknologi Usaha Minuman Instan Empon-Empon Mekarsari Subang

download di sini

                                                               Sukirno
Balai Besar Pengembangan Teknologi Tepat Guna - LIPI
JLKS. Tubun No.5 Subang 41211
Tlp(0260)411478, Fax(0260)411239
E-mail:suki006@lipi.go.id

Abstrak

Kebijakan pembangunan daerah Kabupaten Subang antara lain mengupayakan pengembangan UMKM melalui pemanfaatan IPTEK guna mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya lokal yang ada. Aneka sumberdaya local antara lain tanaman rempah-rempah atau berupa empon-empon yaitu jahe,kunyit,temulawak,kunir dan sirih.Usaha memberi nilai tambah bahan-bahan tersebut dilakukan melalui program IPTEKDA memanfaatkan menjadi unit usaha minuman instant dengan produk unggulannya: bandrek instant, jahe instant, kunyit instant, temulawak instant, dan sirih instant.Sejak tahun 1998 unit usaha Mekarsari menjadi binaan  dengan bantuan peralatan proses produksi dan pengemasan dengan kapasitas produksi rata-rata 300 kg perbulan. Pada saat ini(2010) kapasitas produkai sudah mencapai 2.156 kg perbulan dengan melibatkan 12 ibu-ibu rumah tangga sebagai pekerja paruh waktu. Seiring dengan perkembangan usaha, peralatan -  peralatan yang ada sudah tidak dapat mendukung target produksi.Pada tahun 2010 unit usaha Mekarsari dibantu peralatan pengkristal,pencuci,pengepres empon-empon,bahan pengemas dan bahan baku.Hasil analisa menunjukkan bahwa usaha minuman instant empon-empon layak diterapkan pada skala usaha kecil, dengan menerapkan teknologi tepat guna hal ini sesuai dengan hasil analisa ekonomi yang memberi nilai revenue cost ratio  sebesar 1,175 dan tingkat keuntungan sebesar 17,5%.Mekanisme yang dijalankan sesuai dengan kesepakatan adalah bagi hasil keuntungan bersih 60% UMKM dan 40% Kelompok Intermidiasi Alih Teknologi(KIAT).  Apabila setoran sudah mencapai harga alat maka alat tersebut sesuai dengan perjanjian menjadi milik UMKM. Dana setoran yang terkumpul dapat dimanfaatkan untuk menambah modal atau untuk pemberdayaan UMKM yang lain.

Minggu, 27 November 2011

Pengambilan Citronellal Oil dari Cymbopogan Winterianus dengan menggunakan Proses Ekstraksi Destilasi


download di sini

Muyassaroh
Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Nasional Malang
Jl. Bendungan Sigura-gura No.2 Malang 56145, Telp 0341-551431, Fax 0341-553015
Abstrak
Minyak atsiri  merupakan jenis tanaman komoditi andalan non migas dari Indonesia yang cukup tinggi. Dalam bidang Industri, minyak atsiri digunakan untuk pembuatan kosmetik, parfum, antiseptic, obat-obatan,flavoung agent dalam makanan atau minuman serta sebagai pencampur rokok. kretek. Minyak atsiri mempunyai sifat mudah menguap pada suhu kamar tanpa mengalami dekomposisi, mempunyai rasa getir (pungent taste), berbau wangi sesuai dengan bau tanaman penghasilnya. Salah satu dari minyak atsiri adalah Sereh wangi (Cymbopogon winterianus) yang mempunyai kandungan geraniol, Citronellal,Citronellol.Proses pengambilan Citronellal Oil dari tanaman sereh wangi  dilakukan dengan 3 proses yaitu perlakuan awal, proses ekstraksi dan proses destilasi.Untuk perlakuan awal , batang(bonggol) atau daun sereh wangi dirajang, kemudian di angin-anginkan selama 3 sampai 4 jam kemudian dilakukan proses ekstraksi menggunakan pelarut air dan ethanol dengan lama ekstraksi 3 jam, terakhir di destilasi dengan suhu operasi 40 derajat Celcius dan diperoleh hasil bahwa minyak sereh wangi dengan menggunakan pelarut air dan bagian tanaman daun menghasilkan kualitas yaitu Kadar Geraniol 85,279 % dan kadar Citronellal 35,41 % ( sesuai dengan standart SNI), bilangan asam 2,211 dan bilangan ester 38,88.                                                                                                                                                                                                                                          

Kata kunci : Citronellal Oil, Sereh wangi, Ekstraksi.

Pemanfaatan Beras dan Bekatul Beras Rendah Lemak dalam Pembuatan Cake

download di sini

Chatarina Yayuk Trisnawati dan Anita Maya Sutedja
 Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya
Jl. Dinoyo 42 – 44 Surabaya 60265


Abstrak

                Beras dapat dimanfaatkan untuk pembuatan cake. Cake merupakan produk pangan yang terbuat dari tepung terigu pada umumnya, telur, lemak, gula, bahan pengembang dan flavoring yang dicampur menjadi suatu adonan kemudian dipanggang.  Penggunaan beras dalam bentuk tepung dapat mengurangi ketergantungan akan tepung terigu, memanfaaatkan bahan pangan lokal serta menyediakan produk pangan bagi penderita gluten intolerant.
                Penggunaan bekatul beras dapat meningkatkan kadar serat pangan pada cake beras. Penelitian ini menggunakan bekatul beras yang sudah dihilangkan lemaknya (rendah lemak).  Penggunaan bekatul beras rendah lemak dilakukan mulai proporsi 0%, 10%, 20%, 30%, 40% dan 50% dari berat total tepung beras yang digunakan.  Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan ulangan sebanyak empat kali. 
                Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan bekatul beras rendah lemak tidak berpengaruh nyata terhadap kadar air, volume spesifik, kompresibilitas serta kesukaan terhadap rasa dari cake beras.  Penggunaan bekatul beras rendah lemak berpengaruh nyata terhadap kenampakan crumb, kesukaan terhadap warna, crumbliness dan kelembutan cake beras.  Penggunaan bekatul beras rendah lemak sebesar 20% menghasilkan cake beras yang masih dapat diterima oleh panelis.


Kata kunci : beras, bekatul beras rendah lemak, cake

Sabtu, 26 November 2011

Pengaruh Jenis Jahe Dan Ratio Bahan Terhadap Ekstraksi Oleoresin Dari Jahe


download di sini 
Elvianto Dwi Daryono
Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Nasional Malang
Jl. Bendungan Sigura-gura No. 2 Malang, Telp/Fax : (0341) 551431/553015

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jenis jahe  dan perbandingan bahan masuk terhadap kualitas hasil ekstraksi oleoresin dari jahe. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini meliputi jenis jahe (jahe emprit dan jahe gajah) dan perbandingan bahan masuk yaitu berat jahe : volume pelarut (1:3, 1:4, 1:5, 1:6 dan 1:7). Sedangkan kondisi operasi meliputi suhu dan waktu ekstraksi, berat jahe, jenis dan konsentrasi pelarut, ukuran bahan, dan kecepatan putar. Pertama kita menyediakan bahan-bahan yang akan digunakan yaitu serbuk jahe yang telah dikeringkan dan dihaluskan  menjadi 40 mesh dan membuat pelarut sesuai dengan jenis dan konsentrasi pada kondisi operasi. Serbuk jahe dan pelarut sesuai dengan perbandingan bahan masuk pada variabel dimasukkan ke dalam ekstraktor selama 3 jam pada suhu 40oC. Setelah selesai hasil ekstraksi dimasukkan ke dalam rotary vacuum evaporator untuk dipisahkan antara oleoresin dan pelarutnya. Analisa yang dilakukan meliputi berat jenis, indeks bias, % rendemen dan % gingerol. Dari hasil analisa dan perhitungan didapatkan kondisi terbaik pada ekstraksi oleoresin menggunakan jahe emprit pada perbandingan bahan masuk 1:5, dimana didapatkan harga berat jenis 0,8982 gr/ml, indeks bias 1,4897, rendemen 9,98% dan % gingerol 33,23%. Pada ekstraksi oleoresin dengan menggunakan jahe gajah, kondisi terbaik didapatkan pada perbandingan bahan masuk 1:5, dimana didapatkan harga berat jenis 0,8964 gr/ml, indeks bias 1,4890 dan rendemen 8,94%.

Kata kunci : ekstraksi, jahe, oleoresin

PEMBUATAN KECAP IKAN DARI IKAN LELE


download di sini

Agung Rasmito, Selly Wijaya, Rony Hidayat
 Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya (ITATS)
Jl. Arif Rahman Hakim 100 Surabaya 60117
E-mail : ag_rasmito@yahoo.co.id

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar asam amino dan rasa yang paling disukai dengan variabel lama fermentasi dalam pembuatan kecap ikan. Percobaan dilakukan dengan cara memfermentasikan protein daging ikan lele agar agar berubah menjadi asam amino  selama 3, 3.5, 4, 4.5, 5, 5.5, 6 bulan. Dimana masing-masing digunakan untuk kecap manis dan kecap asin. Setelah lama fermentasi dilampaui, hasilnya berupa cairan kecap dianalisa kadar proteinnya. Kesimpulan dari penelitian ini : proses fermentasi yang optimal pada penelitian diatas adalah selama 4.5 bulan dimana didapat kadar asam amino terbesar yaitu 13.47 % untuk kecap manis dan sebesar 13. 38 untuk kecap asin. Rasa kecap ikan paling disukai yang dibuat dengan lama fermentasi 4.5 bulan.

Kata kunci : kecap, ikan, fermentasi, protein, asam amino

OPTIMASI PRODUKSI BIO-ETANOL BERBASIS ONGGOK LIMBAH TAPIOKA

download di sini


Nurul Widji Trianna dan Edi Mulyadi
UPN  ”Veteran” Jawa Timur
Alamat : Jl. Raya Rungkut Madya , Gunung Anyar Surabaya 60294
Telp./Fax. (031) 8706369/ (031) 8782179


Abstrak

Produksi bioetanol  berbasis pati, nira (molasis) atau pun selulose telah dikerjakan dalam skala, teknologi tepat guna, maupun industri besar. Dalam pengembangan proses produksi kendala yang sering menghadang adalah kesinambungan bahan baku. Penelitian ini selain dimaksudkan untuk diversivikasi bahan baku, juga mempelajari pengaruh dosis enzym α-Amilase  yang ditambahkan pada berbagai suhu proses hidrolisis dan dosis enzym Gluko Amilase yang ditambahkan pada berbagai waktu proses sakarifikasi terhadap kadar glukosa. Reaktor hidrolisis dan sakarifikasi menggunakan tangki berpengaduk yang dilengkapi pengendali suhu dan unit ekstraktor.  Proses Hidrolisis dijalankan dengan perbandingan 1 : 3 (1 bagian onggok singkong + 3 bagian Air) dan suhu dijaga 90 oC dan waktu proses 2 jam. Hasil yang relatif baik diperoleh pada penambahan Enzym α-Amilase  sebanyak 200 ppm  dan Enzym Gluko Amilase  sebesar 150 ppm, sakarifikasi pada suhu 60 oC selama 3 jam yang menghasilkan kadar glukosa 160 g/L . Selanjutnya, dilakukan proses ekstraksi untuk pemisahan padatan (cake) dan larutan glukose. Larutan difermentasi dengan menambahkan ragi dan, nutrien selama  5 hari. Produk fermentasi diistilahkan kaldu fermentasi terbaik mengandung 9% alkohol . Proses pemurnian kaldu fermentasi dilakukan  pada suhu reboiler 90 oC dan suhu reflux dijaga 75 oC. Bioetanol yang dihasilkan dari distilasi dengan satu stage reflux berkadar alkohol berkisar rerata 95 %.

Kata Kunci           : Bio Etanol,  onggok, Hidrolisis.

KINETIKA REAKSI HIDROLISIS ENCENG GONDOK MENJADI FURFURAL DENGAN KATALISATOR HCL

download di sini

Sintha Soraya Santi, M. Yunus dan Yudy Setyadi.

Jurusan Teknik Kimia , FTI UPN “Veteran” Jatim
Jl. Raya Rungkut Madya Surabaya

Abstrak

Pemanfaatan enceng gondok selama ini belum dilakukan semaksimal mungkin, dari penelitian yang telah dilakukan didapat bahwa reaksi pembentukan furfural dari pentosan mengikuti persamaan kecepatan reaksi orde nol.
Hidrolisa enceng gondok dijalankan dengan memanaskan bubuk enceng gondok dengan katalisator asam klorida (HCL) dalam labu leher tiga sambil diaduk terus menerus selama waktu dan suhu tertentu.
Hubungan antara tetapan kecepatan reaksi dengan suhu reaksi dalam kisaran suhu tersebut sesuai dengan persamaan Arrhenius, sehingga diperoleh :
k= 11,278 . e-1920,4/T
Pada penelitian ini diperoleh kondisi optimum pada : suhu 105oC ,kosentrasi HCl 4 N dengan waktu 4,5 jam dan hasil furfural yang didapat 0,88 %.

Kata kunci : kinetika reaksi, pentosan, furfural.

SELULOSE ASETAT DARI SABUT SIWALAN

download di sini

Caecilia Pujiastuti, Dian Puspita, Ani Rachmawati
Jurusan Teknik Kimia
Fakultas Teknologi Industri  UPN “ Veteran “ Jawa Timur
Jl. Raya Rungkut Madya, Gunung Anyar Surabaya 60294
Telp ( 031 ) 8706369, Fax ( 031 ) 8782257

INTISARI
Pemanfaatan tanaman siwalan hanya terbatas pada buah dan batangnya saja sedangkan sabut atau kulitnya merupakan limbah yang belum dimanfaatkan secara maksimal.Asetilasi selulosa  dalam pelarut asam phosphat merupakan salah satu metode untuk menghasilkan selulosa asetat dari sabut siwalan .. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan kadar asetil terbaik dalam pembuatan selulosa asetat dari proses asetilasi selulosa dari sabut buah siwalan.Proses asetilasi dilakukan dengan mereaksikan selulosa dan asam asetat glasial dalam sebuah reactor dengan menggunakan impeller magnetic sebagai pengaduk. Prosesnya terdiri dari beberapa tahap. Tahap pertama adalah melarutkan selulosa kedalam asam phosphat; tahap kedua adalah mengasetilasi selulosa dengan asam asetat glacial dan  terakhir yaitu tahap pemulihan produk dengan cara penyaringan dan pengeringan. Peubah yang dijalankan adalah  konsentrasi NaOH (5 – 18  %)  dan volume asam phospat yang ditambahkan (20 – 100 ml). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa kadar asetil terbaik untuk selulosa asetat yaitu sebesar 37% - 40%  dicapai pada pemasakan pulp dengan konsentrasi NaOH antara 14% - 18% sebanyak 800 ml NaOH dan volume asam phosphat sebanyak 100 ml dimana diperoleh yield rata-ratanya sebesar 79,57%.
Kata kunci : sabut siwalan , selulosa,acetilasi, selulosa acetat

KAJIAN PENAMBAHAN H2SO4 DAN ASAM OKSALAT TERHADAP PEMBUATAN CaCO3 DARI KULIT JERUK SIAM

download di sini
Lucky Indrati Utami * , Kindriari Nurma Wahyusi **,

Jurusan Teknik Kimia
Fakultas Teknologi Industri  UPN “ Veteran “ Jawa Timur
Jl. Raya Rungkut Madya, Gunung Anyar Surabaya 60294
Telp ( 031 ) 8706369, Fax ( 031 ) 8782257

ABSTRAK

Buah jeruk banyak dijumpai di Indonesia ,mengingat persebarannya luas dan menduduki seluruh wilayah di dunia . Selama ini yang biasa diambil hasilnya dari tanaman jeruk adalah buahnya ,sedangkan kulit buah tersebut dibuang saja. Nilai gizi kulit jeruk cukup baik , serta didalam kulit jeruk banyak dijumpai unsur – unsur kimia ,yang salah satunya dapat dimanfaatkan untuk dibuat kalsium karbonat  ( CaCO3 ) sebagai bahan dasar pasta gigi , bahkan kosmetik dll.
Dalam Penelitian ini akan dipelajari pengaruh konsentrasi asam oksalat : 10 %, 12 %, 14 %,
16%, 18% dan volume asam sulfat 4 N  : 80 ml, 90 ml, 100ml, 110ml, 120ml. Hasil yang terbaik dalam penelitian ini pada peubah konsentrasi asam  oksalat 14 % berat, suhu pencampuran :100 oC  dan jumlah asam sulfat 4 N : 100 ml dan waktu pencampuran selama 35 menit ,Diperoleh kalsium karbonat = 96,42 %
Kata Kunci : Asam oksalat, Asam sulfat, Kalsium karbonat .

ABSTRACT
A lot of sweet orange are found in Indonesiaand in the world because of wide distribution.
Usually in sweet orange crop, the fruit is taken and the skin is thrown away .Nutrition value of sweet orange skin is good enough, and there are a lot of chemistryelements in this skin , one of the elements can be advantaged for calsium carbonate ( CaCO3 ) product. It is the raw  material of  toothpaste , cosmetic,etc . In this research we studied the effect of oxalic acid concentration
: 10 %, 12%,14%, 16%,18% .and volum sulfade acid 4 N : 80 ml, 90ml,100ml, 110ml,120ml,
It this research the best product was founding oxalic acid concentration 14 % ,and sufade acid 4 N sum  100 ml and mixing time = 35 menute . It was produced calcium carbonate = 96, 42 %.
Keywords : oxalic acid , Sulfade acid, calcium carbonate .

Kamis, 24 November 2011

KAJIAN AWAL PENURUNAN KADAR TIMBAL DAN KROM DENGAN MENGGUNAKAN BATUBARA DALAM REAKTOR PIPA

download di sini

Sani, Dwi Hery Astuti
Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri UPN ”Veteran” Jawa Timur
Jl.Raya Rungkut Madya, Gunung Anyar Surabaya Telp.(031) 8706369
Fak(031) 8706372

ABSTRAK

Adsorbsi merupakan suatu proses yang dapat digunakan untuk penanganan air limbah karena proses nya tidak terlalu rumit, disamping itu juga bahan untuk mengadsorbsi mudah didapat serta biaya operasionalnya murah. Banyak bahan yang dapat digunakan sebagai absorben salah satunya adalah batubara. Batubara disamping  sebagai bahan bakar  juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan pengadsorbsi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui  seberapa besar kemampuan barubara lignit dalam menurunkan kadar logam berat Cr(krom) dan Pb(Timbal) pada reaktor pipa.
Proses adsorbsi dilakukan dengan mengalirkan limbah elektroplating pada bak penampung kedalam sebuah reaktor pipa yang didalamnya berisi batubara sebagai absorben dengan aliran kontinyu. Dalam penelitian ini akan mempelajari pengaruh batubara sebagai adsorben untuk menurunkan konsentrasi logam berat krom dan timbal pada sebuah reaktor pipa (kolom) dalam berbagai laju alir dengan peubah sebagai berikut : Tinggi Unggun (Cm): 25, 30, 35, 40, 45. Laju alir (ml/menit) : 35, 50, 65, 80, 95.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa penurunan konsentrasi logam krom terbaik yaitu sebesar 7,343 mg/L dengan % removal sebesar 64,406 % dan penurunan konsentrasi logam timbal terbaik yaitu sebesar 0,216 mg/L dengan % removal sebesar 40,659 %, hasil ini dicapai pada laju alir 35 ml/menit dengan tinggi unggun pada kolom sebesar 45 Cm.

Kata kunci: adsorbsi, Batubara.

DESULFURISASI BATUBARA MENGGUNAKAN UDARA DAN AIR

download di sini

Nana Dyah Siswati dan Aretna Festiani
Jurusan Teknik Kimia FTI UPN “Veteran“ jawa Timur
Jl. Raya Rungkut Madya Gunung Anyar Surabaya, 60294.


ABSTRAK

Batubara merupakan sumber energi alternatif pengganti minyak bumi yang mulai dikembangkan pemakaiannya untuk memenuhi kebutuhan energi di Indonesia. Pembakaran batubara berkadar sulfur tinggi menghasilkan gas sulfur dioksida yang secara langsung maupun tidak langsung dapat mengganggu kehidupan manusia, seperti menyebabkan sesak pada saluran pernapasan, serta menyebabkan hujan asam dan korosi pada peralatan pabrik. Untuk mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan pada pembakaran batubara, telah dilakukan berbagai upaya untuk mengurangi kadar sulfur (desulfurisasi). Pengurangan polutan ini dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan mengurangi kadar sulfur dalam batubara sebelum pembakaran atau menangkap gas sulfur dioksida yang terbentuk pada pembakaran (FGD = Flue Gas Desulfurization). Dalam penelitian ini dilakukan proses desulfurisasi batubara sebelum pembakaran, dilakukan dengan mengalirkan udara ke dalam campuran batubara dan air yang telah dipanaskan sampai suhu mendidih selama 7 jam, dengan variasi laju alir udara 3,1 – 5,1 liter/jam dan proporsi batubara/air = 2/360 – 10/360 (gr/cc). Kadar sulfur total dari batubara sebelum dan sesudah proses desulfurisasi ditentukan dengan metode Eschka.
Hasil terbaik diperoleh pada laju alir udara 5,1 liter/menit dan proporsi batubara/air 2/360 (gr/cc) dengan penurunan kadar sulfur sebesar 47, 3617%.

Kata Kunci : Kadar Sulfir, Desulfurisasi, Batu Bara

Selasa, 22 November 2011

PEMBUATAN ASAM LAKTAT DARI LIMBAH KUBIS

download di sini

Suprihatin, Dyah Suci Perwitasari
Jurusan Teknik Kimia FakultasTeknologi Industri UPN”Veteran” JawaTimur

Abstrak
Kubis (Brassica oleracea) merupakan salah satu jenis sayuran yang banyak tumbuh di daerah dataran tinggi. Sayuran ini bersifat mudah layu, rusak dan busuk, sehingga menghasilkan limbah (bau) yang menjadi suatu permasalahan lingkungan. Limbah daun kubis yang membusuk inilah merupakan tempat hidupnya suatu bakteri yang dinamakan Lactobacillus plantarum, Lactobacillus delbrukil, Laktobacillus fermentum dan Lactobacillus brevis. Lactobacillus merupakan suatu mikroorganisme yang berfungsi dalam pembentukan Asam laktat dari laktosa.         Proses fermentasi asam laktat terjadi karena adanya aktivitas bakteri laktat yang secara alami terdapat pada limbah daun kubis tersebut dan mengubah glukosa menjadi asam laktat pada kondisi anaerob dengan penambahan Na3PO4 secukupnya. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan membuat asam laktat dari limbah kubis putih dengan proses fermentasi serta mendapatkan kondisi terbaik untuk waktu fermentasi dan penambahan Na3PO4 yang sesuai sehingga dapat menghasilkan asam laktat dengan kadar yang tinggi.
Berdasarkan hasil analisa diperoleh kadar asam laktat tertinggi sebesar 2,59% pada pH 3,5. Kondisi terbaik untuk waktu fermentasi didapatkan pada 9 hari fermentasi dan konsentrasi Na3PO4 yang sesuai untuk produksi asam laktat sebesar 3%.
Kata kunci :Asam laktat, fermentasi.

Senin, 21 November 2011

KAJIAN KECEPATAN PUTARAN PENGADUK PADA PEMBUATAN VIRGIN COCONUT OIL (VCO) DENGAN METODE SENTRIFUGASI

download di sini

Tjatoer Welasih, Nurhapsari
Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri
UPN “Veteran” Jatim
Jl. Raya Rungkut Madya, Gunung Anyar Surabaya 60294

                                                     


ABSTRAK 
Proses inti pada pembuatan Virgin Coconut Oil (VCO) terletak pada pemisahan minyak dari air dan protein. Banyak kendala yang harus dihadapi untuk memisahkan minyak dari air dan protein tersebut, misalnya pada  proses secara fermentasi, proses pemisahannya memerlukan waktu yang lama untuk memperoleh Virgin Coconut Oil (VCO). Sedangkan secara sentrifugasi, pemisahan dilakukan dengan memanfaatkan berat jenis minyak yang lebih ringan. Meski cara sentrifugasi tidak memerlukan waktu lama tetapi cara tersebut mempunyai kendala didalam kemurnian produk. 
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan krim santan kelapa yang diperoleh dari santan    yang didiamkan selama 3 jam. Kemudian krim ini dimasukkan ke dalam alat sentrifuge dengan kecepapatan putaran 600,700,800,900 dan 1000 rpm dengan  waktu putaran 30,45, 60,75,dan  90  menit , Setelah itu krim santan terbagi menjadi 3 lapisan yaitu lapisan atas  minyak, lapisan  tengah protein  (blondo) dan lapiasan bawah air  selanjutnya didiamkan selama 8 jam.. Hasil virgin coconut oil (VCO) yang didapat kemudian dianalisis dengan parameter kadar air, kadar protein, asam laurat, warna dan bau.
Dari hasil penelitian, didapat kondisi terbaik pada kecepatan putaran sentrifuge 1000 rpm dan Waktu putaran sentrifuge 90 menit serta waktu pendiaman 8 jam  dengan kualitas Virgin Coconut Oil (VCO) yang dihasilkan berkadar  : asam Laurat  36,67 % dan rendemen hasil 52,23 %

Kata kunci :   sentrifuge, krim santan, % rendemen hasil, VCO