Translate

Minggu, 04 November 2012

MINYAK ATSIRI NILAM

Rizza Umam Alharis
rizza_umam@yahoo.com










Tanaman nilam merupakan salah satu tumbuhan yang dapat menghasilkan minyak atsiri yang sangat bermanfaat bagimanusia. Banyak tanaman nilam yang dapat tumbuh di wilayah Indonesia. Namun sebagian masyarakat kurang mengetahui tanaman tersebut.Tanaman nilam ini awalnya berasal dari Filipina yang mempunyai nama Pogostemon patcchouli, atau Pogostemon cablin Benth alias Pogostemon menthe.


Klasisifikasi dari tanaman nilam yaitu :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Angiospermae
Ordo : lamiales
Famili : labiateae
Genus : Pogostemon
Spesies : Pogostemon cablin Benth


Jenis-jenis Tanaman Nilam Menurut Trease dan Evan (Hamid dan Syarif, 1992), tanaman nilam meliputi tiga spesies yaitu:


1. P cablin Bent


Pogostemon cablin sering juga disebut nilam Aceh. Jenis nilam ini termasuk famili Labiate yaitu kelompok tanaman yang mempunyai aroma yang mirip satu sama lain. Di antara jenis nilam, yang diusahakan secara komersil adalah varietas Pogostemon cablin Benth. Jenis ini sebenarnya dari Filipina, yang kemudian berkembang ke Malaysia, Madagaskar, Paraguay, Brazilia, dan Indonesia.


2. P Heyneanus


Sering juga dinamakan nilam jawa atau nilam hutan. Jemis ini berasal dari India, banyak tumbuh liar di hutan pulau Jawa. Jenis ini berbunga, karena itu kandungan minyaknya rendah yaitu 0,50-1,5%. Di samping itu minyak nilam dari tanaman ini komposisi minyaknya kurang mendapatkan pasaran dalam perdagangan.


3. P. Hortensis


Disebut juga nilam sabun karena bisa digunakan untuk mencuci pakaian. Jenis nilam ini hanya terdapat di daerah Banten. Bentuk Pogostemon hortensis ini mirip dengan nilam Jawa, tetapi tidak berbunga. Kandungan minyaknya 0,5-1,5%. Komposisi minyak yang dihasilkan jelek sehingga untuk jenis nilam ini juga kurang mendapatkan pasaran dalam perdagangan. Diantara ketiga jenis nilam tersebut yang banyak dibudidayakan yaitu P. Cablin Benth (nilam Aceh), karena kadar dan kualitas minyaknya lebih tinggi dari varietas lainnya.






Ø Sifat Fisik Tanaman Nilam


· Tanaman nilam ini merupakan sejanis semak yang mempunyai bentuk daun bulat dan lonjong


· Tanaman nilam memiliki jenis perakaran berbentuk serabut,dengan jumlah yang tidak terlalu banyak. Dalam perakaran yang menancap ketanah mencapai 30 – 40 cm.


· Batangnya berkayu serta mempunyai percabangan yang banyak.


· Tanaman nilam mempunyai tinggi sekitar 0,5–1 m


· percabangannya banyak dan bertingkat mengitari batangs erta mempunyai bulu pada batangnya


· Batangnya berkayu persegi empat dengan diameter 10-20 cm berwarna keungu-unguan.


· Sedangkan daunnya berwarna hijau tersusun dalam pasangan berlawanan.


· Setelah tanaman berumur 6 bulan ,tingginya dapat mencapai 1 meter dengan radius mencapai selebar kurang lebih 60 cm.


· Permukaan daun agak kasar,memiliki bulu tipis pada bagian luar daun.


· Mempunyai bentuk bulat lonjong dengan panjang 10 cm dan lebar 8 cm, ujungnya agak meruncing dan tangkai daunnya berwarna hijau kemerahan.


· Daun nilam: memiliki kadar air 12-15%.


Sifat-sifat minyak nilam :
Sukar tercuci
Sukar menguap dibndng m. atsiri lainnya
Dapat larut dalam alkohol
Dapat dicampur dengan minyak eteris lainnya






Ø Komponen Utama Tanaman Nilam


Minyak nilam tergolong dalam minyak atsiri dengan komponen utamanya adalah patchouli alkohol. Kadar parchouli alkohol dalam minyak nilam ±50-60%. minyak nilam dikenal sebagai minyak patchouli (dari bahasa Tamil patchai (hijau) dan ellai (daun), karena minyaknya disuling dari daun). Daun dan bunga nilam mengandung minyak ini, tetapi orang biasanya mendapatkan minyak nilam dari penyulingan uap terhadap daun keringnya. Secara keseluruhan komponen pada tanaman nilam adalah: . patchouli alcohol, patchouli camphor, eugenol, Benzaldehyde, cinnami, aldehyde, cadinene.


Ø Nama Tanaman Nilam


Nilam mempunyai nama latin Pogestemon cablin benth, Pogostemon patcchouli atau Pogostemon menthe. Di Indonesia, pada setiap daerah nilam mempunyai nama yang berbeda-beda, misalnya di Purwokerto disebut dengan “dilem wangi”, di Tapanuli Selatan disebut “singgolom”, sedangkan nilam yang berbunga di Jawa disebut “dilem kembang” dan di Aceh dikenal dengan nama “nilam bukit”. Di pasar perdagangan internasional, nilam diperdagangkan dalam bentuk minyak dan dikenal dengan nama “pacchouli oil”.


Ø Sentra Budidaya Tanaman Nilam di Indonesia


Tanaman nilam banyak ditemui di Indonesia, India, Amerika Selatan,dan Cina. Di Indonesia sendiri terdapat sentra produksi nilam yaitu di Nanggro Aceh Darussalam, Sumatra Utara, Jawa Timur, dan Jawa Barat.


Di Indonesa ada tiga jenis tanaman nilam yaitu nilam Aceh (Pogostemon cablin), nilam Jawa (Pogostemon hortensis) dan nilam tipis (Pogostemon heyneanus). Di antara ketiga jenis ini, nilam Aceh adalah yang terbaik, karena memiliki kadar atsiri tertinggi yakni 2,5 %-5%, sedang jenis lain hanya 0,5%. Penyebutan 'nilam Aceh' sekaligus menunjukkan bahwa yang menjadi sentra produksi minyak nilam di Indonesia memang Daerah Istimewa Nangroe Aceh Darussalam, di samping Sumatera Utara dan Sumatera Barat. Lebih dari 80% minyak nilam di Indonesia dihasilkan dari ketiga propinsi tersebut. Belakangan daerah lain seperti Bengkulu, Lampung, Kalteng dan beberapa daerah di Pulau Jawa mulai mengembangkan minyak ini.


Ø Pembudidayan Tanaman Nilam


v Syarat Tumbuh


Tanaman nilam dapat tumbuh optimal pada:


v Ketinggian 100 – 400 diatas permukaan laut,


v Jenis tanah andosol dan latosol,


v Drainase baik,


v Tekstur lempung,


v Kedalam air tanah > 100 m,


v pH 5,5 – 7,


v C-Organik 2 – 3%,


v P2O5 16 – 25 ppm,


v K2O > 1,0 me/100mg,


v KTK > 17 me/100mg,


v curah hujan 2.300 – 3.000 mm/thn,


v hari hujan 120 – 180 hari per tahun,


v bulan basah > 9 bulan,


v kelembaban 70 – 90% dan


v temperature 26oC.


v Intensitas cahaya 75-100






· Bercocok tanam nilam


v Persiapan lahan


Persiapan lahan dilakukan sebelum atau bersamaan dengan persiapan pembibitan, agar penanaman di lapangan dapat dilakukan bersamaan dengan tersedianya bibit (umur bibit 1 – 1,5 bulan). Pengolahan tanah sebaiknya dilakukan secara intensif agar diperoleh kondisi tanah yang gembur dan bebas gulma. Pada saat pengolahan tanah dibuat juga parit-parit drainase agar air tidak mudah tergenang, air yang tergenang menyebabkan tanaman nilam mudah diserah hama/penyakit. Untuk lahan miring, parit-parit dibuat searah dengan garis kontur, guna menghindari terjadinya erosi.


v Jarak tanam


Jarak tanam akan menentukan populasi tanaman dan luas permukaan daun yang aktif melakukan fotosintesa sehingga akan mempengaruhi kompetisi tanaman dalam penggunaan cahaya, air dan unsur hara, kerapatan yang tinggi kompetisi akan tinggi dibandingkan dengan yang lebih jarang. Jarak tanam yang ideal adalah sesuai bagi perkembangan tanaman bagian atas serta tersedianya ruang bagi perkembangan perakaran dalam tanah.


Jarak tanam yang umum dipakai yaitu 75 – 100 cm antar baris dan 50 –dalam baris. Pada lahan datar dan subur dapat digunakan jarak tanam yang lebih lebar misalnya 100 x 100 cm, sedangkan dilahan miring jarak tanam yag digunakan lebih sempit misalnya 50 x 75 cm atau 75 x 75 cm. Kebutuhan bibit tergantung dengan jarak tanam ini.


v Penanaman


Penanaman dapat dilakukan dengan menanam stek langsung dilapangan atau dengan mempersiapkan bibit dipolybag lebih dahulu bersamaan dengan persiapan lahan, setelah tumbuh baru dilakukan penanaman di lapangan. Penanaman tek secara langsung memerlukan penyiapan jumlah bahan stek yang cukup besar (2 – 3 stek/lubang), karena resiko kematian cukup tinggi terutama bila curah hujan rendah/minimum. Pembuatan lubang dengan cara dicangkul, sesuai dengan jarak tanam. Seminggu sebelum bibit ditanam, lubang diberi kompos dari ampas daun nilam yang telah diambil minyaknya. Tiap lubang tanam ditancapkan 1 – 2 stek untuk stek langsung, dan satu bibit untuk bibit yang telah dtumbuhkan. Setelah tanam tanah disekitar tanaman dipadat, agar bibit tidak mudah rebah. Satu bulan setelah stek ditanam, tunas-tunas baru sudah mulai tumbuh.










v Pemeliharaan


Nilam memerlukan pemeliharaan yang intensif terutama pada awal pertumbuhan dan setelah panen. Pemelihaharan yang dilakukan berupa penyulaman tanaman yang mati, penyiangan, pembumbunan, pemangkasan, pemupukan dan pemberian mulsa. Pemberian pupuk dan mulsa sangat penting sekali dilakukan terutama setelah panen pertama (umur 6 bulan), tujuannya guna merangsang pertumbuhan tunas-tunas baru. Sedangkan pemangkasan dilakukan apabila tanaman tumbuh sangat subur dimana perkembangan kanopinya sangat lebar, yang menyebabkan tanaman saling menutupi, sehingga kekurangan cahaya matahari dan lembab, kondisi ini akan mengundang penyakit.


Pergiliran tanaman dilakukan setiap selesai satu siklus pertanaman nilam, yaitu dengan menggunakan tanaman-tanaman yang sesuai dan berfungsi ganda, selain berfungsi memotong siklus hama dan penyakit juga dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Upaya pencegahan serangan hama dan penyakit, dilakukan sejak evaluasi kesesuaian lahan untuk tempat areal pertanaman, pemilihan bahan tanaman, tindakan pemupukan dan melakukan aspek-aspek lain yang dapat mencegah berkembangnya serangan hama dan penyakit yang sekaligus merupakan syarat-syarat untuk pembudidayaan nilam secara menetap.


v Pola tanam tanaman nilam


Umumnya tanaman nilam diusahakan secara monokultur, namun dapat juga ditanam secara tumpangsari dengan tanaman lain, seperti dengan tanaman palawija (jagung, cabe, terung, dan lainnya). Selain dengan tanaman palawija, nilam dapat di pola tanamkan dengan tanaman tahunan seperti diantara kelapa, kelapa sawit, karet yang masih berumur muda, karena tanaman nilam masih berproduksi dengan baik pada intensitas cahaya minimum 75%.


Pola tanam ini akan memberikan keuntungan antara lain, menekan biaya operasional terutama biaya pemeliharaan, mengurangi resiko terjadi penurunan harga, kegagalan panen akibat serangan hama/penyakit, curah hujan yang sangat tinggi atau kekeringan, dan meningkatkan produktivitas tanah oleh hasil tanaman sela. Selain itu bila limbah padat nilam hasil penyulingan dikembalikan ke lahan, dimana limbah padat ini masih mempunyai aroma dan bau khas, maka limbah ini akan berfungsi sebagai penolak serangga (insect repelen), sehingga tanaman selanya terhindar dari serangan hama.


v Panen dan pasca panen


Panen pertama dilakukan saat umur tanaman 6 – 8 bulan, dan panen berikutnya dilakukan setiap 3 – 4 bulan sampai tanaman berumur tiga tahun. Setelah itu sebaiknya tanaman diremajakan, karena hasilnya sudah makin menurun.


Panen sebaiknya dilakukan pada pagi atau menjelang malam hari agar kandungan minyaknya tetap tinggi. Bila pemetikan dilakukan siang hari, sel-sel daun sedang berfotosintesa sehingga laju pembentukan minyak berkurang, daun kurang elastis dan mudah robek. Di samping itu, pada siang hari transpirasi daun berlangsung lebih cepat sehingga jumlah minyak yang dihasilkan berkurang. Panen sebaiknya dilakukan sebelum daun nilam menjadi coklat kemerahan, karena daun yang berwarna coklat kemerahan rendemen minyak sudah berkurang.


Kandungan minyak tertinggi terdapat pada 3 pasang daun termuda yang masih berwarna hijau. Alat untuk panen bisa dipergunakan sabit dengan cara memangkas tanaman pada ketinggian 15 – 30 cm dari permukaan tanah. Ada baiknya kalau setiap kali panen ditinggalkan satu tanaman tetap tumbuh untuk merangsang tumbuhnya tunas-tunas baru pada fase selanjutnya.


Cara panen yang lain dapat dengan memungut daun dan ranting memakai ani-ani tidak dengan sabit, dengan cara ini jarak waktu panen selanjutnya menjadi lebih pendek hanya setiap 2 bulan.


Hasil pangkasan dipotong-potong sepanjang 3 – 5 cm kemudian dijemur selama 1 – 2 hari atau dijemur 5 jam dan dikering anginkan selama 2 – 3 hari untuk mengurangi kadar airnya sampai 15%. Tebal lapisan penjemuran sekitar 50 cm dan harus dibalik 2 – 3 kali sehari.


Daun yang telah cukup kering dapat disimpan atau dilakukan penyulingan. Hindari pengeringan yang terlalu cepat atau terlalu lambat. Pengeringan yang terlalu cepat membuat daun menjadi rapuh dan sulit disuling. Kalau terlalu lambat seperti musim hujan, daun menjadi lembab dan mudah terserang jamur, hingga redemen dan mutu minyak yang dihasilkan rendah.






Ø Mengolah Tanaman Nilam menjadi Minyak Atsiri


Penyulingan minyak nilam dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu cara direbus, penyulingan dikukus, dan penyulingan dengan uap.


a. Penyulingan dengan cara direbus


Daun nilam kering dimasukkan dalam ketel berisi air dan dipanasi. Ketel dibuat dari bahan antikarat, seperti stainless steel, besi, atau tembaga berlapis aluminium. Dari ketel akan keluar uap, kemudian dialirkan lewat pipa yang terhubung dengan kondensor (pendingin). Uap berubah menjadi air. Air yang sesungguhnya merupakan campuran air dan minyak itu akan menetes di ujung pipa dan ditampung dalam wadah. Selanjutkan, dilakukan proses pemisahaan sehingga diperoleh minyak nilam murni.


b. Penyulingan dengan cara dikukus


Penyulingan dengan cara ini mirip dengan cara pertama, hanya saja antara daun nilam dan air dibatasi saringan berlubang. Daun nilam diletakkan di atas saringan, sementara air berada di bawahnya.


c. Penyulingan dengan Uap


Penyulingan dengan cara ini menjamin kesempurnaan produksi minyak atsiri. Pada sistem ini bahan tidak kontak langsung dengan air maupun api. Prinsipnya, uap bertekanan tinggi dialirkan dari ketel perebus air ke ketel berisi daun nilam (ada dua ketel). Uap air yang keluar dialirkan lewat pipa menuju kondensor hingga mengalami proses kondensasi. Cairan (campuran air dan minyak) yang menetes ditampung, selanjutnya dipisahkan untuk mendapatkan minyak nilam.


Secara umum penyulingan nilam dapat dilakukan dengan tahap-tahap berikut:


v ketel atau tabung destilat diisi dengan air tidak sampai penuh untuk mempermudah penguapan,


v setelah mengalami perajangan, daun nilam kering masuk dalam ketel penyulingan,kedua ketel ditutup rapat,


v kemudian api di bawah tungku dinyalakan, api harus disesuaikan agar tingkat penguapan bisa maksimal dengan suhu 100 oc. Dalam hal ini bahan bakar yang paling bagus adalah kayu.


v Terjadi penguapan air di ketel, kemudian uap air disalurkan ke ketel penyulingan.


v Terjadilah penguapan minyak nilam,uap minyak tersebut masih tercampur dengan uap air, kemudian campuran uap tersebut dialirkan ke alat pendingin atau pipa destilat yang dilewatkan kolam air sehingga terjadi proses pengembunan,


v lalu dilakukan pemisahan minyak nilam dan air didasarkan pada prinsip berat jenis,


v selanjutnya minyak nilam yang telah dipisahkan dialirkan ke alat pengumpul minyak,dengan lama penyulingan sekitar 4-5 jam.
Dalam proses penyulingan nilam akan diperoleh minyak atsiri yang berbeda-beda. Hal-hal yang menyebabkan terjadinya hal tersebut adalah kualitas daun nilam itu sendiri yang dipengaruhi oleh jenis nilam, lahan yang digunakan, waktu saat memanen, pengeringan, dan penyimpanan. Kemudian cara penyulingan yang meliputi penyulingan uap langsung, dan tinggi rendahnya tekanan yang digunakan. Kualitas minyak nilam juga dipengaruhi oleh penyimpanan minyak yaitu apabila minyak nilam disimpan dalam proses penyulingan dengan waktu yang lama maka baunya lebih aromatik.






Ø Manfaat Nilam


· Manfaat dari daun nilam sebelum diolah menjadi minyak;


v Pelembab kulit yaitu dengan cara daun nilam yang segar di gosokan ke seluruh tubuh.


v Untuk menghilangkan bau badan dan gatal-gatal.


v Digunakan sebagai penambah aroma masakan.


v Digunakan sebagai pengharum pakaian dan permadani.


v Daun nilam ditumbuk halus sebagai obat anti infeksi.


· Manfaat minyak atsiri dari daun nilam, antara lain:


v Minyak nilam punya sifat susah dicuci sekalipun dengan air sabun, tapi larut dalam alkohol hanya saja sukar menguap. Karena sifat-sifatnya itu, minyak nilam digunakan sebagai bahan baku dalam industri wangi-wangian (parfum), kosmetik, dan bahan dupa atau setanggi pada tradisi timur.


v Sebagai obat-obatan seperti anti septik, anti jamur, anti jerawat, obat dan kulit pecah-pecah, serta ketombe.


v pengharum ruangan


v Pengharum sabun


v Pasta gigi


v Pemberi cita rasa masakan


Ø Standar Mutu Minyak nilam


v Karakteristik minyak nilam menurut patokan mutu EOA sebagai berikut :


· Penampilan, Warna dan bau : cairan berwarna coklat kehijauan sampai berwarna coklat tua kemerahan.


· Aroma khas, awet, dan sedikit mirip barus atau kamper.


· Berat jenis pada 25o C : 0,950 – 0,975.


· Putaran optik : (-48) – (-65)o.


· Indeks refraksi pada 20o : 1.5070 – 1.5150.


· Bilangan asam : maksimum 5 %.


· Bilangan ester : maksimum 10 %.


· Bilangan penyabunan : maksimum 20 %.


· Kelarutan dalam alkohol 90 % : larut dalam 10 volume






v Sedangkan mutu menurut standar yang diberlakukan di Indonesia (SP-6-1975)adalah :


· Warna: kuning muda sampai coklat tua.


· Bobot jenis pada 25o C : 0,943 – 0,983.


· Bilangan asam : maksimum 5 %.


· Bilangan ester : maksimum 10 %. Zat asing (leak, minyak kruing, alkohol tambahan, dan minyak mineral)negatif.


· Kelarutan dalam ethanol 90 % : larutan (jernih atau opalesensi ringan dalamperbandingan volume 1 sampai dengan 10 bagian).


· Rekomendasi bau : segar, khas minyak nilam.

Rekomendasi putaran optik : (-47) – (-66)o







DAFTAR PUSTAKA




http://ikm.kemenperin.go.id/Publikasi/KumpulanArtikel/tabid/67/articleType/ArticleView/articleId/27/Minyak-Nilam-Sebagai-Bahan-Parfum.aspx


http://agromaret.com/jual/1832/manfaat_dan_khasiat__minyak_nilamhttp://ikm.kemenperin.go.id/Publikasi/KumpulanArtikel/tabid/67/articleType/ArticleView/articleId/27/Minyak-Nilam-Sebagai-Bahan-Parfum.aspx


http://id.wikipedia.org/wiki/Nilam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar