1.
Klasifikasi
Tanaman Mawar
Dalam sistematika tumbuhan (taksonomi), mawar
diklasifasikan sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi :
Spermatophyta
Sub-Divisi :
Angiospermae
Kelas :
Dicotyledonae
Ordo :
Rosanales
Famili :
Rosaceae
Genu :
Rosa
Species : Rosa damascena Mill., R. multiflora Thunb., R. hybrida Hort., dll.
Spesies mawar umumnya merupakan tanaman semak
yang berduri atau tanaman memanjat yang tingginya bisa mencapai 2
sampai 5 meter. Walaupun jarang ditemui, tinggi tanaman mawar yang merambat di
tanaman lain bisa mencapai 20 meter. Sebagian besar spesies mempunyai daun yang
panjangnya antara 5-15 cm, dua-dua berlawanan (pinnate). Tiap tangkai
memiliki daun majemuk yang terdiri dari paling sedikit 3 atau 5 hingga 9 atau
13 anak daun dan daun penumpu (stipula) berbentuk lonjong, pertulangan
menyirip, tepi tepi beringgit, meruncing pada ujung daun dan berduri pada
batang yang dekat ke tanah.
Mawar sebetulnya bukan tanaman tropis,
sebagian besar spesies merontokkan seluruh daunnya dan hanya beberapa spesies
yang ada di Asia Tenggara yang selalu berdaun hijau sepanjang tahun.
Bunga terdiri dari 5 helai daun mahkota
dengan perkecualian Rosa sericea yang hanya memiliki 4 helai daun
mahkota. Warna bunga biasanya putih dan merah jambu atau kuning dan merah pada
beberapa spesies. Sedangkan ovari berada di bagian bawah daun mahkota dan daun
kelopak. Bunga menghasilkan buah agregat (berkembang dari
satu bunga dengan banyak putik) yang disebut rose hips. Masing-masing
putik berkembang menjadi satu buah tunggal (achene), sedangkan kumpulan
buah tunggal dibungkus daging buah pada bagian luar. Spesies dengan bunga yang
terbuka lebar lebih mengundang kedatangan lebah atau serangga lain
yang membantu penyerbukan sehingga cenderung menghasilkan lebih banyak
buah.
2.
Sentra Budidaya Tanaman Mawar
Di dunia, daerah
pusat tanaman mawar terkonsentrasi di kawasan Alaska atau Siberia, India, Afrika
Utara dan Indonesia. Sedangkan sentra budidaya tanaman mawar di Indonesia
berada di daerah Jawa Barat, Sumatera Utara, Jawa Tengah, Jawa
Timur dan Jakarta.
3.
Syarat Tumbuh
Mawar tumbuh subur di daerah beriklim sedang walaupun beberapa
kultivar yang merupakan hasil metode penyambungan (grafting)
dapat tumbuh di daerah beriklim subtropis hingga daerah beriklim tropis. Untuk
menghasilkan bunga yang optimal, tanaman mawar ditanam di dataran tinggi (1.000-1.500
dpal). Tanah yang gembur serta kaya bahan organik atau humus dengan pH 5,6-6,5,
drainase yang baik dan sinar matahari yang cukup banyak.
Selain itu Pemupukan juga termasuk salah satu factor agar tanaman mawar mengahsilkan bunga
yang baik. Pupuk yang digunakan antara lain, pupuk kandang dengan dosis 30
ton/ha atau 0,5 kg/tanaman (tergantung jumlah populasi tanaman mawar per
hektare) diberikan sebelum tanam. Pupuk makro dan mikro diberikan dua kali
dalam seminggu. Komposisi pupuk mawar dengan EC 1,5 ds/m yakni NO3 – 158
mg/liter, NH4 – N 18 mg/liter, P 38 mg/liter, K 196 mg/liter, S 40 mg/liter, Ca
140 mg/liter, Mg 18 mg/liter, Fe 1,4 mg/liter, Mn 0,3 mg/liter, Zn 0,2
mg/liter, B 0,2 mg/liter, Cu 0,005 mg/liter, dan Mo 0,05 mg/liter. Pemupukan
dengan sistem irigasi otomatis dapat dilakukan bersamaan dengan penyiraman.
Pemeliharaan lain lain yang perlu dilakukan adalah penyiangan.
Penyiangan tersebut dilakukan untuk menghilangkan tanaman pengganggu (gulma)
dengan frekuensi dua minggu sekali, tergantung cepat tidaknya gulma tumbuh,
juga bertujuan untuk menghilangkan tangkai-tangkai yang kering atau diserang
hama dan penyakit, serta tunas-tunas liar.
4. Pemanenan
Ø Ciri dan
Umur Panen
Ciri-ciri bunga
mawar siap dipetik (dipanen) untuk tujuan sebagai bunga potong : kuntum
bunganya belum mekar penuh dan berukuran normal. Untuk tujuan bunga tabur
pemetikan bunga pada stadium setelah mekar penuh. Sedangkan untuk proses
penyulingan pemetikan dilakukan setelah bunga mekar penuh.
Waktu panen yang
ideal adalah pagi atau sore hari (saat suhu udara dan penguapan air tidak
terlalu tinggi). Di beberapa sentra produsen bunga potong melakukan pemetikan
bunga mawar pada malam hari. Alat pemotong bunga mawar dapat berupa pisau
ataupun gunting pangkas yang tajam, bersih dan steril.
Ø Periode
Panen
Tanaman mawar yang
bibitnya berasal dari stek ataupun okulasi dapat dipanen pada umur 4-5 bulan
setelah tanam atau tergantung varietas dan kesuburan pertumbuhannya. Pembuangan
ini akan produktif bertahun-tahun berkisar 3-5 tahun.
Ø Prakiraan Produksi
Tanaman mawar yang dipelihara secara intensif dari
jenis/varietas unggul dapat menghasilkan 120.000–280.000 kuntum/hektar/tahun.
Tingkat produksi ini tergantung pada varietas mawar, kesuburan tanah, jarak dan
tingkat perawatan tanaman selama di kebun.
5.
Teknik
Pengambilan Minyak Atsiri
Berdasarkan sifat
fisik dan kimia, minyak atsiri dapat dibuat dengan cara penyulingan, ekstraksi
dengan pelarut mudah menguap, pembuatan dengan lemak padat, dan ekspresi.
Sedangkan minyak bunga mawar sendiri dihasilkan dengan cara penyulingan dengan
air. Ada beberapa yang harus diketahui dalam proses penyulingan bunga mawar
antara lain:
a.
Bunga
mawar tidak dapat disuling dengan mengalirkan uap panas, karena mahkota bunga
akan mengumpul sehingga uap tidak dapat berpenetrasi. Untuk mencegah peristiwa
penggumpalan ini, biasanya bunga langsung disuling dengan cara penyulingan air.
Dengan cara penyulingan ini, bunga akan bersirkulasi dengan air mendidih.
b.
Minyak
mawar sebagian larut dalam air suling, dan hanya sebahagian terpisah dari
kondensat. Oleh karena itu air suling yang dihasilkan dari proses penyulingan
air, harus disuling kembali, untuk memisahkan minyak yang larut dalam air
suling tersebut.
Pada
permulaan penyulingan, ketel dipanasi dengan api kecil, sehingga permulaan
proses penyulingan berlangsung lambat. Teknik
penyulingan mawar berasal dari Persia
yang menyebar ke Arab dan India.
Pada saat ini, kebutuhan minyak mawar dunia sebanyak 70%-80%
dipenuhi oleh pusat penyulingan mawar di Bulgaria
sedangkan sisanya dipenuhi oleh Iran dan Jerman. Penyulingan minyak mawar di Bulgaria, Iran, dan Jerman
menggunakan mawar damaskus Rosa damascena 'Trigintipetala’, sedangkan
penyulingan di Perancis menggunakan jenis Rosa centifolia. Minyak mawar
berwarna kuning pucat atau kuning keabu-abuan juga disebut minyak 'Rose
Absolute' untuk membedakannya dengan minyak mawar yang sudah diencerkan.
Penyulingan menghasilkan minyak mawar dengan perbandingan 1/3.000 sampai
1/6.000 dari berat bunga, sehingga dibutuhkan 2.000 bunga mawar untuk
menghasilkan minyak mawar sebanyak 1 gram.
Minyak mawar terdiri dari geraniol braroma wangi yang mempunyai
rumus kimia C10H18O dengan rumus bangun CH3.C[CH3]:CH.CH2.CH2.C[CH3]:CH.CH2OH
dan l-sitronelol; serta rose camphor
(parafin tanpa bau). Langkah pengamilan minyak atsiri dari bunga mawar adalah
dengan mengekstraksi bunga mawar dengan pelarut heksan, perendaman, dan
pengadukan. Perbandingan bunga dan pelarut 1:2 dengan lama ekstraksi 12 jam.
Pengambilan filtrat melalui penyaringan dan pemerasan. Ekstrak dievaporasi
vakum untuk untuk mendapatkan concrete. Concrete yang diperoleh diekstrak
dengan etanol 96% dan diuapkan kembali untuk mendapatkan minyak. Rancangan
penelitian menggunakan acak lengkap pola factorial dengan 3 ulangan. Pengamatan
dilakukan terhadap rendeman concrete, minyak, indeks bias, dan komposisi
kimiawi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis mawar Americana Beauty
menghasilkan rendeman concrete dan absolut tertinggi, yaitu 0,14% dan 0,06%.
Nilai indeks bias tertinggi dimiliki jenis mawar putih tabur (1,45-1,47).
Komponen utama penyusun absolut mawar adalah fenil etil
alkohol,sitronellol, dan geraniol. Pada mawar Americana Beauty didominasi
senyawa metil eugenol.
6.
Nama Dagang dan Kegunaan
Nama dagang minyak yang dihasilkan dari penyulingan terhadap bunga
mawar adalah rose oil. Minyak atsiri ini mengandung zat sitrat, sitronelol,
geraniol, linalol, nerol, eugenol, feniletilalkohol, farnesol, dan
nonilal-dehida. Berkhasiat untuk mengobati gigitan serangga berbisa, gabag
(morbili), dan jerawat.
DAFTAR PUSTAKA
Hawley, G.G., 1981. The condensed chemical dictionary.
10th Ed. Van Nostrand Reinhold Co., New York. 1135 hal.
Hener, U.; P. Kreis and A. Mosandl, 1990. Enantiomeric
distribution of α-pinen, β-pinen and limonene in essential oils and extracts.
Part 2. Oils, perfumes and cosmetics. Flavor and fragrance jounal. 5 : 201-204.
Heyne, K., 1987.Tumbuhan berguna Indonesia. Jilid II.
Litbang Kehutanan, Jakarta : 1553-1554.
Lydon. J and S.O.Duke, 1987. Progress toward natural
herbicides from plants. The herb, spice and medicinal plant digest. 5 (4) : 1 –
5.
Miliszkiez, D; P. Wieczorek; B. Lejezak; E. Kowalik and
P. Kafarski, 1992. Herbicidal activity of phosphonic and analogues and
aspartic acid. Pestic.Sci. 34 : 349 – 354.
Nezu, Y; M. Miyazaki; K. Sugiyama; N. Wada; I. Kajiwara
and Miyazama, 1996. Dimethoxypirimidines as novel herbicides. Part 2. Synthesia
and herbicidal activity of O-pirimidines salycilates and analogues. Pestic.
Sci. 47 : 115 – 124
Oyen, L.P.A and Nguyen Xuan Dung, 1999. Plants resources
of South-East Asia : Essential Oil No19. Prosea, Bogor, Indonesia : 110 – 114.
Anonim, 1997. Wintergreen.
http://www.hort.purdue.edu/newcr op/med-aro/factssheet/ WINTERGREEN.html.
Anonim, 2002. Nepal Nature Product.
http://www.msinp.com/herbs/produ ct.htm.
Anonim, 2003. CanadaMedExpress.
http://www.canadamedexpress.com /productpage66.asp.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar