Translate

Minggu, 11 November 2012

Minyak Atsiri Mawar





1.      Klasifikasi Tanaman Mawar
Dalam sistematika tumbuhan (taksonomi), mawar diklasifasikan sebagai berikut:
Kingdom              : Plantae
Divisi                    : Spermatophyta
Sub-Divisi            : Angiospermae
Kelas                    : Dicotyledonae
Ordo                     : Rosanales
Famili                   : Rosaceae
Genu                    : Rosa
Species                 : Rosa damascena Mill., R. multiflora Thunb., R. hybrida Hort., dll.
 Spesies mawar umumnya merupakan tanaman semak yang berduri atau tanaman memanjat yang tingginya bisa mencapai 2 sampai 5 meter. Walaupun jarang ditemui, tinggi tanaman mawar yang merambat di tanaman lain bisa mencapai 20 meter. Sebagian besar spesies mempunyai daun yang panjangnya antara 5-15 cm, dua-dua berlawanan (pinnate). Tiap tangkai memiliki daun majemuk yang terdiri dari paling sedikit 3 atau 5 hingga 9 atau 13 anak daun dan daun penumpu (stipula) berbentuk lonjong, pertulangan menyirip, tepi tepi beringgit, meruncing pada ujung daun dan berduri pada batang yang dekat ke tanah.
Mawar sebetulnya bukan tanaman tropis, sebagian besar spesies merontokkan seluruh daunnya dan hanya beberapa spesies yang ada di Asia Tenggara yang selalu berdaun hijau sepanjang tahun.
Bunga terdiri dari 5 helai daun mahkota dengan perkecualian Rosa sericea yang hanya memiliki 4 helai daun mahkota. Warna bunga biasanya putih dan merah jambu atau kuning dan merah pada beberapa spesies. Sedangkan ovari berada di bagian bawah daun mahkota dan daun kelopak. Bunga menghasilkan buah agregat (berkembang dari satu bunga dengan banyak putik) yang disebut rose hips. Masing-masing putik berkembang menjadi satu buah tunggal (achene), sedangkan kumpulan buah tunggal dibungkus daging buah pada bagian luar. Spesies dengan bunga yang terbuka lebar lebih mengundang kedatangan lebah atau serangga lain yang membantu penyerbukan sehingga cenderung menghasilkan lebih banyak buah.

2.      Sentra Budidaya Tanaman Mawar
Di dunia, daerah pusat tanaman mawar terkonsentrasi di kawasan Alaska atau Siberia, India, Afrika Utara dan Indonesia. Sedangkan sentra budidaya tanaman mawar di Indonesia berada di daerah Jawa Barat, Sumatera Utara, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Jakarta.

3.      Syarat Tumbuh
Mawar tumbuh subur di daerah beriklim sedang walaupun beberapa kultivar yang merupakan hasil metode penyambungan (grafting) dapat tumbuh di daerah beriklim subtropis hingga daerah beriklim tropis. Untuk menghasilkan bunga yang optimal, tanaman mawar ditanam di dataran tinggi (1.000-1.500 dpal). Tanah yang gembur serta kaya bahan organik atau humus dengan pH 5,6-6,5, drainase yang baik dan sinar matahari yang cukup banyak.
Selain itu Pemupukan juga termasuk salah satu  factor agar tanaman mawar mengahsilkan bunga yang baik. Pupuk yang digunakan antara lain, pupuk kandang dengan dosis 30 ton/ha atau 0,5 kg/tanaman (tergantung jumlah populasi tanaman mawar per hektare) diberikan sebelum tanam. Pupuk makro dan mikro diberikan dua kali dalam seminggu. Komposisi pupuk mawar dengan EC 1,5 ds/m yakni NO3 – 158 mg/liter, NH4 – N 18 mg/liter, P 38 mg/liter, K 196 mg/liter, S 40 mg/liter, Ca 140 mg/liter, Mg 18 mg/liter, Fe 1,4 mg/liter, Mn 0,3 mg/liter, Zn 0,2 mg/liter, B 0,2 mg/liter, Cu 0,005 mg/liter, dan Mo 0,05 mg/liter. Pemupukan dengan sistem irigasi otomatis dapat dilakukan bersamaan dengan penyiraman.
Pemeliharaan lain lain yang perlu dilakukan adalah penyiangan. Penyiangan tersebut dilakukan untuk menghilangkan tanaman pengganggu (gulma) dengan frekuensi dua minggu sekali, tergantung cepat tidaknya gulma tumbuh, juga bertujuan untuk menghilangkan tangkai-tangkai yang kering atau diserang hama dan penyakit, serta tunas-tunas liar.

4.      Pemanenan
Ø Ciri dan Umur Panen
Ciri-ciri bunga mawar siap dipetik (dipanen) untuk tujuan sebagai bunga potong : kuntum bunganya belum mekar penuh dan berukuran normal. Untuk tujuan bunga tabur pemetikan bunga pada stadium setelah mekar penuh. Sedangkan untuk proses penyulingan pemetikan dilakukan setelah bunga mekar penuh.
Waktu panen yang ideal adalah pagi atau sore hari (saat suhu udara dan penguapan air tidak terlalu tinggi). Di beberapa sentra produsen bunga potong melakukan pemetikan bunga mawar pada malam hari. Alat pemotong bunga mawar dapat berupa pisau ataupun gunting pangkas yang tajam, bersih dan steril.
Ø Periode Panen
Tanaman mawar yang bibitnya berasal dari stek ataupun okulasi dapat dipanen pada umur 4-5 bulan setelah tanam atau tergantung varietas dan kesuburan pertumbuhannya. Pembuangan ini akan produktif bertahun-tahun berkisar 3-5 tahun.
Ø Prakiraan Produksi
Tanaman mawar yang dipelihara secara intensif dari jenis/varietas unggul dapat menghasilkan 120.000–280.000 kuntum/hektar/tahun. Tingkat produksi ini tergantung pada varietas mawar, kesuburan tanah, jarak dan tingkat perawatan tanaman selama di kebun.


5.      Teknik Pengambilan Minyak Atsiri
Berdasarkan sifat fisik dan kimia, minyak atsiri dapat dibuat dengan cara penyulingan, ekstraksi dengan pelarut mudah menguap, pembuatan dengan lemak padat, dan ekspresi. Sedangkan minyak bunga mawar sendiri dihasilkan dengan cara penyulingan dengan air. Ada beberapa yang harus diketahui dalam proses penyulingan bunga mawar antara lain:
a.     Bunga mawar tidak dapat disuling dengan mengalirkan uap panas, karena mahkota bunga akan mengumpul sehingga uap tidak dapat berpenetrasi. Untuk mencegah peristiwa penggumpalan ini, biasanya bunga langsung disuling dengan cara penyulingan air. Dengan cara penyulingan ini, bunga akan bersirkulasi dengan air mendidih.
b.     Minyak mawar sebagian larut dalam air suling, dan hanya sebahagian terpisah dari kondensat. Oleh karena itu air suling yang dihasilkan dari proses penyulingan air, harus disuling kembali, untuk memisahkan minyak yang larut dalam air suling tersebut.
Pada permulaan penyulingan, ketel dipanasi dengan api kecil, sehingga permulaan proses penyulingan berlangsung lambat. Teknik penyulingan mawar berasal dari Persia yang menyebar ke Arab dan India.
Pada saat ini, kebutuhan minyak mawar dunia sebanyak 70%-80% dipenuhi oleh pusat penyulingan mawar di Bulgaria sedangkan sisanya dipenuhi oleh Iran dan Jerman. Penyulingan minyak mawar di Bulgaria, Iran, dan Jerman menggunakan mawar damaskus Rosa damascena 'Trigintipetala’, sedangkan penyulingan di Perancis menggunakan jenis Rosa centifolia. Minyak mawar berwarna kuning pucat atau kuning keabu-abuan juga disebut minyak 'Rose Absolute' untuk membedakannya dengan minyak mawar yang sudah diencerkan. Penyulingan menghasilkan minyak mawar dengan perbandingan 1/3.000 sampai 1/6.000 dari berat bunga, sehingga dibutuhkan 2.000 bunga mawar untuk menghasilkan minyak mawar sebanyak 1 gram.
Minyak mawar terdiri dari geraniol braroma wangi yang mempunyai rumus kimia C10H18O dengan rumus bangun CH3.C[CH3]:CH.CH2.CH2.C[CH3]:CH.CH2OH dan l-sitronelol; serta rose camphor (parafin tanpa bau). Langkah pengamilan minyak atsiri dari bunga mawar   adalah dengan mengekstraksi bunga mawar dengan pelarut heksan, perendaman, dan pengadukan. Perbandingan bunga dan pelarut 1:2 dengan lama ekstraksi 12 jam. Pengambilan filtrat melalui penyaringan dan pemerasan. Ekstrak dievaporasi vakum untuk untuk mendapatkan concrete. Concrete yang diperoleh diekstrak dengan etanol 96% dan diuapkan kembali untuk mendapatkan minyak. Rancangan penelitian menggunakan acak lengkap pola factorial dengan 3 ulangan. Pengamatan dilakukan terhadap rendeman concrete, minyak, indeks bias, dan komposisi kimiawi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis mawar Americana Beauty menghasilkan rendeman concrete dan absolut tertinggi, yaitu 0,14% dan 0,06%. Nilai indeks bias tertinggi dimiliki jenis mawar putih tabur (1,45-1,47).
Komponen utama penyusun absolut mawar adalah fenil etil alkohol,sitronellol, dan geraniol. Pada mawar Americana Beauty didominasi senyawa metil eugenol.

6.      Nama Dagang dan Kegunaan
Nama dagang minyak yang dihasilkan dari penyulingan terhadap bunga mawar adalah rose oil. Minyak atsiri ini mengandung zat sitrat, sitronelol, geraniol, linalol, nerol, eugenol, feniletilalkohol, farnesol, dan nonilal-dehida. Berkhasiat untuk mengobati gigitan serangga berbisa, gabag (morbili), dan jerawat.










DAFTAR PUSTAKA

Hawley, G.G., 1981. The condensed chemical dictionary. 10th Ed. Van Nostrand Reinhold Co., New York. 1135 hal.
Hener, U.; P. Kreis and A. Mosandl, 1990. Enantiomeric distribution of α-pinen, β-pinen and limonene in essential oils and extracts. Part 2. Oils, perfumes and cosmetics. Flavor and fragrance jounal. 5 : 201-204.
Heyne, K., 1987.Tumbuhan berguna Indonesia. Jilid II. Litbang Kehutanan, Jakarta : 1553-1554.
Lydon. J and S.O.Duke, 1987. Progress toward natural herbicides from plants. The herb, spice and medicinal plant digest. 5 (4) : 1 – 5.
Miliszkiez, D; P. Wieczorek; B. Lejezak; E. Kowalik and P.  Kafarski, 1992. Herbicidal activity of phosphonic and analogues and aspartic acid. Pestic.Sci. 34 : 349 – 354.
Nezu, Y; M. Miyazaki; K. Sugiyama; N. Wada; I. Kajiwara and Miyazama, 1996. Dimethoxypirimidines as novel herbicides. Part 2. Synthesia and herbicidal activity of O-pirimidines salycilates and analogues. Pestic. Sci. 47 : 115 – 124
Oyen, L.P.A and Nguyen Xuan Dung, 1999. Plants resources of South-East Asia : Essential Oil No19. Prosea, Bogor, Indonesia : 110 – 114.
Anonim, 1997. Wintergreen. http://www.hort.purdue.edu/newcr op/med-aro/factssheet/ WINTERGREEN.html.
Anonim, 2002. Nepal Nature Product. http://www.msinp.com/herbs/produ ct.htm.
Anonim, 2003. CanadaMedExpress. http://www.canadamedexpress.com /productpage66.asp.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar