Translate

Jumat, 07 Desember 2012

PROSES HIDROLISIS SAMPAH ORGANIK MENJADI GULA DENGAN KATALIS ASAM

Dedy Irawan , Zainal Arifin
Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Samarinda
Jalan Ciptomangunkusumo, Samarinda, Kalimantan Timur 75131 Telp. (0541) 260588
ddy_iwn@yahoo.com

Optimisasi Proses Hidrolisis Kertas Bekas dengan Menggunakan Metode Hidrolisis Termal

Henry Andrian Sutjiadi, Henry Hardosubroto, Buana Girisuta*
Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Katolik Parahyangan

Sabtu, 24 November 2012

Pengumuman

Alhamdulillah
dengan memanjatkan syukur kehadirat Allah SWT,
hari ini, setelah penantian panjang, seluruh file di Al Chemist  telah di upload ulang
silahkan teman-teman menikmatinya
wassalam

UJI DAYA HAMBAT DAUN SENGGANI (Melastoma malabathricum L.) TERHADAP Trichophyton mentagrophytees DAN Candida albicansl (Inhibition Potential of Melastoma malabathricum L.) Leaves Against Trichophyton mentagrophytees and Candida albicans)

Djaenudin Gholib
Balai Besar Penelitian Veteriner
Jalan RE Martadinata 30, Bogor

UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi, L.) TERHADAP 1,1-DIPHENYL-2-PICRYLHIDRAZYL (DPPH)

Ilham Kuncahyo, Sunardi
D-III Teknologi Farmasi Fakultas Teknik Universitas Setia Budi
e-mail : nardi_usb@yahoo.com


UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi, L.) TERHADAP 1,1-DIPHENYL-2-PICRYLHIDRAZYL (DPPH)

Ilham Kuncahyo, Sunardi
D-III Teknologi Farmasi Fakultas Teknik Universitas Setia Budi
e-mail : nardi_usb@yahoo.com

ABSTRACT
Sour carambola (Averrhoa bilimbi, L.) constitute one of plants than can be used as an
antioxidant. This research aims to find out the potential antioxidant activity of ether fraction and
methanolic extract liquid of sour carambola leaves on the free radical DPPH. The Sour carambola
leaves powder was extracted using soxhlet tool with petroleum ether solvent followed with
methanol solvent. The methanolic extract obtained was suspended with water and partitioned with
ether. The ether and aqueous fraction were made in various concentrations: 10, 20, 40, 80 and 160
ppm. Then DPPH solution was added to it. Absorbance reading was conducted with
spectrophotometry at the wave length of 517 nm after 30 minutes. The control used was routine.
The result of research shows the potential as antioxidant scavenging free radical with ether
fraction value IC50 of 50.36 ppm and liquid fraction of 44.01 ppm. With routine as the control it is
obtained IC50 value of 7.00 ppm. The one-way Anava statistic test was conducted on the IC50 values
of those three tested solution to find out the significant differences.
Keywords: Antioxidant, sour carambolas, ether fraction, aqueous, DPPH.

DAYA ANTIOKSIDAN EKSTRAK ETANOL RIMPANG TEMU KUNCI [Boesenbergia pandurata (Roxb.) Schlecth] DENGAN METODE PENANGKAPAN RADIKAL DPPH (1,1-difenil-2-pikrilhidrazil) (ANTIOXIDANT ACTIVITY OF TEMU KUNCI [Boesenbergia pandurata (Roxb.) Schlecth] RHIZOME ETHANOLIC EXTRACT BY THE DPPH RADICAL SCAVENGING METHOD (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl) )

I’anatun Nihlati A; Abdul Rohman; Triana Hertiani
Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

PEMBUATAN BIOETANOL DARI EMPULUR SAGU( spp.) DENGAN MENGGUNAKAN ENZIM (Metroxylon ) Metroxylon(Bioethanol Production From Sago spp. Core by Using Enzyms)

Oleh/ :By
Sri Komarayati, Ina Winarni & Djarwanto1
1 Pusat Penelitian dan Pengembangan Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan,Jl. Gunung Batu No. 5, Bogor 16610, Telp. 0251- 8633378, Fax. 0251-8633413

KANDUNGAN BETA KAROTEN, POLIFENOL TOTAL DAN AKTIVITAS ”MERANTAS” RADIKAL BEBAS KEFIR SUSU KACANG HIJAU (Vigna radiata) OLEH PENGARUH JUMLAH STARTER (Lactobacillus bulgaricus dan Candida kefir) DAN KONSENTRASI GLUKOSA (THE CONTENT OF BETA CAROTENE, TOTAL POLYPHENOL AND FREE RADICAL SCAVENGING ACTIVITY OF MUNGBEAN MILK KEFIR (Vigna radiata) AS AFFECTED BY CULTURES (Lactobacillus bulgaricus and Candida kefir) AND GLUCOSE CONCENTRATION )

download di sini
ABSTRAK


Teguh Supriyono

Fermentasi susu kacang hijau dengan penambahan kultur Lactobacillus bulgaricus dan Candida kefir dapat meningkatkan sifat fungsionalnya. Sumber energi utama dari kedua mikroorganisme tersebut
adalah laktosa, sementara susu kacang hijau tidak mengandung laktosa. Kandungan gula dalam susu kacang hijau sebagai sumber energi bagi mikroorganisme sangat terbatas, sehingga diperlukan penambahan glukosa sebagai sumber energi yang dapat langsung digunakan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh jumlah starter (Lactobacillus bulgaricus dan Candida kefir) dan konsentrasi glukosa terhadap kadar beta karoten, polifenol total dan aktivitas ”merantas” radikal bebas kefir susu kacang hijau. Penelitian ini adalah eksperimen murni. Rancangan percobaan disusun menggunakan Rancangan Acak Lengkap. Kadar beta karoten ditentukan dengan spektrofotometer, polifenol total dianalisis menggunakan reagen Folin–Ciocalteu dan aktivitas ”merantas” radikal bebas ditetukan dengan DPPH radical scavenging assay. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan uji ANOVA, jika ada pengaruh yang signifikan dilajutkan dengan uji beda Tukey HSD. Jumlah starter berpengaruh nyata terhadap kadar beta karoten (p = 0,049), polifenol total ( p = 0,015) dan aktivitas ”merantas” radikal bebas (p = 0,000). Ada pengaruh konsentrasi glukosa terhadap polifenol total (p = 0,002), sedangkan aktivitas ”merantas” radikal bebas dan kadar beta karoten tidak dipengaruhi oleh konsentrasi glukosa dan tidak ada interaksi pada semua perlakuan. Tingkat signifikansi yang digunakan adalah 0,05. Kadar total asam berkisar 1,57% - 2,54%, dengan kadar tertinggi pada perlakuan jumlah starter 15% dan konsentrasi glukosa 15%, sementara untuk kadar alkohol berkisar 0,26% - 0,90% sesuai dengan literatur yaitu maksimal 1%. Kefir susu kacang hijau dengan sifat fungsional yang optimal menggunakan jumlah starter (Lactobacillus bulgaricus dan Candida kefir) 15 % dan konsentrasi glukosa 10 %. 
Kata kunci : Lactobacillus bulgaricus, Candida kefir, beta karoten,
polifenol total, aktivitas ”merantas” radikal bebas.


ABSTRACT


Teguh Supriyono

The functional properties of mungbean can be improved by fermentation using Lactobacillus bulgaricus and Candida kefir cultures. The main energy source of both microorganism is lactose as found in milk, however lactose is absent in mungbean milk. Sugar content in mungbean milk for the growth microorganisms activity is limited. Therefore additional glucose is needed to provide readily usable energy.This study was carried out to study the influence of cultures (Lactobacillus bulgaricus and Candida kefir) and glucose concentration on beta carotene level, total polyphenol and free radical scavenging activity of mungbean milk kefir (MBK). Complete random design experiment was employed in this study. Beta carotene level was determined by spectrophotometry, total polyphenol by Folin-Ciocalteu method and free radical scavenging activity by DPPH radical scavenging assay. Data were analized using ANOVA. When the result of ANOVA was significant, Tukey’s multiple comparison was conducted.
Cultures concentration (Lactobacillus bulgaricus and Candida kefir) affected beta carotene level (p = 0.049), total polyphenol (p = 0.015) and free radical scavenging activity (p = 0,000) of mungbean milk kefir. Glucose concentration only affected total polyphenol (p = 0.002), but had no effect on free radical scavenging activity and beta carotene level. There were no interaction among treatments at 0.05 significance level. Total acid level were 1.57 – 2.54%, with the highest level at 15% cultures concentration and 15% glucose concentration. Alcohol level were 0.26 – 0.90% which is in accordance with the maximum standard for kefir (1%). An optimal product of mungbean milk kefir can be obtained using 15% cultures (Lactobacillus bulgaricus and Candida kefir) and 10% glucose concentration. 
Keywords : Lactobacillus bulgaricus, Candida kefir, beta carotene, total
polyphenol, free radical scavenging activity.

PEMANFAATAN LIMBAH KULIT MANGGIS (Garcinia mangostana L.) SEBAGAI PEWARNA MAKANAN ALAMI KAYA ANTIOKSIDAN DENGAN MENGGUNAKAN TEKNOLOGI MIKROENKAPSULASI

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA
BIDANG KEGIATAN:
PKM-GT
diusulkan oleh:
Leonardus Adi Wijaya F24051029 / 2005
Marcel Priyandi Segara F24051456 / 2005
Fenny Suprioto F24061488 / 2006
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2009

Isolasi Identifikasi Bakteri Penghasil Xilanase serta Karakterisasi Enzimnya (Isolation and Identification of Xylanase Producing Bac-teria and Characterization of Its Enzyme Properties)

Nur Richana1
, Tun T. Irawadi2
, Anwar Nur2
, dan Khaswar Syamsu3
1
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian, Jl. Tentara Pelajar 12, Bogor 16114 2
Jurusan Kimia Fakultas MIPA, Institut Pertanian Bogor, Kampus IPB Baranangsiang, Jl. Pajajaran, Bogor 16144 3
Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Kampus Darmaga, Bogor 16680

PENENTUAN KADAR GLUKOSA DAN FRUKTOSA PADA MADU RANDU DAN MADU KELENGKENG DENGAN METODE KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI

K. Ratnayani, N. M. A. Dwi Adhi S., dan I G. A. M. A. S. Gitadewi
Jurusan Kimia FMIPA Universitas Udayana, Bukit Jimbaran

download di sini


ABSTRAK

Kadar gula penyusun madu menurut SII selama ini ditentukan berdasarkan total gula pereduksi sehingga belum bisa diketahui kadar masing-masing gula penyusun madu tersebut. Madu mengandung berbagai jenis gula pereduksi yaitu glukosa, fruktosa, dan maltosa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar glukosa dan fruktosa dengam metode KCKT terhadap dua jenis madu dari jenis bunga yang berbeda. Kondisi operasional KCKT diatur pada suhu kolom 80ºC dan laju alir 1 mL/menit, menggunakan kolom metacarb 87C dan eluen air deionisasi. Deteksi dilakukan dengan menggunakan detektor indeks bias, dimana glukosa dan fruktosa dipisahkan pada waktu retensi masing-masing sekitar 6 dan 7 menit. Prosedur tersebut digunakan untuk penentuan kadar glukosa dan fruktosa pada sampel madu yaitu madu randu dan madu kelengkeng. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar glukosa pada madu randu adalah sebesar 27,13 % dan pada madu kelengkeng sebesar 28,09 %. Kadar fruktosa pada madu randu sebesar 40,99 % dan pada madu kelengkeng sebesar 40,03 %. Hal ini menunjukkan bahwa masing-masing sampel yang diteliti memiliki kadar glukosa dan fruktosa yang sesuai dengan syarat mutu madu nasional dimana kandungan gula pereduksi (glukosa dan frukosa) total adalah minimal 60%. Kadar gula pereduksi total pada madu randu adalah sebesar 68,12 % sedangkan pada madu kelengkeng sebesar 68,12 %.

Kata kunci : glukosa, fruktosa, maltosa, KCKT, Madu


ABSTRACT

Jumat, 23 November 2012

PEMBUATAN ASAM ASETAT DENGAN PROSES FERMENTASI




A.    Tinjauan Umum
Fermentasi merupakan proses mikrobiologi yang dikendalikan oleh manusia untuk memperoleh produk yang berguna, dimana terjadi pemecahan karbohidrat dan asam amino secara anaerob. Peruraian dari kompleks menjadi sederhana dengan bantuan mikroorganisme sehingga menghasilkan energi. (Perry, 1999)
Industri fermentasi di negara-negara maju sudah berkembang sedemikian pesatnya, termasuk dalam produksi hasil-hasil pemecahan atau metabolit primer oleh mikroba (asam, asam amino, alkohol), hasil metabolit sekunder (antibiotik, toksin), produksi masa sel (protein sel tunggal), enzim, dan sebagainya. Mikroba yang umum digunakan dalam industri fermentasi termasuk dalam bakteri dan fungi tingkat rendah yaitu kapang dan khamir.
            Berdasarkan Silcox dan Lee, proses fermentasi yang baik adalah:
1.      Mikroorganisme dapat membentuk produk yang diinginkan
2.      Organisme ini harus berpropagasi secara cepat dan dapat mempertahankan
       keseragaman biologis, sehingga memberikan yield yang dapat diprediksi.
3.      Raw material sebagai substrat ekonomis
4.      Yieldnya dapat diterima
5.      Fermentasi cepat
6.      Produk mudah diambil dan dimurnikan
Asam asetat memiliki beberapa nama antara lain asam etanoat, vinegar (mengandung minimal 4 gram asam asetat per 100 larutan), atau asam cuka. Asam asetat merupakan senyawa organik yang mengandung gugus asam karboksilat. Rumus molekul dari asam asetat adalah C2H4O2. Rumus ini seringkali ditulis dalam bentuk CH3-COOH, CH3COOH, atau CH3CO2H. Asam asetat memiliki sifat antara lain (Perry, 1999):
Ø Berat molekul 60,05
Ø berupa cairan jernih (tidak berwarna)
Ø berbau khas
Ø mudah larut dalam air, alkohol, dan eter
Ø larutan asam asetat dalam air merupakan sebuah asam lemah (korosif)
Ø asam asetat bebas-air membentuk kristal mirip es pada 16,7°C, sedikit di bawah suhu ruang
Ø mempunyai titik didih 118,1 oC
Ø mempunyai titik beku 16,7 oC
Ø Spesific grafity 1,049

B.     Proses Produksi
Ø Produksi asam asetat dengan cara :
a.      
       Acetobacter aceti
 
Fermentasi Aerob

H12O6               2 C2H5OH                   2 CH3COOH + H2O + 116 kal
       glukosa                  etanol                             cuka asam cuka
b.      Fermentasi Anaerob


       Clostridium thermoaceticum
 
 
C6H12O6                                                      CH3COOH             +   Q
glukosa                  cuka asam cuka
c.       Sintetis
·     Karbonilasi methanol
CH3OH + CO → CH3COOH
·     Oksidasi asetaldehida
2 CH3CHO + O2 → 2 CH3COOH
Pembahasan ditekankan pada produksi asam asetat dengan cara fermentasi aerob dan fermentasi anaerob.
Ø Bahan Baku dalam proses fermentasi pembuatan asam asetat :
-          Buah-buahan, kentang, biji-bijian, bahan yang mengandung cukup banyak gula, atau alkohol
-          Bakteri asetat (Bacterium aceti) yaitu Acetobacter untuk proses aerob dan bakteri dari genus Clostridium
                                Gambar 1. Acetobacter aceti

Ø Proses fermentasi pembuatan asam asetat atau vinegar :
A).     Fermentasi secara Aerob
a.       Metoda lambat (Slow Methods)
-          Biasanya untuk bahan baku berupa buah-buahan
-          Etanol tidak banyak bergerak atau mengalir karena proses dilakukan pada suatu tangki batch
-          Memasukan jus buah, yeast, dan bakteri vinegar  ke dalam tangki
-          Sebagian jus buah terfermentasi menjadi etanol (11-13 % alkohol) setelah beberapa hari
-          Fermentasi etanol menjadi asam asetat terjadi pada permukaan tangki
-          Bakteri vinegar di permukaan larutan yang membentuk lapisan agar-agar tipis mengubah etanol menjadi asam asetat atau vinegar (asetifikasi)
-          Proses ini memerlukan temperatur 21- 29 oC
-          Jatuhnya lapisan tipis agar-agar dari bakteri vinegar akan memperlambat asetifikasi. Permasalahan ini bisa dicegah dengan memasang lapisan yang dapat mengapungkan lapisan tipis agar-agar dari bakteri vinegar
-          Kelebihan Metoda lambat (Slow Methods) :
a)      Proses sangat sederhana


-          Kekuranagan Metoda lambat (Slow Methods) :
a)      Proses relative lama berminggu-minggu atau berbulan-bulan
b)      Jatuhnya lapisan tipis agar-agar dari bakteri vinegar akan memperlambat asetifikasi
b.      Metoda cepat (Quick Methods) atau German process
-          Biasanya untuk bahan baku berupa etanol cair
-          Bahan baku untuk basis 1 ton asam asetat(100%) :
·         Alkohol(95 %) sebanyak 1.950 lb
·         Sedikit nutrisi
·         Udara sebanyak 11.000 lb
-          Etanol mengalami perpindahan selama proses
-          Proses fermentasi terjadi di dalam tangki pembentukan (Frings generator) yang terbuat dari kayu atau besi.
-          Bagian-bagian dari tangki pembentukan :
a)      Bagian atas, tempat alkohol dimasukkan
b)      Bagian tengah, terdapat bahan isian (berupa: kayu, tongkol jagung, rottan) di bagian ini untuk memperluas bidang kontak rektan (etanol dan oksigen). Bahan isian mula-mula disiram dengan larutan vinegar yang mengandung bakteri asetat sehingga dipermukaan bahan isian akan tumbuh bakteri asetat.
c)      Bgian bawah, digunakan sebagai tempat mengumpulkan produk vinegar.
-          Mendistribusikan campuran etanol cair (10,5 %), vinegar(1 %), dan nutrisi   melalui bagian atas tangki dengan alat sparger
-          Campuran mengalir turun melalui bahan isian dengan sangat lambat
-          Udara dialirkan secara countercurrent melalui bagian bawah tangki
-          Panas yang timbul akibat reaksi oksidasi diambil dengan pendingin. Pendingin dipasang pada aliran recycle cairan campuran(yang mengandung vinegar,etanol, dan air) dari bagian bawah tangki. Temperatur operasi dipertahankan pada rentang suhu 30-35 oC
-          Produk yang terkumpuk di bagian bawah tangki mengandung asam asetat optimum sebesar 10- 10,5 %. Sebagian produk direcycle dan sebagian yang lain di keluarkan dari tangki
-          Bakteri asetat akan berhenti memproduksi asam asetat jika kadar asam asetat telah mencapai 12-14 %
-          Bahan baku 2.500 gal dengan produk 10,5 % asam asetat memerlukan waktu proses 8-10 hari
-          Kelebihan Metoda cepat (Quick Methods) atau German process :
a)      Biaya proses rendah, relatif sederhana dan kemudahan dalam mengontrol
b)      Konsentrasi produk asam asetat besar
c)      Tangki proses membutuhkan sedikit tempat peletakannya
d)     Penguapan sedikit
-          Kekurangan Metoda cepat (Quick Methods) atau German process :
a)      Waktu tinggal terlalu lama bila dibandingkan Metoda Perendaman (Submerged Method)
b)      Pembersihan tangki cukup sulit
Gambar 2. Frings Generator
c.       Metoda Perendaman (Submerged Method)
-          Umpan yang mengandung 8-12 % etanol diinokulasi dengan Acetobacter acetigenum
-          Temperatur proses dipertahankan pada rentang suhu 24-29 oC
-          Bakteri tumbuh di dalam suspensi antara gelembung udara dan cairan yang difermentasi
-          Umpan di masukan melewati bagian atas tangki
-          Udara didistribusikan dalam cairan yang difermentasi sehingga membentuk gelembung- gelembung gas. Udara keluar tangki melewati pipa pengeluaran di bagian atas tangki
-          Temperatur proses dipertahankan dengan menggunakan koil pendingin stainless steel yang terpasang di dalam tangki
-          Defoamer yang terpasang di bagian atas tangki membersihkan busa yang terbentuk dengan sistem mekanik
-          Kelebihan Metoda Perendaman (Submerged Method):
a)      Hampir disemua bagian tangki terjadi fermentasi
b)      Kontak antar reaktan dan bakteri semakin besar
-          Kekurangan Metoda Perendaman (Submerged Method):
a)      Biaya operasi relatif mahal

B).      Fermentasi secara Anaerob
-          Menggunakan bakteri Clostridium thermoaceticum
-          Mampu mengubah gula menjadi asam asetat
-          Temperatur proses sekitar 45- 65 oC; pH 2-5
-          Memerlukan nutrisi yang mengandung karbon, nitrogen dan senyawa anorganik

-          Kelebihan proses anaerob :
a)      Mengubah gula menjadi sama asetat dengan satu langkah
b)      Bakteri tumbuh dengan baik pada temperatur 60 oC. Perbedaan temperatur yang besar antara suhu media dengan suhu air pendingin memudahkan dalam pembuangan panas
c)      Kontaminasi dengan organisme yang membutuhkan bisa diminimalisasi karena bekerja pada kondisi anaerob
d)     Organisme yang hanya dapat hidup dalam kondisi mendekati pH netral akan mati karena operasi fermentasi dilakukan pada kondisi asam pH 4,5
-          Kekurangan proses anaerob :
a)      Kosentarasi asam asetat lebih rendah dibandingkan dengan proses aerob
b)      Biaya proses lebih mahal dibandingkan dengan proses aerob

Ø Pemurnian
         Distilasi/penyulingan
         Dari distilasi bertingkat akan dihasilkan beberapa jenis asam asetat :
Ø   Asam asetat glacial (99,5 %)
Ø   Asam asetat teknis (80 %)
Secara komersial kadar asam asetat sebesar 6, 28, 30, 36, 60, 70, dan 80 %

C.    Manfaat dan Penggunaan Produk
Beberapa Kegunaan asam asetat atau vinegar adalah sebagai berikut :
1.      Asam asetat digunakan dalam produksi polimer seperti polietilena tereftalat, selulosa asetat, dan polivinil asetat, maupun berbagai macam serat dan kain.
2.      Pengatur keasaman pada industri makanan
3.      Pelunak air dalam rumah tangga
4.      Minuman fungsional misal: cuka apel
5.      Sebagai bahan baku untuk pembuatan bahan kimia lain :
-          Vinil asetat
-          Selulosa asetat
-          Asetat Anhidrit
-          Ester Asetat
-          Garam Asetat


Referensi :

Frazier. Food Microbiology. 1978. McGraw-Hill. Amerika

Keyes, Keyes. Industrial Chemicals. 1950. McGraw-Hill. Amerika

Perry. Perry’s Chemical Engineers’ Handbook. 1999. McGraw-Hill. Amerika




www.wikipedia.com