Alhamdulillah
dengan memanjatkan syukur kehadirat Allah SWT,
hari ini, setelah penantian panjang, seluruh file di Al Chemist telah di upload ulang
silahkan teman-teman menikmatinya
wassalam
Translate
Sabtu, 24 November 2012
UJI DAYA HAMBAT DAUN SENGGANI (Melastoma malabathricum L.) TERHADAP Trichophyton mentagrophytees DAN Candida albicansl (Inhibition Potential of Melastoma malabathricum L.) Leaves Against Trichophyton mentagrophytees and Candida albicans)
Djaenudin Gholib
Balai Besar Penelitian Veteriner
Jalan RE Martadinata 30, Bogor
Balai Besar Penelitian Veteriner
Jalan RE Martadinata 30, Bogor
UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi, L.) TERHADAP 1,1-DIPHENYL-2-PICRYLHIDRAZYL (DPPH)
Ilham Kuncahyo, Sunardi
D-III Teknologi Farmasi Fakultas Teknik Universitas Setia Budi
e-mail : nardi_usb@yahoo.com
D-III Teknologi Farmasi Fakultas Teknik Universitas Setia Budi
e-mail : nardi_usb@yahoo.com
UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi, L.) TERHADAP 1,1-DIPHENYL-2-PICRYLHIDRAZYL (DPPH)
Ilham Kuncahyo, Sunardi
D-III Teknologi Farmasi Fakultas Teknik Universitas Setia Budi
e-mail : nardi_usb@yahoo.com
ABSTRACT
Sour carambola (Averrhoa bilimbi, L.) constitute one of plants than can be used as an
antioxidant. This research aims to find out the potential antioxidant activity of ether fraction and
methanolic extract liquid of sour carambola leaves on the free radical DPPH. The Sour carambola
leaves powder was extracted using soxhlet tool with petroleum ether solvent followed with
methanol solvent. The methanolic extract obtained was suspended with water and partitioned with
ether. The ether and aqueous fraction were made in various concentrations: 10, 20, 40, 80 and 160
ppm. Then DPPH solution was added to it. Absorbance reading was conducted with
spectrophotometry at the wave length of 517 nm after 30 minutes. The control used was routine.
The result of research shows the potential as antioxidant scavenging free radical with ether
fraction value IC50 of 50.36 ppm and liquid fraction of 44.01 ppm. With routine as the control it is
obtained IC50 value of 7.00 ppm. The one-way Anava statistic test was conducted on the IC50 values
of those three tested solution to find out the significant differences.
Keywords: Antioxidant, sour carambolas, ether fraction, aqueous, DPPH.
DAYA ANTIOKSIDAN EKSTRAK ETANOL RIMPANG TEMU KUNCI [Boesenbergia pandurata (Roxb.) Schlecth] DENGAN METODE PENANGKAPAN RADIKAL DPPH (1,1-difenil-2-pikrilhidrazil) (ANTIOXIDANT ACTIVITY OF TEMU KUNCI [Boesenbergia pandurata (Roxb.) Schlecth] RHIZOME ETHANOLIC EXTRACT BY THE DPPH RADICAL SCAVENGING METHOD (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl) )
I’anatun Nihlati A; Abdul Rohman; Triana Hertiani
Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
PEMBUATAN BIOETANOL DARI EMPULUR SAGU( spp.) DENGAN MENGGUNAKAN ENZIM (Metroxylon ) Metroxylon(Bioethanol Production From Sago spp. Core by Using Enzyms)
Oleh/ :By
Sri Komarayati, Ina Winarni & Djarwanto1
1 Pusat Penelitian dan Pengembangan Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan,Jl. Gunung Batu No. 5, Bogor 16610, Telp. 0251- 8633378, Fax. 0251-8633413
1 Pusat Penelitian dan Pengembangan Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan,Jl. Gunung Batu No. 5, Bogor 16610, Telp. 0251- 8633378, Fax. 0251-8633413
KANDUNGAN BETA KAROTEN, POLIFENOL TOTAL DAN AKTIVITAS ”MERANTAS” RADIKAL BEBAS KEFIR SUSU KACANG HIJAU (Vigna radiata) OLEH PENGARUH JUMLAH STARTER (Lactobacillus bulgaricus dan Candida kefir) DAN KONSENTRASI GLUKOSA (THE CONTENT OF BETA CAROTENE, TOTAL POLYPHENOL AND FREE RADICAL SCAVENGING ACTIVITY OF MUNGBEAN MILK KEFIR (Vigna radiata) AS AFFECTED BY CULTURES (Lactobacillus bulgaricus and Candida kefir) AND GLUCOSE CONCENTRATION )
download di sini
ABSTRAK
Teguh Supriyono
Fermentasi susu kacang hijau dengan penambahan kultur Lactobacillus bulgaricus dan Candida kefir dapat meningkatkan sifat fungsionalnya. Sumber energi utama dari kedua mikroorganisme tersebut
adalah laktosa, sementara susu kacang hijau tidak mengandung laktosa. Kandungan gula dalam susu kacang hijau sebagai sumber energi bagi mikroorganisme sangat terbatas, sehingga diperlukan penambahan glukosa sebagai sumber energi yang dapat langsung digunakan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh jumlah starter (Lactobacillus bulgaricus dan Candida kefir) dan konsentrasi glukosa terhadap kadar beta karoten, polifenol total dan aktivitas ”merantas” radikal bebas kefir susu kacang hijau. Penelitian ini adalah eksperimen murni. Rancangan percobaan disusun menggunakan Rancangan Acak Lengkap. Kadar beta karoten ditentukan dengan spektrofotometer, polifenol total dianalisis menggunakan reagen Folin–Ciocalteu dan aktivitas ”merantas” radikal bebas ditetukan dengan DPPH radical scavenging assay. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan uji ANOVA, jika ada pengaruh yang signifikan dilajutkan dengan uji beda Tukey HSD. Jumlah starter berpengaruh nyata terhadap kadar beta karoten (p = 0,049), polifenol total ( p = 0,015) dan aktivitas ”merantas” radikal bebas (p = 0,000). Ada pengaruh konsentrasi glukosa terhadap polifenol total (p = 0,002), sedangkan aktivitas ”merantas” radikal bebas dan kadar beta karoten tidak dipengaruhi oleh konsentrasi glukosa dan tidak ada interaksi pada semua perlakuan. Tingkat signifikansi yang digunakan adalah 0,05. Kadar total asam berkisar 1,57% - 2,54%, dengan kadar tertinggi pada perlakuan jumlah starter 15% dan konsentrasi glukosa 15%, sementara untuk kadar alkohol berkisar 0,26% - 0,90% sesuai dengan literatur yaitu maksimal 1%. Kefir susu kacang hijau dengan sifat fungsional yang optimal menggunakan jumlah starter (Lactobacillus bulgaricus dan Candida kefir) 15 % dan konsentrasi glukosa 10 %.
Teguh Supriyono
Fermentasi susu kacang hijau dengan penambahan kultur Lactobacillus bulgaricus dan Candida kefir dapat meningkatkan sifat fungsionalnya. Sumber energi utama dari kedua mikroorganisme tersebut
adalah laktosa, sementara susu kacang hijau tidak mengandung laktosa. Kandungan gula dalam susu kacang hijau sebagai sumber energi bagi mikroorganisme sangat terbatas, sehingga diperlukan penambahan glukosa sebagai sumber energi yang dapat langsung digunakan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh jumlah starter (Lactobacillus bulgaricus dan Candida kefir) dan konsentrasi glukosa terhadap kadar beta karoten, polifenol total dan aktivitas ”merantas” radikal bebas kefir susu kacang hijau. Penelitian ini adalah eksperimen murni. Rancangan percobaan disusun menggunakan Rancangan Acak Lengkap. Kadar beta karoten ditentukan dengan spektrofotometer, polifenol total dianalisis menggunakan reagen Folin–Ciocalteu dan aktivitas ”merantas” radikal bebas ditetukan dengan DPPH radical scavenging assay. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan uji ANOVA, jika ada pengaruh yang signifikan dilajutkan dengan uji beda Tukey HSD. Jumlah starter berpengaruh nyata terhadap kadar beta karoten (p = 0,049), polifenol total ( p = 0,015) dan aktivitas ”merantas” radikal bebas (p = 0,000). Ada pengaruh konsentrasi glukosa terhadap polifenol total (p = 0,002), sedangkan aktivitas ”merantas” radikal bebas dan kadar beta karoten tidak dipengaruhi oleh konsentrasi glukosa dan tidak ada interaksi pada semua perlakuan. Tingkat signifikansi yang digunakan adalah 0,05. Kadar total asam berkisar 1,57% - 2,54%, dengan kadar tertinggi pada perlakuan jumlah starter 15% dan konsentrasi glukosa 15%, sementara untuk kadar alkohol berkisar 0,26% - 0,90% sesuai dengan literatur yaitu maksimal 1%. Kefir susu kacang hijau dengan sifat fungsional yang optimal menggunakan jumlah starter (Lactobacillus bulgaricus dan Candida kefir) 15 % dan konsentrasi glukosa 10 %.
Kata kunci : Lactobacillus bulgaricus, Candida kefir, beta karoten,
polifenol total, aktivitas ”merantas” radikal bebas.
ABSTRACT
Teguh Supriyono
The functional properties of mungbean can be improved by fermentation using Lactobacillus bulgaricus and Candida kefir cultures. The main energy source of both microorganism is lactose as found in milk, however lactose is absent in mungbean milk. Sugar content in mungbean milk for the growth microorganisms activity is limited. Therefore additional glucose is needed to provide readily usable energy.This study was carried out to study the influence of cultures (Lactobacillus bulgaricus and Candida kefir) and glucose concentration on beta carotene level, total polyphenol and free radical scavenging activity of mungbean milk kefir (MBK). Complete random design experiment was employed in this study. Beta carotene level was determined by spectrophotometry, total polyphenol by Folin-Ciocalteu method and free radical scavenging activity by DPPH radical scavenging assay. Data were analized using ANOVA. When the result of ANOVA was significant, Tukey’s multiple comparison was conducted.
Cultures concentration (Lactobacillus bulgaricus and Candida kefir) affected beta carotene level (p = 0.049), total polyphenol (p = 0.015) and free radical scavenging activity (p = 0,000) of mungbean milk kefir. Glucose concentration only affected total polyphenol (p = 0.002), but had no effect on free radical scavenging activity and beta carotene level. There were no interaction among treatments at 0.05 significance level. Total acid level were 1.57 – 2.54%, with the highest level at 15% cultures concentration and 15% glucose concentration. Alcohol level were 0.26 – 0.90% which is in accordance with the maximum standard for kefir (1%). An optimal product of mungbean milk kefir can be obtained using 15% cultures (Lactobacillus bulgaricus and Candida kefir) and 10% glucose concentration.
polifenol total, aktivitas ”merantas” radikal bebas.
ABSTRACT
Teguh Supriyono
The functional properties of mungbean can be improved by fermentation using Lactobacillus bulgaricus and Candida kefir cultures. The main energy source of both microorganism is lactose as found in milk, however lactose is absent in mungbean milk. Sugar content in mungbean milk for the growth microorganisms activity is limited. Therefore additional glucose is needed to provide readily usable energy.This study was carried out to study the influence of cultures (Lactobacillus bulgaricus and Candida kefir) and glucose concentration on beta carotene level, total polyphenol and free radical scavenging activity of mungbean milk kefir (MBK). Complete random design experiment was employed in this study. Beta carotene level was determined by spectrophotometry, total polyphenol by Folin-Ciocalteu method and free radical scavenging activity by DPPH radical scavenging assay. Data were analized using ANOVA. When the result of ANOVA was significant, Tukey’s multiple comparison was conducted.
Cultures concentration (Lactobacillus bulgaricus and Candida kefir) affected beta carotene level (p = 0.049), total polyphenol (p = 0.015) and free radical scavenging activity (p = 0,000) of mungbean milk kefir. Glucose concentration only affected total polyphenol (p = 0.002), but had no effect on free radical scavenging activity and beta carotene level. There were no interaction among treatments at 0.05 significance level. Total acid level were 1.57 – 2.54%, with the highest level at 15% cultures concentration and 15% glucose concentration. Alcohol level were 0.26 – 0.90% which is in accordance with the maximum standard for kefir (1%). An optimal product of mungbean milk kefir can be obtained using 15% cultures (Lactobacillus bulgaricus and Candida kefir) and 10% glucose concentration.
Keywords : Lactobacillus bulgaricus, Candida kefir, beta carotene, total
polyphenol, free radical scavenging activity.
polyphenol, free radical scavenging activity.
PEMANFAATAN LIMBAH KULIT MANGGIS (Garcinia mangostana L.) SEBAGAI PEWARNA MAKANAN ALAMI KAYA ANTIOKSIDAN DENGAN MENGGUNAKAN TEKNOLOGI MIKROENKAPSULASI
PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA
BIDANG KEGIATAN:
PKM-GT
diusulkan oleh:
Leonardus Adi Wijaya F24051029 / 2005
Marcel Priyandi Segara F24051456 / 2005
Fenny Suprioto F24061488 / 2006
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2009
BIDANG KEGIATAN:
PKM-GT
diusulkan oleh:
Leonardus Adi Wijaya F24051029 / 2005
Marcel Priyandi Segara F24051456 / 2005
Fenny Suprioto F24061488 / 2006
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2009
Isolasi Identifikasi Bakteri Penghasil Xilanase serta Karakterisasi Enzimnya (Isolation and Identification of Xylanase Producing Bac-teria and Characterization of Its Enzyme Properties)
Nur Richana1
, Tun T. Irawadi2
, Anwar Nur2
, dan Khaswar Syamsu3
1
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian, Jl. Tentara Pelajar 12, Bogor 16114 2
Jurusan Kimia Fakultas MIPA, Institut Pertanian Bogor, Kampus IPB Baranangsiang, Jl. Pajajaran, Bogor 16144 3
Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Kampus Darmaga, Bogor 16680
, Tun T. Irawadi2
, Anwar Nur2
, dan Khaswar Syamsu3
1
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian, Jl. Tentara Pelajar 12, Bogor 16114 2
Jurusan Kimia Fakultas MIPA, Institut Pertanian Bogor, Kampus IPB Baranangsiang, Jl. Pajajaran, Bogor 16144 3
Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Kampus Darmaga, Bogor 16680
PENENTUAN KADAR GLUKOSA DAN FRUKTOSA PADA MADU RANDU DAN MADU KELENGKENG DENGAN METODE KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI
K. Ratnayani, N. M. A. Dwi Adhi S., dan I G. A. M. A. S. Gitadewi
Jurusan Kimia FMIPA Universitas Udayana, Bukit Jimbaran
Jurusan Kimia FMIPA Universitas Udayana, Bukit Jimbaran
download di sini
ABSTRAK
Kadar gula penyusun madu menurut SII selama ini ditentukan berdasarkan total gula pereduksi sehingga belum bisa diketahui kadar masing-masing gula penyusun madu tersebut. Madu mengandung berbagai jenis gula pereduksi yaitu glukosa, fruktosa, dan maltosa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar glukosa dan fruktosa dengam metode KCKT terhadap dua jenis madu dari jenis bunga yang berbeda. Kondisi operasional KCKT diatur pada suhu kolom 80ºC dan laju alir 1 mL/menit, menggunakan kolom metacarb 87C dan eluen air deionisasi. Deteksi dilakukan dengan menggunakan detektor indeks bias, dimana glukosa dan fruktosa dipisahkan pada waktu retensi masing-masing sekitar 6 dan 7 menit. Prosedur tersebut digunakan untuk penentuan kadar glukosa dan fruktosa pada sampel madu yaitu madu randu dan madu kelengkeng. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar glukosa pada madu randu adalah sebesar 27,13 % dan pada madu kelengkeng sebesar 28,09 %. Kadar fruktosa pada madu randu sebesar 40,99 % dan pada madu kelengkeng sebesar 40,03 %. Hal ini menunjukkan bahwa masing-masing sampel yang diteliti memiliki kadar glukosa dan fruktosa yang sesuai dengan syarat mutu madu nasional dimana kandungan gula pereduksi (glukosa dan frukosa) total adalah minimal 60%. Kadar gula pereduksi total pada madu randu adalah sebesar 68,12 % sedangkan pada madu kelengkeng sebesar 68,12 %.
Kata kunci : glukosa, fruktosa, maltosa, KCKT, Madu
ABSTRACT
Jumat, 23 November 2012
PEMBUATAN ASAM ASETAT DENGAN PROSES FERMENTASI
A. Tinjauan Umum
Fermentasi merupakan proses mikrobiologi
yang dikendalikan oleh manusia untuk memperoleh produk yang berguna, dimana
terjadi pemecahan karbohidrat dan asam amino secara anaerob. Peruraian dari kompleks menjadi sederhana
dengan bantuan mikroorganisme sehingga menghasilkan energi. (Perry, 1999)
Industri
fermentasi di negara-negara maju sudah berkembang sedemikian pesatnya, termasuk
dalam produksi hasil-hasil pemecahan atau metabolit primer oleh mikroba (asam,
asam amino, alkohol), hasil metabolit sekunder (antibiotik, toksin), produksi
masa sel (protein sel tunggal), enzim, dan sebagainya. Mikroba yang umum
digunakan dalam industri fermentasi termasuk dalam bakteri dan fungi tingkat
rendah yaitu kapang dan khamir.
Berdasarkan Silcox dan Lee, proses fermentasi yang baik adalah:
1. Mikroorganisme dapat membentuk produk yang
diinginkan
2. Organisme ini harus berpropagasi secara
cepat dan dapat mempertahankan
keseragaman biologis, sehingga
memberikan yield yang dapat diprediksi.
3.
Raw material sebagai substrat
ekonomis
4.
Yieldnya dapat diterima
5.
Fermentasi cepat
6. Produk mudah diambil dan dimurnikan
Asam asetat
memiliki beberapa nama antara lain asam etanoat, vinegar (mengandung minimal 4
gram asam asetat per 100 larutan), atau asam cuka. Asam asetat merupakan
senyawa organik yang mengandung gugus asam karboksilat. Rumus molekul dari asam
asetat adalah C2H4O2. Rumus
ini seringkali ditulis dalam bentuk CH3-COOH, CH3COOH,
atau CH3CO2H. Asam asetat memiliki sifat antara lain (Perry, 1999):
Ø Berat molekul 60,05
Ø berupa cairan jernih (tidak berwarna)
Ø berbau khas
Ø mudah larut dalam air, alkohol, dan eter
Ø larutan asam asetat dalam air merupakan
sebuah asam lemah
(korosif)
Ø asam asetat bebas-air membentuk kristal
mirip es
pada 16,7°C, sedikit di bawah suhu ruang
Ø mempunyai titik didih 118,1 oC
Ø mempunyai titik beku 16,7 oC
Ø Spesific grafity 1,049
B. Proses Produksi
Ø Produksi asam asetat dengan cara :
a.
|
H12O6 → 2 C2H5OH → 2 CH3COOH
+ H2O + 116 kal
glukosa etanol cuka
asam cuka
b. Fermentasi Anaerob
|
C6H12O6 → CH3COOH
+ Q
glukosa cuka asam cuka
c. Sintetis
·
Karbonilasi methanol
·
Oksidasi
asetaldehida
Pembahasan ditekankan pada
produksi asam asetat dengan cara fermentasi aerob dan fermentasi anaerob.
Ø Bahan Baku dalam proses fermentasi pembuatan asam asetat :
-
Buah-buahan, kentang,
biji-bijian, bahan yang mengandung cukup banyak gula, atau alkohol
-
Bakteri asetat (Bacterium aceti) yaitu Acetobacter
untuk proses aerob dan bakteri dari genus Clostridium
Gambar 1. Acetobacter aceti
Ø Proses fermentasi pembuatan asam
asetat atau vinegar :
A).
Fermentasi secara Aerob
a. Metoda lambat (Slow Methods)
-
Biasanya untuk bahan baku berupa
buah-buahan
-
Etanol tidak banyak bergerak
atau mengalir karena proses dilakukan pada suatu tangki batch
-
Memasukan
jus buah, yeast, dan bakteri vinegar ke dalam
tangki
-
Sebagian
jus buah terfermentasi menjadi etanol (11-13 % alkohol) setelah beberapa hari
-
Fermentasi
etanol menjadi asam asetat terjadi pada permukaan tangki
-
Bakteri
vinegar di permukaan larutan yang membentuk lapisan agar-agar tipis mengubah
etanol menjadi asam asetat atau vinegar (asetifikasi)
-
Proses
ini memerlukan temperatur 21- 29 oC
-
Jatuhnya
lapisan tipis agar-agar dari bakteri vinegar akan memperlambat asetifikasi. Permasalahan
ini bisa dicegah dengan memasang lapisan yang dapat mengapungkan lapisan tipis
agar-agar dari bakteri vinegar
-
Kelebihan Metoda lambat (Slow Methods) :
a)
Proses sangat sederhana
-
Kekuranagan Metoda lambat (Slow Methods) :
a) Proses relative lama berminggu-minggu atau
berbulan-bulan
b) Jatuhnya lapisan tipis agar-agar dari
bakteri vinegar akan memperlambat asetifikasi
b. Metoda cepat (Quick Methods)
atau German
process
-
Biasanya
untuk bahan baku berupa etanol cair
-
Bahan
baku untuk basis 1 ton asam asetat(100%) :
·
Alkohol(95
%) sebanyak 1.950 lb
·
Sedikit
nutrisi
·
Udara
sebanyak 11.000 lb
-
Etanol
mengalami perpindahan selama proses
-
Proses
fermentasi terjadi di dalam tangki pembentukan (Frings generator) yang terbuat dari kayu atau besi.
-
Bagian-bagian
dari tangki pembentukan :
a) Bagian atas, tempat alkohol dimasukkan
b) Bagian tengah, terdapat bahan isian (berupa:
kayu, tongkol jagung, rottan) di bagian ini untuk memperluas bidang kontak
rektan (etanol dan oksigen). Bahan isian mula-mula disiram dengan larutan
vinegar yang mengandung bakteri asetat sehingga dipermukaan bahan isian akan
tumbuh bakteri asetat.
c) Bgian bawah, digunakan sebagai tempat
mengumpulkan produk vinegar.
-
Mendistribusikan
campuran etanol cair (10,5 %), vinegar(1 %), dan nutrisi melalui bagian atas tangki dengan alat sparger
-
Campuran
mengalir turun melalui bahan isian dengan sangat lambat
-
Udara
dialirkan secara countercurrent melalui
bagian bawah tangki
-
Panas
yang timbul akibat reaksi oksidasi diambil dengan pendingin. Pendingin dipasang
pada aliran recycle cairan
campuran(yang mengandung vinegar,etanol, dan air) dari bagian bawah tangki. Temperatur
operasi dipertahankan pada rentang suhu 30-35 oC
-
Produk
yang terkumpuk di bagian bawah tangki mengandung asam asetat optimum sebesar 10-
10,5 %. Sebagian produk direcycle dan
sebagian yang lain di keluarkan dari tangki
-
Bakteri
asetat akan berhenti memproduksi asam asetat jika kadar asam asetat telah
mencapai 12-14 %
-
Bahan
baku 2.500 gal dengan produk 10,5 % asam asetat memerlukan waktu proses 8-10
hari
-
Kelebihan
Metoda cepat (Quick
Methods) atau German process :
a) Biaya proses rendah, relatif sederhana dan
kemudahan dalam mengontrol
b) Konsentrasi produk asam asetat besar
c) Tangki proses membutuhkan sedikit tempat
peletakannya
d) Penguapan sedikit
-
Kekurangan
Metoda cepat (Quick Methods) atau German process :
a) Waktu tinggal terlalu lama bila
dibandingkan Metoda Perendaman (Submerged
Method)
Gambar 2.
Frings Generator
c. Metoda Perendaman (Submerged Method)
-
Umpan
yang mengandung 8-12 % etanol diinokulasi dengan Acetobacter acetigenum
-
Temperatur
proses dipertahankan pada rentang suhu 24-29 oC
-
Bakteri
tumbuh di dalam suspensi antara gelembung udara dan cairan yang difermentasi
-
Umpan
di masukan melewati bagian atas tangki
-
Udara
didistribusikan dalam cairan yang difermentasi sehingga membentuk gelembung-
gelembung gas. Udara keluar tangki melewati pipa pengeluaran di bagian atas
tangki
-
Temperatur
proses dipertahankan dengan menggunakan koil pendingin stainless steel yang terpasang di dalam tangki
-
Defoamer yang terpasang di bagian atas tangki membersihkan
busa yang terbentuk dengan sistem mekanik
-
Kelebihan Metoda Perendaman (Submerged
Method):
a) Hampir disemua bagian tangki terjadi
fermentasi
b) Kontak antar reaktan dan bakteri semakin
besar
-
Kekurangan Metoda Perendaman (Submerged Method):
a) Biaya operasi relatif mahal
B).
Fermentasi secara Anaerob
-
Menggunakan
bakteri Clostridium thermoaceticum
-
Mampu
mengubah gula menjadi asam asetat
-
Temperatur
proses sekitar 45- 65 oC; pH 2-5
-
Memerlukan
nutrisi yang mengandung karbon, nitrogen dan senyawa anorganik
-
Kelebihan
proses anaerob :
a) Mengubah gula menjadi sama asetat dengan
satu langkah
b) Bakteri tumbuh dengan baik pada temperatur
60 oC. Perbedaan temperatur yang besar antara suhu media dengan suhu
air pendingin memudahkan dalam pembuangan panas
c) Kontaminasi dengan organisme yang
membutuhkan bisa diminimalisasi karena bekerja pada kondisi anaerob
d) Organisme yang hanya dapat hidup dalam
kondisi mendekati pH netral akan mati karena operasi fermentasi dilakukan pada
kondisi asam pH 4,5
-
Kekurangan
proses anaerob :
a) Kosentarasi asam asetat lebih rendah
dibandingkan dengan proses aerob
b) Biaya proses lebih mahal dibandingkan
dengan proses aerob
Ø Pemurnian
Distilasi/penyulingan
Dari
distilasi bertingkat akan dihasilkan beberapa jenis asam asetat :
Ø Asam asetat glacial (99,5 %)
Ø Asam asetat teknis (80 %)
Secara
komersial kadar asam asetat sebesar 6, 28, 30, 36, 60, 70, dan 80 %
C.
Manfaat dan Penggunaan Produk
Beberapa Kegunaan asam asetat
atau vinegar adalah sebagai berikut :
1. Asam asetat digunakan dalam produksi
polimer
seperti polietilena tereftalat, selulosa
asetat, dan polivinil asetat, maupun berbagai macam serat dan kain.
2. Pengatur keasaman
pada industri makanan
3. Pelunak air dalam rumah tangga
4. Minuman fungsional misal: cuka apel
5. Sebagai bahan baku untuk pembuatan bahan
kimia lain :
-
Vinil
asetat
-
Selulosa
asetat
-
Asetat
Anhidrit
-
Ester
Asetat
-
Garam Asetat
Referensi :
Frazier. Food Microbiology.
1978. McGraw-Hill. Amerika
Keyes, Keyes. Industrial
Chemicals. 1950. McGraw-Hill. Amerika
Perry. Perry’s Chemical
Engineers’ Handbook. 1999. McGraw-Hill. Amerika
www.wikipedia.com
Langganan:
Postingan (Atom)