Penggunaan minyak nabati sebagai bahan bakar telah
dikenal sejak awal penciptaan mesin diesel. Pada tahun 1911, Rudolph Diesel
membuat mein dengan cara kerja berdasarkan pengapian-bertekanan (mesin desel).
Pada saat itu tidak ada bahan bakar khusus untuk menjalankan mesin ini, dan
untuk menggerakkannya ia menggunakan minyak kacang tanah. Rudolph Diesel
menyebutkan bahwa mesin diesel dapat digerakan oleh minyak nabati.
Pengalaman
Rudolph Diesel telah mengilhami beberapa negara maju di Eropa untuk
mengkonversi minyak nabati menjadi bentuk bioenergi guna menggerakkan kendaraan
bermotor. Di samping itu, adanya krisis minyak pada tahun 1973 mendorong
serangkaian penelitian penggunaan minyak-minyak nabati dan lemak sebagai bahan
baku pengganti pembuatan bahan bakar. Dewasa ini diperkirakan 100.000 lebih
kendaraan menggunakan biodiesel di beberapa negara Eropa, misalnya di Jerman
dimana bioenergi telah menjadi energi masa depan. Industri-industri mobil di
Jerman kini sudah dikembangkan secara sungguh-sungguh untuk menggunakan
bioenergi dari minyak rapeseed
sebagai bahan bakar. Demikian juga di Amerika Serikat telah mengambangkan dan
menggunakan bioenergi dari minyak kedelai. Palm
Biodiesel merupakan peluang yang besar bagi Indonesia untuk mengembangkan
penggunaan bioenergi sebagai energi alternatif sesungguhnya, mengingat bahan
bakunya berupa kelapa sawit tersedia melimpah.
Biodiesel
dapat dibuat dari minyak nabati, lemak binatang, dan ganggang. Minyak nabati
adalah bahan baku yang umum digunakan di dunia untuk menghasilkan biodiesel.
Biodiesel merupakan sumber energi alternatif pengganti solar yang terbuat dari
minyak tumbuhan atau lemak hewan, tidak mengandung sulfur dan tidak beraroma.
Biodiesel dihasilkan dengan mereaksikan minyak tanaman dengan alkohol
menggunakan zat basa sebagai katalis pada suhu dan komposisi tertentu, sehingga
akan dihasilkan dua zat yang disebut alkil ester (umumnya metil ester atau etil
ester) dan gliserin.
Biodiesel
merupakan nama yang diberikan untuk bahan bakar yang terdiri dari mono-alkyl
ester yang dapat terbakar dengan bersih. Nama biodiesel
juga telah disetujui oleh the Department
of Energy (DOE), The Environmental
Protection Agency (EPA) dan American
Society of Testing Materials (ASTM) sebagai industri energi alternatif,
berasal dari asam lemak yang sumbernya renewable
lipid. Biodiesel
didefinisikan sebagai bahan bakar mesin diesel yang berasal dari sumber lipid
alami terbarukan. Biodiesel adalah metil ester yang dihasilkan dari reaksi
transesterifikasi trigliserida yang salah satunya berasal dari minyak sawit.
Biodiesel
dapat digunakan sebagai bahan bakar pada mesin tanpa harus melakukan modifikasi
pada mesin. Dalam penggunaannya biodiesel dapat dimanfaatkan secara murni (neat) ataupun dalam bentuk campuran (blend) dengan minyak solar. Campuran ini
ditulis sebagai BXX, dimana XX menyatakan persen komposisi biodiesel dalam
total campuran tersebut, sebagai contoh B20 terdiri dari 20 persen biodiesel
dan 80 persen petrodiesel. Petrodiesel (solar) merupakan nama dari suatu
hidrokarbon yang didestilasi dari minyak mentah atau minyak bumi yang saat ini
banyak digunakan sebagai bahan bakar otomotif bermesin diesel. Bentuknya yang
cair dan kemampuan dicampurkan dengan solar pada segala perbandingan, merupakan
salah satu keunggulan penting biodiesel. Pemanfaatannya secara komersial tidak
memerlukan infrastruktur penyediaan minyak solar semacam stasiun pengisian dan
truk tangki.
Biodiesel
juga dapat didefinisikan sebagai bahan akar yang terbuat dari lemak atau minyak
tumbuhan dan hewan secara fisik hampir menyerupai bahan bakar diesel yang
berasal dari minyak bumi. Biodiesel terbuat dari reaksi kimia yang terjadi pada
minyak yang terkandung di dalam biji-bijian pada tanaman seperti kanola, jarak
pagar, kelapa sawit dan kedelai, serta minyak jelantah. Reaksi tersebut melibatkan alkohol
seperti metanol untuk menghasilkan kandungan kimia yang disebut metil ester.
Metil ester yang digunakan sebagai bahan bakar dikenal dengan sebutan
biodiesel. Asam lemak metil ester merupakan hasil dari transesterifikasi (disebut
metanolis) dari minyak nabati dengan metanol sebagai katalis dasar.
Biodiesel
dapat dibuat dari minyak nabati, lemak binatang, dan ganggang. Minyak nabati
adalah bahan baku yang umum digunakan di dunia untuk menghasilkan biodiesel,
diantaranya rapeseed oil (Eropa), soybean oil (USA), minyak sawit (Asia),
dan minyak kelapa (Filipina). Total produksi dunia masing-masing minyak nabati
di atas pada periodee 2005-2006 diperkirakan mencapai 17,88 juta metrik ton,
35,66 juta metrik ton, 38,97 juta metrik ton, dan 3,26 juta metrik ton.
Pemanfaatan
minyak nabati sebagai bahan baku biodiesel memiliki beberapa kelebihan, di
antaranya sumber minyak nabati mudah diperoleh, proses pembuatan biodiesel dari
minyak nabati mudah dan cepat, serta tingkat konversi minyak nabati menjadi
biodiesel tinggi (mencapai 95%). Minyak nabati memiliki komposisi asam lemak
berbeda-beda tergantung dari jenis tanamannya. Zat-zat penyusun utama
minyak-lemak (nabati maupun hewani) adalah trigliserida, yaitu triester
gliserol dengan asam-asam lemak (C8-C24). Komposisi asam lemak dalam minyak
nabati menentukan sifat fisiko-kimia minyak. Tabel 3 berikut menyajikan beberapa sifat
fisiko-kimia minyak nabati.
Tabel 3. Sifat-sifat fisiko kimia beberapa minyak-lemak
nabati
Minyak
|
Massa Jenis Kg/Liter
|
Viskositas Kinematika (380
C),cSt
|
DHc, MJ/Kg
|
Angka Setana
|
Titik Awan/ Kabut, 0C
|
Titik Tuang, 0C
|
Jarak Kaliki
|
0,9537
|
297
|
37,27
|
?
|
Tak ada
|
-31,7
|
Jagung
|
0,9095
|
34,9
|
39,50
|
37,6
|
-1,1
|
-40,0
|
Kapas
|
0,9148
|
33,5
|
39,47
|
41,8
|
+1,7
|
-15,0
|
Crambe
|
0,9044
|
53,6
|
40,48
|
44,6
|
10,0
|
-12,2
|
Biji rami
|
0,9236
|
27,2
|
39,31
|
34,6
|
+1,7
|
-15,0
|
Kacang Tanah
|
0,9026
|
39,6
|
39,78
|
41,8
|
12,8
|
-6,7
|
Kanola
|
0,9115
|
37,0
|
39,71
|
37,6
|
-3,9
|
-31,7
|
Kasumba
|
0,9144
|
31,3
|
39,52
|
41,3
|
18,3
|
-6,7
|
Kasumba OT*)
|
0,9021
|
41,2
|
39,52
|
49,1
|
-12,2
|
-20,6
|
Wijen
|
0,9133
|
35,5
|
39,35
|
40,2
|
-3,9
|
-9,4
|
Kedelai
|
0,9138
|
32,6
|
39,62
|
37,9
|
-3,9
|
-12,2
|
Bunga Matahari
|
0,9161
|
33,9
|
39,58
|
37,1
|
7,2
|
-15,0
|
Diesel No. 2
|
0,8400
|
2,7
|
45,34
|
47,0
|
-15,0
|
-33,0
|
Sumber : Goering et al., 1982, *) OT =
(berkadar) Oleat Tinggi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar