Translate

Rabu, 31 Oktober 2012

Biodiesel



            Penggunaan minyak nabati sebagai bahan bakar telah dikenal sejak awal penciptaan mesin diesel. Pada tahun 1911, Rudolph Diesel membuat mein dengan cara kerja berdasarkan pengapian-bertekanan (mesin desel). Pada saat itu tidak ada bahan bakar khusus untuk menjalankan mesin ini, dan untuk menggerakkannya ia menggunakan minyak kacang tanah. Rudolph Diesel menyebutkan bahwa mesin diesel dapat digerakan oleh minyak nabati.
            Pengalaman Rudolph Diesel telah mengilhami beberapa negara maju di Eropa untuk mengkonversi minyak nabati menjadi bentuk bioenergi guna menggerakkan kendaraan bermotor. Di samping itu, adanya krisis minyak pada tahun 1973 mendorong serangkaian penelitian penggunaan minyak-minyak nabati dan lemak sebagai bahan baku pengganti pembuatan bahan bakar. Dewasa ini diperkirakan 100.000 lebih kendaraan menggunakan biodiesel di beberapa negara Eropa, misalnya di Jerman dimana bioenergi telah menjadi energi masa depan. Industri-industri mobil di Jerman kini sudah dikembangkan secara sungguh-sungguh untuk menggunakan bioenergi dari minyak rapeseed sebagai bahan bakar. Demikian juga di Amerika Serikat telah mengambangkan dan menggunakan bioenergi dari minyak kedelai. Palm Biodiesel merupakan peluang yang besar bagi Indonesia untuk mengembangkan penggunaan bioenergi sebagai energi alternatif sesungguhnya, mengingat bahan bakunya berupa kelapa sawit tersedia melimpah.
            Biodiesel dapat dibuat dari minyak nabati, lemak binatang, dan ganggang. Minyak nabati adalah bahan baku yang umum digunakan di dunia untuk menghasilkan biodiesel. Biodiesel merupakan sumber energi alternatif pengganti solar yang terbuat dari minyak tumbuhan atau lemak hewan, tidak mengandung sulfur dan tidak beraroma. Biodiesel dihasilkan dengan mereaksikan minyak tanaman dengan alkohol menggunakan zat basa sebagai katalis pada suhu dan komposisi tertentu, sehingga akan dihasilkan dua zat yang disebut alkil ester (umumnya metil ester atau etil ester) dan gliserin.
            Biodiesel merupakan nama yang diberikan untuk bahan bakar yang terdiri dari mono-alkyl ester yang dapat terbakar dengan bersih. Nama biodiesel juga telah disetujui oleh the Department of Energy (DOE), The Environmental Protection Agency (EPA) dan American Society of Testing Materials (ASTM) sebagai industri energi alternatif, berasal dari asam lemak yang sumbernya renewable lipid. Biodiesel didefinisikan sebagai bahan bakar mesin diesel yang berasal dari sumber lipid alami terbarukan. Biodiesel adalah metil ester yang dihasilkan dari reaksi transesterifikasi trigliserida yang salah satunya berasal dari minyak sawit.
            Biodiesel dapat digunakan sebagai bahan bakar pada mesin tanpa harus melakukan modifikasi pada mesin. Dalam penggunaannya biodiesel dapat dimanfaatkan secara murni (neat) ataupun dalam bentuk campuran (blend) dengan minyak solar. Campuran ini ditulis sebagai BXX, dimana XX menyatakan persen komposisi biodiesel dalam total campuran tersebut, sebagai contoh B20 terdiri dari 20 persen biodiesel dan 80 persen petrodiesel. Petrodiesel (solar) merupakan nama dari suatu hidrokarbon yang didestilasi dari minyak mentah atau minyak bumi yang saat ini banyak digunakan sebagai bahan bakar otomotif bermesin diesel. Bentuknya yang cair dan kemampuan dicampurkan dengan solar pada segala perbandingan, merupakan salah satu keunggulan penting biodiesel. Pemanfaatannya secara komersial tidak memerlukan infrastruktur penyediaan minyak solar semacam stasiun pengisian dan truk tangki.
            Biodiesel juga dapat didefinisikan sebagai bahan akar yang terbuat dari lemak atau minyak tumbuhan dan hewan secara fisik hampir menyerupai bahan bakar diesel yang berasal dari minyak bumi. Biodiesel terbuat dari reaksi kimia yang terjadi pada minyak yang terkandung di dalam biji-bijian pada tanaman seperti kanola, jarak pagar, kelapa sawit dan kedelai, serta minyak jelantah. Reaksi tersebut melibatkan alkohol seperti metanol untuk menghasilkan kandungan kimia yang disebut metil ester. Metil ester yang digunakan sebagai bahan bakar dikenal dengan sebutan biodiesel. Asam lemak metil ester merupakan hasil dari transesterifikasi (disebut metanolis) dari minyak nabati dengan metanol sebagai katalis dasar.
            Biodiesel dapat dibuat dari minyak nabati, lemak binatang, dan ganggang. Minyak nabati adalah bahan baku yang umum digunakan di dunia untuk menghasilkan biodiesel, diantaranya rapeseed oil (Eropa), soybean oil (USA), minyak sawit (Asia), dan minyak kelapa (Filipina). Total produksi dunia masing-masing minyak nabati di atas pada periodee 2005-2006 diperkirakan mencapai 17,88 juta metrik ton, 35,66 juta metrik ton, 38,97 juta metrik ton, dan 3,26 juta metrik ton.
            Pemanfaatan minyak nabati sebagai bahan baku biodiesel memiliki beberapa kelebihan, di antaranya sumber minyak nabati mudah diperoleh, proses pembuatan biodiesel dari minyak nabati mudah dan cepat, serta tingkat konversi minyak nabati menjadi biodiesel tinggi (mencapai 95%). Minyak nabati memiliki komposisi asam lemak berbeda-beda tergantung dari jenis tanamannya. Zat-zat penyusun utama minyak-lemak (nabati maupun hewani) adalah trigliserida, yaitu triester gliserol dengan asam-asam lemak (C8-C24). Komposisi asam lemak dalam minyak nabati menentukan sifat fisiko-kimia minyak. Tabel 3 berikut menyajikan beberapa sifat fisiko-kimia minyak nabati.
Tabel 3.  Sifat-sifat fisiko kimia beberapa minyak-lemak nabati
Minyak
Massa Jenis Kg/Liter
Viskositas Kinematika (380 C),cSt
DHc, MJ/Kg
Angka Setana
Titik Awan/ Kabut, 0C
Titik Tuang, 0C
Jarak Kaliki
0,9537
297
37,27
?
Tak ada
-31,7
Jagung
0,9095
34,9
39,50
37,6
-1,1
-40,0
Kapas
0,9148
33,5
39,47
41,8
+1,7
-15,0
Crambe
0,9044
53,6
40,48
44,6
10,0
-12,2
Biji rami
0,9236
27,2
39,31
34,6
+1,7
-15,0
Kacang Tanah
0,9026
39,6
39,78
41,8
12,8
-6,7
Kanola
0,9115
37,0
39,71
37,6
-3,9
-31,7
Kasumba
0,9144
31,3
39,52
41,3
18,3
-6,7
Kasumba OT*)
0,9021
41,2
39,52
49,1
-12,2
-20,6
Wijen
0,9133
35,5
39,35
40,2
-3,9
-9,4
Kedelai
0,9138
32,6
39,62
37,9
-3,9
-12,2
Bunga Matahari
0,9161
33,9
39,58
37,1
7,2
-15,0
Diesel No. 2
0,8400
2,7
45,34
47,0
-15,0
-33,0
Sumber : Goering et al., 1982, *) OT = (berkadar) Oleat Tinggi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar