I. TUJUAN
PERCOBAAN
Mengetahui
kadar karbonat dalam sampel secara kualitatif dan secara kuantitatif.
II. PENDAHULUAN
Analisis
kualitatif kadar karbonat dalam sampel dapat dilakukan dengan menambahkan
reagen sehingga terbentuk endapan karbonat, kemudian endapan dilarutkan dalam
pelarut yang spesifik. Analisis kuantitatif dilakukan dengan metode asidimetri.
Sebagai titran digunakan asam klorida, sehingga selama titrasi akan terjadi
penurunan pH dan titrasi dihentikan pada titik akhir titrasi. Pemilihan
indikator didasarkan pada pH titik ekivalen.
III. TINJAUAN
PUSTAKA
Kelarutan
semua karbonat normal dengan kekecualian karbonat dari logam-logam alkali serta
ammonium, tidak larut dalam air, hidrogen karbonat atau bikarbonat dari
kalsium, strontium, barium, magnesium dan mungkin dari besi, ada dalam larutan
air, mereka terbentuk karena aksi oleh asam karbonat yang berlebih terhadap
karbonat-karbonat normal, entah dalam larutan air atau suspensi dan akan
terurai pada pendiaman larutan.
Hidrogen
karbonat dalam logam-logam alkali larut dalam air, tetapi kurang larut
dibandingkan karbonat normal pada umumnya.untuk mempelajari reaksi ini dapat
dipakai larutan natrium karbonat Na2CO3 . COH2O
0,5 M.
Dalam reaksi asam klorida encer terjadi penguraian
berbuih, karena karbodioksida dilepaskan.
Gas
ini dapat didefinisikan sifatnya yang mengeruhkan air kapur atau burit.
Beberapa karbonat dalam alam seperti
magnesit, MgCO3, siderite, FeCO3 dan dolomit (Ca Mg)CO3
tidak bereaksi dalam keadaan dingin, zat-zat tersebut harus dihancurkan menjadi
bubuk halus dan campuran yang bereaksi terhadap panas (Harjadi, 1993).
Setiap asam yang lebih kuat
daripada asam karbonat
(K= 4,79.10-10) akan mendesaknya,
terutama pada pemanasan bahkan asam asetat sekalipun (K= 1,76.10-5)
dan menguraikan karbonat, asam berat
(K= 5,8.10-10) dan
asam sianida (K= 4,79.10-10) yang lemah tidak akan mendesaknya.
Larutan
barium klorida (atau kalsium klorida), endapan putih barium (atau kalsium)
karbonat:
Hanya karbonat-karbonat normal yang
bereaksi. Hidrogen karbonat tidak bereaksi, endapan larut dalam asam mineral
dan asam karbonat.
Larutan perak nitrat, endapan putih
karbonat:
Endapan larut dalam asam nitrat dan
dalam ammonia
Endapan menjadi kuning atau coklat
dengan penambahan reagansia yang berlebihan, karena terbentuknya perak oksida,
hal yang sama terjadi jika campuran dididihkan
Uji
natrium karbonat fenolftalein. Uji ini berdasarkan fakta bahwa fenolftalein
diubah menjadi merah jambu dan oleh karbonat yang larut maka jika
karbondioksida yang dibebaskan oleh asam encer dari karbonat, dibuat terkontak
dengan suatu larutan fenolftalein yang telah diwarnai merah jambu oleh larutan
natrium karbonat.
Titrasi
asam basa sering disebut asidimetri-alkalimetri. Asidimetri dapat juga
ditarikan jumlah asam ataupun pengukuran dengan asam ( yang diukur dengan
jumlah basa atau garam). Secara umum asidimetri dan alkalimetri biasa diartikan
sebagai titrasi yang menyangkut asam dan basa.
Titrasi
asidimetri dan alkalimetri menyangkut reaksi dengan asam dan atau basa,
diantaranya (Harjadi, 1993):
1.
Asam kuat – basa kuat
2.
Asam kuat – basa lemah
3. Asam lemah – basa kuat
4. Asam kuat – garam dari asam lemah
5. Asam kuat – garam dari basa lemah
Uji terhadap hidrogen karbonat dengan adanya karbonat normal
dengan menambahkan kalsium klorida yang berlebihan kepada suatu campuran
karbonat dan hidrogen karbonat, karbonat diendapkan secara kuantitatif:
Dengan menyaring larutannya dengan
tepat, ion-ion hydrogen karbonat lolos kedalam filtrat. Setelah menambahkan
ammonia kepada filtrat, kita memperoleh endapan atau keruhan yang putih jika hidrogen karbonat
(Vogel, 1985). reaksi
pengendapannya sebagai berikut, terdapat
Reaksi titrasi adalah reaksi
menambah larutan kedalam buret sampai jumlah zat yang direaksikan titrat
menjadi ekivalen, tapi tidak semua reaksi dapat digunakan sebagai reaksi
titrasi tetapi harus mempunyai syarat-syarat (Khopkar, 1990) :
·
Cepat dan reversible.
·
Ada petunjuk akhir titrasi.
·
Berlangsung sempurna dan persamaannya jelas.
·
Larutan baku yang direaksikan mudah didapat sehingga
kosentrasinya mudah berubah bila
disimpan.
Campuran karbonat dan bikarbonat
dapat ditentukan dengan menggunakan indikator phenophtalein dan indikator metil
orange. Analisis kadar karbonat dalam sampel dapat dilakukan dengan asidimetri.
Sifat – sifat Karbonat (Soedarmadji,
1990)
·
Karbonat dan logam – logam alkali dan ammonium tidak larut
dalam air.
·
Karbonat dalam larutan basa lemah bila digunakan untuk
menitrasi asam lemah di daerah trayek pH phenophtalein berubah menjadi
karbonat.
Sifat – sifat Bikarbonat
(Soedarmadji, 1990)
·
Bikarbonat dalam kalsium, stronsium, borium dan magnesium
yang larut dalam air.
·
Bikarbonat dan logam – logam alkali larut dalam air tetapi
kurang larut dibandingkan karbonat – karbonat normal padanya.
·
Tidak stabil.
·
Bikarbonat adalah zat amfoter dapat bereaksi dengan baik.
·
Bila dipanaskan terurai membentuk karbonat.
IV. ALAT DAN BAHAN
A.
ALAT
1. Labu
Ukur
2. Buret
3. Gelas
Kimia
4. Gelas
Piala
5. Pipet
Tetes
6. Pipet
Volume
7. Pipet
Ukur
8. Botol
Timbang
9. Corong
10. Pengaduk
kaca
B.
BAHAN
1. Kalsium
Klorida
2. Barium
Klorida
3. Asam
Klorida
4. Sampel
Natrium Hidroksida
5. Metil
Orange
6. Phenophtalein
7. Natrium
Boraks
8. Air
Suling
V. CARA KERJA
1.
Standarisasi larutan standar asam klorida.
Natrium
boraks ditimbang seberat 1,9158 gram
secara teliti. Kemudian natrium boraks tersebut dimasukkan ke dalam gelas piala
dan dilarutkan dengan 75 mL larutan air suling. Lalu larutan dalam gelas piala
dipindahkan secara kuantitatif kedalam labu ukur 100 mL, dan ditambahkan air suling dan kocok
sampai homogen. Setelah itu, 10 mL larutan natrium boraks dalam labu ukur
dipindahkan kedalam gelas kimia dengan pipet volum dan ditambahkan 2 tetes
indikator metil orange. Kemudian larutan standar asam klorida dituang kedalam
buret, lalu larutan dalam gelas kimia dititrasi dengan larutan standar asam
klorida, dicatat volume asam klorida yang diperlukan sampai titik akhir
titrasi. Titrasi diulangi minimum sebanyak 2 kali.
2.
Analisis kualitatif karbonat dalam sampel.
Pertama,
sampel NaOH padat sebanyak 4-8 butir ditimbang dalam botol timbang secara tepat
dan teliti. Kemudian sampel natrium hidroksida (NaOH) tersebut dilarutkan
dengan air suling dalam labu ukur 250 mL. lalu 10 mL larutan sampel natrium
hidroksida kedalam gelas kimia, kemudian dipanaskan pada 70o C. setelah
itu ditambahkan larutan Barium klorida 10 % kedalam larutan sampel yang telah
panas dengan pipet tetes sampai pembentukan endapan selesai. Lalu campuran
tersebut didinginkan dengan mengalirkan air kran di bagian luar gelas kimia,
kemudian cairannya dituang dan diamati bentuk dan jumlah endapan yang terbentuk
(banyak/sedikit). Setelah itu, seluruh endapan dipindahkan kedalam tabung
reaksi dan endapan dilarutkan dengan asam klorida encer. Percobaan ini diulangi
dengan kalsium korida (Barium klorida diganti Kalsium klaorida) dan tidak
dengan pemanasan.
3.
Analisis kuantitatif karbonat dalam sampel.
Analisis
ini dilakukan apabila berdasarkan analisis kualitatif karbonat terdapat dalam
sampel. kuantitatif, dan ditambahkan indikator phenophtalein, kemuadian
dititrasi dengan larutan standar asam klorida dan dicatat volume asam klorida
yang diperlukan (V1). Titrasi diulang minimal 2 kali. Setelah itu,
10 mL larutan sampel karbonat dipindahkan kedalam gelas kimia secara
kuantitatif, dan ditambahkan indikator metil orange, kemudian dititrasi dengan
larutan standar asam klorida dan dicatat volume asam klorida yang diperlukan (V2).
Tirasi diulang minimal 2 kali.
VI. HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil Percobaan
Dari
percobaan yang telah dilakukan pada analisis kualitatif dan kuantitatif,
diperoleh hasil sebagai berikut:
1. Pada
analisis kualitatif, diketahui bahwa terdapat karbonat dan bikarbonat dalam
sampel.
2. Pada
analisis kuantitatif, di dalam sampel terdapat karbonat sebanyak 0,2509 gram
dan bikarbonat sebanyak 0,2963 gram.
B.
Pembahasan
1. Standarisasi
larutan HCl dengan Na Boraks
Dalam percoban standarisasi HCL dengan NaBorax,
langkah pertama yang harus di lakukan adalah standarisasi larutan HCl dengan Na
Boraks 0.1 N. HCl adalah larutan standar
sekunder, sehingga apabila akan digunakan harus di standarisasi dengan larutan
standar primer terlebih dahulu. Larutan standar primer yang digunakan adalah Na
Boraks (Na2B4O7.10H2O). indikator
yang digunakan adalah indikator Metil Orange yang mempunyai sifat basa, karena
HCl bersifat asam. Pada percobaan ini terjadi perubahan warna dari kuning
menjadi merah muda, ini membuktikan bahwa adanya reaksi antara indikator MO
dengan larutan sampel. Pada percobaan titrasi HCl dengan Na Boraks diperoleh hasil
volume rata – rata 12,67 mL.
2. Analisis
kualitatif karbonat dalam sampel
Pada percobaan pertama ini, ambil larutan NaOH
sebanyak 10 mL dan dipanaskan pada suhu
70oC,selanjutnya di tambahkan barium klorida. Setelah
bereaksi, endapan berwarna putih akan terbentuk. Endapan putih tersebut dapat membuktikan
bahwa larutan sampel mengandung karbonat. Pada percobaan ke dua larutan sampel
NaOH sebanyak 10 mL tanpa di panaskan dan
diberi beberapa tetes kalsium klorida. Setelah terjadi reaksi, campuran
tersebut juga akan membentuk endapan putih. Endapan putih tersebut juga membuktikan
bahwa pada larutan sampel terdapat karbonat.
3. Analisis
kuantitatif karbonat dalam sampel
Dalam percobaan ini sebanyak 10 mL larutan sampel
karbonat Na2CO3 dan NaHCO3, ditambahkan
indikator PP sebanyak 2 tetes selanjutnya dititrasi dengan HCl. Saat diberi
indikator PP, larutan sampel berwarna merah muda, selanjutnya di titrasi lagi
dengn HCL.
Tetapi setelah
dititrasi dengan HCl larutan sampel menjadi tidak berwarna atau kembali menjadi
bening lagi. Ini dikarenakan adanya reaksi antara PP yang bersifat basa dengan
HCl yang bersifat asam, indicator PP akn berwarna merah muda hanya pada keadaan
basa. Pada percobaan ini diperoleh volume rata –rata HCl pada titik ekuivalen
PP yaitu 3 mL. percobaan ini dilanjutkan
dengan menambahkan MO pada larutan sampel yang telah ditirasi tadi, ketika
ditambahkan MO warna larutan sampel menjadi kuning namun setelah dititrasi lagi
dengan HCl, warna larutan sampel menjadi merah muda. Ini dikarenakan MO
bereaksi dengan HCl. MO berwarna merah muda pada suasana asam. Pada percobaan
lanjutan ini diperoleh volume rata – rata HCl pada titik ekuivalen MO yaitu
7,47 mL.
VII. KESIMPULAN
Dari
percobaan yang telah dilakukan pada analisis kualitatif dan kuantitatif,
diperoleh hasil sebagai berikut:
1. Pada
analisis kualitatif, diketahui bahwa terdapat karbonat dan bikarbonat dalam
sampel.
2. Pada
analisis kuantitatif, di dalam sampel terdapat karbonat sebanyak 0,2509 gram
dan bikarbonat sebanyak 0,2963 gram.
DAFTAR
PUSTAKA
Day.Jr.RA and Underwood,A.I . 2001.”Analisis Kimia
Kuantitatif”. Edisi ke – 5 . Erlangga. Jakarta.
Harjadi, W. 1993.”Ilmu Kimia Analitik Dasar”. PT.
Gramedia Pustaka. Jakarta.
Khopkar,S.M . 1990.”Konsep Dasar Kimia Analitik”.
Universitas Indonesia. Jakarta.
Soedarmadji, Slamet . 1990.”Teknik Analisis
Biokimia”. Liberty. Yogyakarta.
Vogel . 1985.” Buku Teks Analisis Anorganik
Kuantitatif Makro dan Semi Mikro”. Edisi ke – 5 . PT.Kaliman Media Pustaka.
Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar