Rizza Umam Alharis
A.
PENGERTIAN
Bioreaktor atau dikenal
juga dengan nama fermentor adalah sebuah peralatan atau sistem yang
mampu menyediakan sebuah lingkungan biologis yang dapat menunjang terjadinya reaksi biokimia
dari bahan mentah menjadi bahan yang
dikehendaki. Reaksi biokimia yang terjadi di dalam bioreaktor melibatkan organisme
atau komponen biokimia aktif (enzim) yang berasal dari organisme
tertentu, baik secara aerobik maupun anaerobik. Sementara itu, agensia biologis yang digunakan
dapat berada dalam keadaan tersuspensi atau terimobilisasi. Contoh reaktor yang
menggunakan agensia terimobilisasi adalah bioreaktor dengan unggun atau
bioreaktor membran.
B.
KOMPONEN
Komponen utama
bioreaktor terdiri atas tangki, sparger, impeller, saringan halus atau baffle dan sensor untuk
mengontrol parameter. Tanki berfungsi
untuk menampung campuran substrat, sel mikroorganisme, serta produk. Volume tanki skala laboratorium berkisar
antara 1 – 30 L, sedangkan untuk skala industri dapat mencapai lebih dari 1 000
L. Sparger terletak di bagian bawah bioreaktor dan berperan untuk memompa udara, dan mencegah
pembentukan gelembung oksigen. Impeller berperan dalam agitasi dengan mengaduk
campuran substrat dan sel. Impeller digerakkan oleh rotor. Baffle
juga berperan untuk mencegah terjadinya efek pusaran air akibat agitasi
yang dapat mengganggu agitasi yang seharusnya. Sensor berperan
untuk mengontrol lingkungan dalam bioreaktor. Kontrol
fisika meliputi sensor suhu,
tekanan,
agitasi, foam, dan kecepatan aliran. Sedangkan,
kontrol kimia meliputi sensor pH, kadar oksigen, dan perubahan komposisi medium.
C.
PERANCANGAN
Bioreaktor biasanya
terbuat dari bahan stainless steel karena bahan tersebut tidak bereaksi dengan
bahan-bahan yang berada dalam bioreaktor sehingga tidak menggangu proses biokimia
yang terjadi. Selain itu, bahan tersebut juga anti karat dan tahan panas.
Bioreaktor harus dapat menciptakan lingkungan yang optimum bagi mikroorganisme
ataupun reaksi yang diinginkan maka diperlukan pengontrolan. Parameter yang
biasa dikontrol pada bioreaktor adalah suhu, pH, substrat
(sumber karbon
dan nitrogen),
aerasi, dan agitasi.
Perancangan bioreaktor
adalah suatu pekerjaan teknik yang cukup kompleks. Pada keadaan optimum,
mikroorganisme atau enzim dapat melakukan aktivitasnya dengan sangat baik.
Keadaan yang memengaruhi kinerja agensia biologis terutama temperatur
dan pH. Untuk bioreaktor
dengan menggunakan mikroorganisme, kebutuhan untuk hidup seperti oksigen,
nitrogen,
fosfat,
dan mineral
lainnya perlu diperhatikan. Pada bioreaktor yang agensia biologisnya berada
dalam keadaan tersuspensi, sistem pengadukan perlu diperhatikan agar cairan di
dalam bioreaktor tercampur merata (homogen). Seluruh parameter ini harus
dimonitor dan dijaga agar kinerja agensia biologis tetap optimum.
Untuk bioreaktor skala laboratorium
yang berukuran 1,5-2,5 L umumnya terbuat dari bahan kaca atau borosilikat, namun untuk
skala industri, umunya digunakan bahan baja tahan karat (stainless
steel) yang tahan karat. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi
kontaminasi senyawa metal
pada saat fermentasi terjadi di dalamnya. Bahan baja yang mengandung < 4%
kromium disebut juga baja ringan, sedangkan bila kadar kromium di dalamnya
>4% maka disebut stainless steel. Bioreaktor yang umum digunakan
terbuat dari bahan baja
316 yang mengandung 18% kromium, 2-2,5% molibdenum,
dan 10% nikel.
Bahan yang dipilih harus bersifat non-toksik dan tahan terhadap sterilisasi
berulang-ulang menggunakan uap tekanan tinggi. Untuk mencegah kontaminasi,
bagian atas biorektor dapat ditambahkan dengan segel aseptis (aseptic
seal) yang terbuat dari campuran metal-kaca atau metal-metal, seperti O-ring dan gasket. Untuk
meratakan media di dalam bioreaktor digunakan alat pengaduk yang disebut
agitator atau impeler. Sementara itu,
untuk asupan udara dari luar ke dalam sistem biorektor digunakan sistem aerasi yang berupa
sparger. Untuk bioreaktor aerob, biasanya digunakan kombinasi sparger-agitator sehingga
pertumbuhan mikrooganisme dapat berlangsung dengan baik.
Pada bagian dalam
bioreaktor, dipasang suatu sekat yang disebut baffle
untuk mecegah vorteks dan meningkatkan
efisiensi aerasi. Baffle ini merupakan metal dengan ukuran 1/10 diameter
bioreaktor dan menempel secara radial di dindingnya. Bagian lain yang harus
dimiliki oleh suatu bioreaktor adalah kondensor untuk
mengeluarkan hasil kondensasi saat terjadi sterilisasi
dan filter (0,2 μm) untuk
menyaring udara yang masuk dan keluar tangki. Untuk proses inokulasi kultur,
pengambilan sampel, dan pemanenan, diperlukan adanya saluran khusus dan
pengambilannya harus dilakukan dengan hati-hati dan aseptis agar tidak terjadi
kontaminasi. Untuk menjaga kondisi dalam bioreaktor agar tetap terkontrol,
digunakan sensor
pH, suhu, anti-buih, dan oksigen
terlarut (DO). Apabila kondisi di dalam sel mengalami perubahan, sensor akan
memperingatkan dan harus dilakukan perlakuan tertentu untuk mempertahankan
kondisi di dalam bioreaktor. Misalkan terjadi perubahan pH maka harus
ditambahkan larutan asam
atau basa
untuk menjaga kestabilan pH. Penambahan zat ini dapat dilakukan secara manual
namun juga dapat dilakukan secara otomatis menggunakan bantuan pompa
peristaltik. Selain asam dan basa, pompa peristaltik
juga membantu penambahan anti-buih dan substrat
ke dalam bioreaktor.
D.
JENIS-JENIS
BIOREAKTOR
Berdasarkan pemasukan
nutrisinya kedalam bioreaktor , ada tiga jenis bioreaktor, yaitu bioreaktor
kontinu , semikontinu, dan diskontinu.
1. Bioreaktor Kontinu
Pada
bioreaktor kontinu, pemberian nutrisi dan pengeluaran sejumlah fraksi dari
volume kultur total terjadi secara terus menerus. Dengan metode kontinu
memungkinan organisme tumbuh pada kondisi setimbang (steady state), dimana
pertumbuhan terjadi pada laju konstan dan lingkungan stabil. Faktor seperti pH
dan konsentrasi nutrisi dan produk
metabolit yang tidak terelakkan berubah selama siklus pertumbuhan pada suatu
diskontinu dapat dijaga konstan dalam kultur kontinu.
Dalam
suatu bioreaktor kontinu, medium steril dimasukkan kedalam biorekator dengan
laju aliran yang konstan, dan kultur yang keluar dari bioreaktor terjadi dengan
laju yang sama, sehingga volume kultur di dalam reaktor konstan. Dengan pencampuran yang efisien, medium yang
masuk tersebut menyebar secara cepat dan merata pada seluruh bagian rekator.
Contoh dari biorektor
kontinu yaitu Reaktor Tangki diaduk Kontinu (RTDK).
Udara steril dimasukkan
pada dasar reaktor melalui pipa terbuka atau penyemprot udara. Suattu batang
vertical dilengkapi dengan pengarah dengan satu atau lebih impeler. Impeler
biasanya dipasang di sepanjang batang pada interval jarak sama dengan diameter
reaktor untuk menghindari tipe pergerakan melingkar. Peranan impeler adalah
untuk menimbulkan agitasi dalam bioreaktor untuk mempermudah aerasi. Fungsi
utama agitasi adalah untuk mensuspensikan dan meratakan nutrisi dalam medium,
untuk memberikan hara termasuk oksigen- bagi sel, dan untuk memindahkan panas.
2. Bioreaktor
Diskontinu
Pada
bioreaktor diskontinu, inokulen dan nutrisi yang akan diperlukan bagi pertumbuhan dicampur dalam
suatu bejana tertutup pada kondisi suhu, pH, dan pencampuran optimum. System
ini adalah tertutup, kecuali untuk organism aerobik dimana suplai udara kontinu
dialirkan kedalam bioreaktor. Pada bioreaktor diskontinu, laju pertumbuhan dan
laju pertumbuhan spesifik jarang konstan. Hal ini menunjukkan adanya perubahan
karakteristik nutrisi dari sistem.
Salah
satu contoh dari bioreaktor diskontinu adalah Bioreaktor Lumpur Buangan
Teraktivasi. Bioreaktor ini digunakan secara luas untuk pengolahan secara
oksidasi air buangan dan sampah industri lain. Prosesnya difungsikan untuk
meningkatkan pemasukan udara, sehingga bahan organic massa dapat didegradasi
secara optimum. Bioreaktor ini sangat besar, sehingga untuk mempermudah
pencampuran dan penyebaran oksigen diperlukan sejumlah besar agitator pada
kebanyakan pabrik pengolahan air buangan skala kota.
3. Bioreaktor
semikontinu
Bioreaktor
semikontinu adalah suatu bentuk kultivasi dimana medium atau substratnya
ditambahkan secara kontinu atau berurutan ke dalam tumpukan diskontinu awal
tanpa mengeluarkan sesuatu dari system. Produk yang dihasilkan dari system
seperti ini dapat melebihi produk yang dihasilkan dari kultur diskontinu.
Pendekatan ini secara luas diterapkan dalam industry misalanya dalam produksi
ragi yang dibutuhkan untuk pembuatan roti.
Contoh
bioreaktor semikontinu yaitu Digestor
atau bioreaktor Anaerobik, tetapi
bioreactor ini dapat pula dioperasikan secara kontinu.Pengunaan system ini pada
pengolahan air buangan padat, misalnya lumpur buangan (sludge) yang diperoleh
dari pengolahan buangan perkotaan, akan memberikan stabilisasi air buangan yang
efisien dan produksi metan yang tinggi. Dalam system ini Lumpur buangan
dicampur dengan mikroorganisme anaerobic pada suhu 30° C dan waktu retensi
hidrolik. Untuk air buangan berkekuatan sedang dari industri makanan dan
fermentasi, teknik operasi yang dapat menahan biomassa mikroba lebih lama dalam
system operasi kontinu sudah ditemukan. Maka waktu retensi zat padat tidak
dapat digabung dengan waktu retensi cairan sehingga konsentrasi mikroba yang
tinggi dapat terjadi pada digester (atau pada bioreaktor tersebut), yang
memberikan laju bdegradasi yang tinggi. Bagi air buangan yang sangat encer,
misalnya buangan kota, waktu retensi zat padat yang sangat panjang diperlukan.
Teknik
diskontinu merupakan teknik yang paling dominan digunakan dalam industri,
dominasi sistem bioreaktor semikontinu dan diskontinu dalam industri disebabkan
oleh beberapa alasan berikut:
1.
Pada waktu
tertentu,produk bioteknologi mungkin dibutuhkan dalam jumlah yang relative
sedikit.
2.
Kebutuhan pasar mungkin
bersifat musiman
3.
Masa berlaku produk
tertentu pendek (tidak tahan lama)
4.
Konsentrasi produk yang
tinggi
5.
Beberapa produk
tertentu hanya dihasilkan pada fase setimbang dari siklus pertumbuhan.
6.
Ketidakstabilan
beberapa galur produksi memerlukan pembaharuan secara teratur
7.
Proses kontinu, secara
teknis masih menunjukkan berbagai kesulitan
E.
DESAIN
BIOREAKTOR
Bioreaktor
adalah system tertutup dari system biologis untuk suatu proses bioteknologi.
Bioreaktor memberikan
lingkungan yang tetap bagi optimasi pertumbuhan organisme dan aktivitas
metabolisme. Bioreaktor ini hendaknya mencegah kontaminasi produksi dari
lingkungan pada kultur sambil mencegah pelepasan kultur ke lingkungan. Selain
itu, bioreactor tersebut sebaiknya memiliki instrumentasi untuk pemeriksaan
agar pengawasan proses yang optimum.
Kriteria
dasar desain bioreactor yaitu sebagai berikut:
1. Karakterisrtik
mikrobiologi dan biokimia dari system
sel (mikroba, mamalia, tumbuhan)
2. Karakteristik
hidrodinamik bioreaktor
3. Karakteristik
massa dan panas bioreaktor
4. Kinetika
pertumbuhan sel dan pembentukan produk
5. Karakteristik
stabilitas genetic dari system sel
6. Desain
peralatan yang aseptis
7. Pengawasan
lingkungan bioreaktor
8. Implikasi
desain bioreaktor pada pemisahan produk menghilir
9. Modal
dan biaya operasi bioreaktor
10. Potensi
dan pengembangan desain bioreaktor
Bahan
konstruksi bioreaktor hendaknya tidak beracun, mampu menahan tekanan uap dan
tahan terhadap korosi kimia dan elektrolitik. Bioreaktor industri biasanya
dibuat dari bahan yang dilapisi dengan baja tahan karat. Bioreaktor ada dalam
berbagai bentuk dan ukuran. Perbandingan tingginya terhadap diameter atau rasio
aspek merupakan parameter yang penting.
Produk-produk yang
dihasilkan berdasarkan ukuran dari bioreaktor tersebut dapat dilihat pada table
dibawah ini.
No
|
Ukuran
fermentor
|
Produk
|
1.
2.
3.
4.
|
1-20.000
40-80.000
100-150.000
Lebih dari
450.000
|
Enzim
diagnostic, substansi biologi molekuler
Enzim dan
antibiotic
Penisilin,
antibiotic aminoglikosida, protease, amylase, transformasi steroid, asam
amino
Asam amino,
asam glutamat
|
F.
PERTUMBUHAN
MIKROBIA DALAM BIOREAKTOR
Pertumbuhan mikrobia
adalah peningkatan semua komponen sel, sehingga menghasilkan peningkatan ukuran
sel dan jumlah sel (kecuali mikrobia yang berbentuk filamen) akan menyebabkan
peningkatan jumlah individu di dalam populasi.
Pertumbuhan mikrobia
dalam bioreaktor terjadi secara pertumbuhan individu sel dan pertumbuhan
populasi pertumbuhan individu sel meliputi peningkatan substansi dan komponen
sel, peningkatan ukuran sel serta pembelahan sel. Sedang pertumbuhan populasi
meliputi peningkatan jumlah akibat pembelahan sel dan peningkatan aktivitas sel
yang melibatkan sintesa enzim.
Dalam pertumbuhan
mikrobia juga terlibat proses metabolik yaitu mulai dari transport nutrien dari
medium ke dalam sel, konversi bahan nutrient menjadi energi dan konstituen sel,
replikasi kromosom, peningkatan ukuran, dan massa sel serta pembelahan sel secara
biner yang terjadi pula pewarisan genetik (genom turunan) ke sel anakan.
Kinetika pertumbuhan
mikrobia dalam system diskontinu, kontinu, dan semikontinu, studi kinetika
pertumbuhan dan fermentasi diperlukan sebagai dasar untuk memahami setiap
proses fermentasi. Kinetika pertumbuhan mikrobia terutama menguraikan tentang
kecepatan produksi sel (biomassa) dan pengaruh lingkungan terhadap
kecepatannya. Pengamatan pertumbuhan mikrobia tidak cukup untuk mengetahui
apakah biakan tumbuh atau tidak (Pengamatan kuantitatif) tetapi juga diperlukan
pengamatan yang bersifat kualitatif dari studi kinetika pertumbuhan.
Pengukuran pertumbuhan
secara kuantitatif disajikan dalam bentuk kurva yang menunjukkan hubungan
antara waktu dan jumlah biomassa. Data pengamatan pertumbuhan mikrobia perlu
diamati parameter-parameter seperti:
1. Kecepatan
pertumbuhan (specific growth rate)
2. Waktu
mengganda (doubling time)
3. Hasil
pertumbuhan (growth yield)
4. Kemampuan
metabolisme (metabolic quosient)
5. Affinitas
substrat
6. Jumlah
maksimum biomassa
Kinetika untuk pertumbuhan mikrobia
pembentuk koloni, filament maupun imobilisasi sel memiliki kinetika pertumbuhan
yang lebih kompleks.
Pertumbuhan untuk mikrobia yaitu
peningkatan semua komponen di dalam sel sehingga menghasilkan suatu peningkatan
ukuran sel dan pembelahan sel (kecuali mikrobia yang membentuk filamen)
sehingga terjadi peningkatan jumlah individu di dalam populasi.
Pertumbuhan mikrobia di dalam
bioreactor:
1. Pertumbuhan
individu sel;
a. Peningkatan
substansi dan komponen sel
b. Peningkatan
ukuran sel
c. Pembelahan
sel
2. Pertumbuhan
populasi
a. Peningkatan
jumlah akibat pembelahan sel
b. Peningkatan
aktivitas sel yang melibatkan sintesis enzim
Reproduksi
sel bakteri:
1. Pembelahan
biner: proses pembelahan sel menjadi dua sel anakan yang mempunyai ukuran yang
sama.
2. Melibatkan
3 proses:
a. Peningkatan
ukuran sel (pemanjangan sel) : memerlukan pertumbuhan dinding sel, yaitu untuk
menutup permukaan pada sisi tertentu.
b. Replika
DNA : indikasi pertumbuhan awal pada sel bakteri.
c. Pembelahan
sel : diawali dengan invaginasi lapisan di bagian tengah sel Hampir semua
bakteri menerima DNA.
Proses
metabolic yang terlibat dalam pertumbuhan yaitu:
1. Transfortasi
nutrient dari medium ke dalam sel
2. Konversi
bahan nutrient sehingga menjadi tenaga dan konstituen sel
3. Replikasi
sel kromosom
4. Pengukuran
ukuran dan massa
5. Pembelahansel
secara biner yang dibarengi dengan pewarisan genetic ke sel anakan
thx buat ilmu nya :)
BalasHapussangat membantu
BalasHapus